Saya pernah mendengar sebuah nasehat, bantulah usaha tetanggamu karena ketika kamu tertimpa musibah bisa jandi mereka yang akan membantumu.
Setelah saya resapi nasehat tersebut, ternyata nasehat ini benar adanya. Ketika kita bisa menjaga hubungan baik dengan orang disekitar seperti membantu usaha warung tetangga dengan membeli kebutuhan sehari-hari.
Kita tentu akan melakukan interaksi sosial dengan tetangga. Ini terjadi di daerah desa atau kota kecil. Mereka saling kenal antar tetangga.
Banyak ibu-ibu yang setiap pagi ke warung untuk belanja kebutuhan pagi dan menyempatkan diri mengobrol atau bergosip di warung baik dengan si pemilik ataupun ibu-ibu yang lain.
Jangan menitikberatkan pada keasyikan mereka bergosip namun ini upaya untuk tetap menjalin silahturahmi antar bertetangga. Sungguh indah rasanya ketika ada seorang tetangga yang sedang ada hajatan. Si pemilik warung rela menutup warungnya sementara untuk membantu hajatan tetangganya.
Atau, ketika kamu tidak punya uang untuk membeli makanan ternyata si pemilik warung berbaik hati untuk memberikan hutang padamu untuk mengambil bahan makanan di warungnya. Momen seperti ini tidak akan terjadi jika kita tidak membangun hubungan silahturahmi kepada tetangga yang memiliki usaha kecil seperti warung kelontong.
Saya mengganggap bahwa untuk masalah ini, warung kelontong selangkah lebih unggul dibandingkan toko modern. Kita tidak mungkin bisa berhutang di toko modern.
Selain itu ketika kita ada hajatan dan membutuhkan bantuan orang lain, tidak mungkin karyawan toko modern akan bersedia membantu dengan sukarela meskipun kamu sering berbelanja di toko modern tersebut.
Ada kisah yang cukup menarik dan mungkin juga banyak dialami oleh sahabat Kompasiana. Saat saya kecil dan disuruh orang tua berbelanja di warung dekat rumah. Si pemilik warung memberikan saya kue atau cemilan secara gratis karena sudah bertetangga dengan baik.
Selain itu pernah juga ketika saya berbelanja minuman karena sedang haus, saya membayar dengan uang nominal besar. Karena si pemilik tidak memiliki uang kembalian, dia menggratiskan minuman tersebut. Meskipun saya menolak dan tetap ingin bayar tapi memang kondisi saat itu si pemilik tidak punya kembalian dan saya pun tidak ada uang pecahan kecil. Si pemilik ikhlas karena saya saat itu sedang haus dan kita bertetangga baik.
Pengalaman seperti inilah yang membuat saya merasa sebaiknya kita juga perlu mendukung para pelaku usaha kecil dengan menanamkan aksi nyata untuk mau berbelanja di warung kecil. Kita tahu bahwa justru harga di warung kelontong bisa lebih murah dibandingkan toko modern dan bebas parkir liar. Selain itu dengan kita berkenan membeli di warung mereka, roda perekonomian pemilik warung berputar dengan baik.Â