Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

4 Pilihan Skala Prioritas Versi Saya dalam Menentukan Pekerjaan Idaman

23 Februari 2021   19:45 Diperbarui: 25 Februari 2021   18:16 3580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerjaan idaman (Sumber: thinkstockphotos via KOMPAS.com)

Aku sempat bertanya kepada teman kerja. Mana yang ingin kamu pilih antara jarak, lingkungan, fasilitas, atau gaji untuk menentukan pekerjaan idaman? 

Secara tidak mengejutkan dirinya menjawab ingin semuanya. Lumrah karena sifat dasar manusia pasti menginginkan hal baik sebanyak mungkin meskipun ada embel-embel untuk memilih. Namun jika bisa mendapatkan semua hal baik kenapa tidak. Saya sempat tersenyum kecil melihat respons teman saya ini. 

"Jika 4 pilihan itu kita dapatkan secara keseluruhan pada pekerjaan yang kita geluti saat ini maka sudah dipastikan itu adalah kerjaan idaman. Jangan sesekali untuk melepaskan pekerjaan tersebut."

Nyatanya, kita harus berpikir realistis. Adakalanya kita hanya mendapatkan 1-3 pilihan saja di dalam pekerjaan yang saat ini kita geluti atau kemungkinan kita lamar. Tetap saja akan ada hal yang kurang berkenan atau tidak sesuai dari pekerjaan yang kita geluti atau kita lamar. 

Misalkan kamu mendapatkan pekerjaan yang dekat dengan rumah bahkan cukup berjalan kaki, posisi kerjaan pun sesuai dengan passion-mu tapi ternyata gaji yang diberikan tidak sesuai ekspektasi.

Atau kamu mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang sesuai ekspektasi, posisi yang ditawarkan juga sesuai dengan impianmu tapi setelah bekerja suasana lingkungan kerja tidak nyaman. Inilah yang membuat selalu ada hal kurang dan masih jauh dari pekerjaaan super ideal. 

Setelah saya mencoba merenung dalam diri, saya pun memiliki jawaban tersendiri atas pertanyaan tersebut dan membuat skala prioritas untuk menentukan apa yang menjadi pilihan utama saya dalam bekerja. Berikut skala prioritas saya dari 4 pilihan di atas berdasarkan urutan terbawah hingga teratas. 

#4. Jarak

Saya menempatkan jarak sebagai pilihan terbawah. Kenapa? Ada alasan tersendiri mengapa jarak tinggal dengan lokasi pekerjaan bukanlah hal yang patut dicemaskan. 

Pekerjaan ideal atau pekerjaan impian umumnya jarang tersedia di sekitar tempat tinggal. Tidak sedikit para pekerja harus bepergian jarak jauh untuk menuju lokasi kerja. Bahkan ada yang rela merantau dan jauh dari keluarga hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang hanya tersedia di kota besar. 

Misalkan kamu bercita-cita menjadi artis atau model papan atas maka mau tidak mau dirimu yang tinggal di desa harus mau merantau dan mencoba peruntungan di ibu kota untuk mewujudkan mimpi tersebut. Contoh lainnya kamu memiliki impian kerja di pertambangan maka mau tidak mau kamu perlu menyiapkan hati bahwa harus tinggal di pedalaman dan meninggalkan kemegahan kota besar untuk mengejar pekerjaan idamanmu. 

Jika kita terlalu fokus ingin mendapatkan pekerjaan yang berjarak dekat dengan rumah agar tidak jauh dengan keluarga, seringkali harus dihadapkan pada posisi kerjaan tidak sesuai dengan yang diidamkan atau gaji yang ditawarkan tidak sesuai.

Ini juga terjadi pada teman saya dimana karena faktor sudah berkeluarga dan ingin mencari tempat kerja yang dekat rumah maka tawaran kerja dari perusahaan lain yang gajinya lebih besar dan tunjangan menggiurkan harus rela dikubur. 

#3. Fasilitas

Pemberian Fasilitas Kerja. Sumber Tirto.id
Pemberian Fasilitas Kerja. Sumber Tirto.id

Fasilitas atau tunjangan saya tempatkan di posisi kedua terbawah dalam menentukan apakah telah mendapat pekerjaan ideal atau sesuai. Tidak dipungkiri siapa yang tidak senang jika pekerjaan yang kita dapatkan saat ini ada embel-embel fasilitas dan tunjangan mentereng. 

Beberapa fasilitas yang biasanya ditawarkan seperti mobil operasional, tunjangan tempat tinggal/mess, tunjangan traveling keluar negeri, dan lain-lain. Saya pun jika mendapatkan fasilitas tersebut pasti sangat senang. Namun setelah saya pikirkan lagi, fasilitas tetaplah fasilitas. Tunjangan atau fasilitas seperti ini bisa bersifat sementara dan bisa ditarik kembali oleh perusahaan. 

Alasan inilah yang membuat saya menempatkan fasilitas atau tunjangan di atas jarak untuk mencari pekerjaan idaman. Fasilitas atau tunjangan banyak bersifat iming-iming agar karyawan merasa nyaman, betah, serta mampu mencapai target yang diharapkan pada dirinya. 

Namun ketika pencapaian tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, bisa saja fasilitas akan dicabut atau dikurangi. Ini karena ada penilaian kinerja yang sering dijadikan penilaian dalam memberikan fasilitas/tunjangan kerja. 

Jangan kaget ketika fasilitas atau tunjangan dicabut oleh perusahaan akan menimbulkan rasa kecewa dalam diri karyawan dan tentu ikut memengaruhi performa kinerja si karyawan di kemudian hati. Tidak sedikit mereka menjadi malas atau mencoba mencari pekerjaan lain yang bisa memberikan fasilitas dan tunjangan yang sama. 

#2. Lingkungan Kerja

Saya menempatkan penilaian lingkungan kerja di atas jarak dan fasilitas kerja untuk mengukur sebuah pekerjaan ideal. Ketika mendapatkan pekerjaan yang suasana kantor yang menyenangkan, teman kerja saling support, atasan yang baik, dan sebagainya adalah sebuah berkah tersendiri. 

Tidak semua kantor bisa memberikan suasana nyaman seperti ini. Saya pun memiliki pengalaman tersendiri dimana selalu ada orang yang menyebalkan dan merusak mood kerja di kantor. Bahkan ketika saya pindah area kerja pun menemukan sosok yang sama.

Artinya ketika kita menemukan pekerjaan yang lingkungannya membuat kita nyaman maka bisa jadi kita sudah menemukan sebagian dari pekerjaan ideal yang selama ini dicari. 

Namun ironisnya ada hal patut dipertimbangkan jika kita bekerja di tempat terlalu nyaman seperti ini. Terjebak dalam comfort zone adalah hal yang paling ditakuti. Kita terlalu nyaman sehingga jiwa kompetitif dalam dunia kerja menjadi rendah. Alhasil kita tidak bisa menunjukan performa karena selama ini sudah nyaman dengan hal yang diraih. 

Selain itu terlalu berada di zona nyaman membuat kita tidak berkembang dari sisi skill dunia kerja. Ketika kita ada masalah, sudah ada atasan yang mencarikan solusinya. Kita akhirnya menjadi malas dan tidak memiliki kemampuan problem solving. Kita berasa tidak berkembang padahal sudah bekerja puluhan tahun karena selama ini kerjaan yang diberikan tidak ada tantangan tersendiri. 

Kondisi seperti ini yang berbahaya bagi kita yang menginginkan ada pencapaian tersendiri baik dari posisi kerja atau gaji. 

#1. Gaji

Gaji saya tempatkan di paling atas skala prioritas saya. Kenapa? Ingatkan kita bekerja pasti mengharapkan gaji yang sesuai dengan kerjaan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Ingatlah semakin kita tua, telah memiliki keluarga atau ada tanggungan yang perlu kita penuhi maka gaji selalu menjadi alasan utama dalam bekerja. Ketika kamu sudah mendapatkan pekerjaan yang mampu memberikan gaji yang sesuai dengan yang dibayangkan maka sejatinya kamu telah mendapatkan pekerjaan ideal. 

Akan ada tanggapan bahwa gaji itu bukan segalanya. Entah kenapa seiring waktu saya melihat karyawan mulai berpikir realistis. Kita hidup pasti ada kebutuhan, kita ingin hidup nyaman, ingin membeli segala sesuatu yang kita impian dan memiliki gaji yang sesuai adalah jawaban dari hal tersebut. 

Ketika saya disodorkan pada 2 pilihan mau tidak digaji 2 juta dengan suasana kerja yang nyaman atau gaji 5 juta tapi dengan tekanan kerja yang tinggi?

Ketika saya adalah kepala keluarga dengan anak 2 dan istri yang kerja sebagai ibu rumah tangga maka pasti saya memilih opsi kedua meskipun tahu akan tekanan kerja yang stres. Namun saya akan jauh lebih stress jika istri dan anak kekurangan makanan atau kebutuhan tidak tercukupi. 

Tidak heran seseorang rela bertahan di tempat kerjanya saat ini karena pertimbangan gaji. Mereka akan berusaha mengesampingkan hal lain yang membuatnya tidak nyaman selagi gaji yang ditawarkan oleh perusahaan dianggap sesuai dengan ekspektasinya. Saya mengganggap karyawan ini bertipe realistis. 

Ketika gaji yang diberikan sudah sesuai yang diekspektasikan maka tidak akan menjadi masalah meskipun tidak mendapatkan tunjangan/fasilitas dari kantor. Ini karena dengan gajinya pun dirinya bisa memiliki fasilitas dan tunjangan yang diberikan bahkan tidak perlu takut ditarik oleh perusahaan karena dirinya memiliki hal tersebut dari sumber gajinya sendiri. 

Itulah penilaian saya yang mengganggap gaji sebagai penilaian utama saya kemudian disusul lingkungan kerja, fasilitas, dan barulah jarak lokasi kerja. Bagaimana dengan Sahabat Kompasiana, mana yang lebih penting? 

Semoga bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun