Kemarin saya kembali menemukan sebuah postingan kisah seorang ojek online yang mendapat bintang 1 karena memberikan sapaan Ibu kepada penumpangnya. Si penumpang tidak Terima disapa ibu mengingat usianya masih muda yaitu 24 tahun.Â
Kasus ini terjadi pada 12 Januari 2019 dan sempat viral. Kejadian ini memunculkan banyak respon dari orang lain. Mayoritas respon yang diberikan kecaman kepada si penumpang karena tega memberikan bintang 1 kepada ojek online ini karena tersinggung dengan sapaan yang diberikan. Ada juga komentar yang bijak memberikan nasehat untuk ojek dan penumpang jika berada pada posisi tersebut.Â
Kisah seperti ini juga pernah saya tonton postingan video dimana seorang wanita lanjut usia tidak terima di sapa nenek atau ibu oleh kasir toko. Dirinya ingin dipanggil Nona, sapaan untuk gadis muda.Â
Wow, kisah ini mengingatkan pada kejadian yang pernah saya alami. Saat pertama kali ke Jakarta, tidak lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Pasar Tanah Abang untuk sekedar melihat atau membeli pakaian. Saya bersama dengan teman kesana dan terkejut semua penjual memberikan sapaan yang sama,Â
Ayo kakak, mari mampir kakak, boleh dicoba kakak, murah kok kak
Terdengar aneh bagi saya karena si penjual saya anggap usianya jauh lebih tua daripada saya. Justru saya yang memanggilnya kakak, bang atau mbak. Justru sebaliknya saya yang disapa kakak. Ternyata sapaan ini lumrah diucapkan oleh penjual di Jakarta atau pusat perbelanjaan karena selain untuk mengakrabkan kepada pembeli tentu ada kekhawatiran ada yang tersinggung disapa bapak atau ibu.Â
Begitu banyak sapaan yang ada di masyarakat Indonesia seperti Bapak, Pak, Ibu, Om, Tante, Kakak, Adek, Oma, Opa, Tuan, Nyonya, Nona, Mbak, Abang dan sebagainya. Umumnya jenis sapaan ini didasarkan klasifikasinya. Ada yang berdasarkan usia seperti kakak, adek. Ada yang berdasarkan hubungan kerabat, status sosial, jabatan dan sebagainya.
Berkaca pada budaya barat, justru disana tidak terlalu banyak menggunakan sapaan seperti di Indonesia. Umumnya cukup Mr, Mrs, atau Miss. Bahkan memanggil nama langsung adalah hal biasa. Misalkan Hi Robert, Hi Jessica yang mana ternyata orang yang disapa adalah mertua, guru, atau orang yang lebih tua usianya. Bayangkan jika itu diterapkan di Indonesia, kesan tidak sopan dan tidak tahu tata krama akan menjadi reaksi terhadap sapaan tersebut.