Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Pilu Covid-19 Merenggut Dosenku, Kerugian Terbesar Bangsa Ini?

1 Maret 2021   19:46 Diperbarui: 1 Maret 2021   20:02 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Dosen yang Mengajar. Sumber IDN Times

Beberapa hari lalu, Grup WhatsApp Kampus dipenuhi dengan ucapan berbela sungkawa. Ibu Vita, mantan Kaprodi saat di kampus menghembuskan nafas terakhir. 

Setelah dikonfirmasi, beliau menjadi salah satu korban dari keganasan Covid-19. Padahal beliau baru balik dari luar negeri setelah menyelesaikan studi S3 di Jepang. 

Ironisnya, 2 bulan sebelumnya seorang dosen lainnya berpulang pada Sang Pencipta karena penyakit yang sama, terpapar virus Covid-19. Kami memanggilnya Pak Toni, dosen muda yang energik dan dekat dengan mahasiswa. 

Saya memiliki kesan sendiri dengan beliau yang menjadi dosen penanggungjawab AsLab Hubungan Internasional tempat saya berkecimpung selama kuliah. 

Hanya dalam kurun waktu 2 bulan, 2 orang dosen terbaik di Prodiku menyerah melawan penyakit COVID-19. Kasus ini semakin menambah rentetan korban yang meninggal karena COVID-19 yang berasal dari dunia pendidikan. 

Suami teman saya yang mengambil S2 bidang kesehatan di Universitas Indonesia pernah memposting banyaknya dosen hingga Profesor dalam bidang kesehatan meninggal karena tugas mulia melayani pasien Covid-19. Ini karena selain sebagai dosen di kampus, mereka juga adalah dokter spesialis, praktisi serta peneliti kesehatan di rumah sakit. 

Apa yang membuat saya mengganggap banyaknya tenaga pendidik profesional yang meninggal terpapar COVID-19 adalah kerugian terbesar bagi bangsa kita? 

Saya masih ingat saat pelajaran sejarah di sekolah dulu. Ketika Kota Hiroshima dan Nagasaki di bom nuklir oleh Amerika Serikat. Kaisar Hirohito bertanya, berapa jumlah guru yang tersisa? 

Pertanyaan yang terkesan simple namun sangat bermakna. Disini Kaisar Hirohito menyadari pentingnya peran Guru untuk memulihkan kondisi negaranya pasca tragedi tersebut. 

Peran guru dalam hal ini pendidik sangat dibutuhkan untuk generasi muda karena ilmu yang mereka miliki diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, terampil dan kuat untuk membangun kembali negaranya yang hancur lebur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun