Artinya apa yang disampaikan oleh orang lain akan langsung diterima oleh si anak tanpa adanya pengkroscekan apakah info itu benar atau salah.
Misalkan orangtua menakuti anak dengan ucapan, "Cepat tidur kalau belum tidur nanti bakal dicariin Genderuwo. Badannya besar, berbulu, dan suka ganggu anak kecil yang belum tidur"Â terdengar sederhana memang karena ucapan itu untuk menasihati anak untuk tidak tidur larut malam.Â
Nyatanya anak akan membayangkan sosok Genderuwo dan mempercayai bahwa Genderuwo hobi mengganggu anak yang tidur larut malam.Â
Gambaran ini tentu akan tersimpan dalam memori si anak kecil karena mereka mendapatkan informasi sosok Genderuwo yang menakutkan dari orangtua atau orang dewasa yang ada disekitarnya.
2. Anak menjadi Sosok Penakut
Ketika anak dibuat takut secara berulang terkait kisah urban legend maka akan menciptakan rasa ketakutan pada diri si anak. Mungkin awalnya orangtua hanya sekadar menakuti si anak agar si anak menuruti apa yang diinginkan. Namun justru tercipta rasa takut berlebihan pada si anak.Â
Sangat sering saya melihat ketika lampu rumah tiba-tiba mati, anak kecil menjerit dan berlari ketakutan karena mereka mengganggap akan muncul sosok hantu atau sosok menyeramkan jika lampu mati. Ketakutan lainnya seperti takut ditinggal sendiri, takut lihat topeng menyeramkan, takut melintasi kuburan, dan sebagainya.
Setiap orangtua pasti mengingkan anaknya menjadi sosok pemberani dan mandiri. Nyatanya sikap mereka yang suka menakuti anak dengan kisah urban legend justru berkontribusi besar menciptakan karakter penakut pada anak.Â
Pembentukan karakter penakut pada diri si anak adalah hal yang paling mengkhawatirkan jika orangtua terlalu sering melakukan tindakan ini.
3. Tidak Menjadi Sosok Panutan
Sejak kecil sudah menjadi sosok penakut maka sudah dapat dibayangkan saat dewasa pun tetap menjadi sosok penakut. Saya tidak bisa membayangkan jika kelak dirinya menjadi orang yang ditetuakan di lingkungan atau menjadi orangtua.Â