Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pahami Tata Krama Saat Berutang dan Meminjamkan Sebelum Masuk Daftar Blacklist

17 Januari 2021   10:22 Diperbarui: 20 Januari 2021   04:04 2564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari ada kondisi dimana kita membutuhkan bantuan lain untuk menyelesaikan permasalahan kita. Bantuan tersebut bisa berupa uang, barang atau jasa dari pihak lain. 

Ironisnya ada perilaku kurang terpuji yang dilakukan oleh si penerima bantuan yang membuat si pemberi akan berpikir dua kali untuk memberikan bantuan. Tidak sedikit si penerima bantuan justru tidak memperhatikan etika dan tata krama dalam meminjam. 

Bagi saya ada etika dan tata krama tersendiri dalam pinjam meminjam yang disepelekan khususnya bagi si peminjam atau penghutang. Ini yang membuat si pemberi pinjaman merasa kecewa dan justru akan cuek terhadap orang lain yang membutuhkan bantuannya. Apa saja itu? 

1. Kembalikan Sebelum Ditagih

Ketika seseorang berniat berhutang atau meminjam barang akan selalu diiringi dengan janji kapan akan membayar atau mengembalikan. Misalkan saya berhutang 100ribu kepada teman dan berjanji mengembalikan minggu depan. Atau kamu meminjam pakaian temanmu dan berjanji mengembalikan lusa. 

Artinya ada waktu yang sudah disampaikan dan disepakati. Etika ini sering dilupakan ketika barang sudah dipinjam. Ketika sudah memasuki hari yang dijanjikan justru si peminjam tidak memberikan kabar entah karena lupa atau pura-pura lupa. Kebanyakan memang pura-pura lupa yang membuat si pemberi merasa kecewa. 

Berusahalah mengembalikan sesuai yang disepakati karena janjimu akan menentukan penilaianmu

Jika bisa kembalikan lebih cepat sebelum ditagih akan memberikan nilai plus. Ketika kamu mengingkari janji hingga membuat si pemberi menanyakan kapan barang atau uangnya dikembalikan maka sejatinya sudah muncul kekecewaan meskipun tidak diungkapkan secara langsung. 

Seseorang meminjam uang kepada saya namun ternyata tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Dikonfirmasi untuk pertama kalinya adalah bentuk permakluman saya dengan bayangan mungkin lupa. Dikonfirmasi kedua kalinya sebagai tanda peringatan. Jika sudah dikonfirmasi ketiga kalinya dalam hari yang berbeda belum juga ada tanggapan maka si penerima hutang tidak tahu diri. 

Ada pepatah mengatakan Janji adalah Hutang. Ketika Janji untuk membayar Hutang tidak ditepati maka berlipat lah hutang dan dosa si penerima hutang. Bertemu sosok seperti ini sudah dipastikan kelak saya tidak akan memberikan pinjaman lagi. 

2. Ingatlah Kamu Meminjam Bukan Meminta

Ini adalah tata krama dan etika yang sering diabaikan si peminjam. Hal yang paling di benci ketika menagih barang atau uang yang dipinjam muncul ucapan, 

"Yaelah bro, sama teman sendiri masa itung-itungan".

"Kamu kan kaya, masa barang kaya gini ditagih sih? "

"Udah barangnya buat aku aja ya? "

Percakapan seperti ini tentu membuat si pemberi merasa kesal. Ingatlah diawal kamu bilang pinjam bukan meminta. Jika diawal meminta pasti sudah ada kesiapan bathin bahwa barang atau uang tersebut tidak akan balik. 

Meminjam berarti ada kewajiban untuk mengembalikan. Jika dirasa ingin memiliki barang/uang tersebut secara cuma-cuma maka jangan menggunakan istilah Pinjam. 

3. Jangan menjadi Pihak Terdzolimi saat Ditagih

Sudah menjadi rahasia umum jika sudah banyak kasus dimana si peminjam atau si penghutang justru lebih galak dan sangar saat ditagih. Kondisi seperti ini akan membuat si pemberi barang/hutang akan kecewa bahkan emosi bisa naik ke ubun-ubun. 

Ilustrasi Ancaman Tidak Membayar Utang. Sumber Facebook/HarakaID
Ilustrasi Ancaman Tidak Membayar Utang. Sumber Facebook/HarakaID

Bayangkan saat diawal si peminjam mengiba bahkan menangis meminta belas kasihan agar kita bersedia membantu atau meminjamkan sesuatu yang mereka butuhkan. Namun reaksi berubah ketika ditagih seakan merasa dirinya benar dan menjadi korban atau playing victim. 

Saya pernah dikondisi ini ketika membantu seseorang di kantor yang teledor sehingga menyebabkan ada selisih uang. Saat ditagih justru dirinya berkelit dengan berjuta alasan. Saya malas mengurusi hal ini sehingga cukup memblockir kontak dan berusaha ikhlas. Kasus seperti ini yang membuat saya selektif dalam membantu. 

Ketika kamu bersikap layaknya playing victim sejatinya saat itu juga akan hilang rasa kepercayaan si peminjam pada dirimu

4. Meminjam secepat mungkin, membayar selama mungkin

Kondisi ini juga banyak terjadi. Ketika seseorang hendak meminjam, dirinya berharap akan mendapat bantuan secepat mungkin. Bahkan jika ditanya butuh kapan? Pasti dijawab kalau bisa sekarang

Kenyataannya ketika sudah dibantu justru si penerima pinjaman berusaha menunda kewajibannya. Jika bisa barang atau uang yang dipinjam dikembalikan selama mungkin. Ini yang membuat kekesalan tersendiri dalam hati si pemberi pinjaman. 

Tempatkan posisi diri sebagai peminjam. Mereka pun ingin barang atau uangnya dikembalikan secepat mungkin

Sebaiknya kamu memikirkan bahwa bisa jadi mereka membutuhkan uang/barang tersebut namun karena rasa empatinya mereka berusaha meminjamkan padamu yang sedang membutuhkan. Namun mereka juga berharap agar uang/barang tidak dipinjam terlalu lama. 

5. Ucapkan apresiasi atas bantuan yang diberikan

Banyak pemberi pinjaman menunjukkan rasa ikhlas membantu namun justru menjadi kecewa karena seakan tidak ada bukti apresiasi seperti ucapan Terima kasih. Terkesan sederhana namun ini menunjukan karakter seseorang. 

Ucapan terimakasih tidak hanya saat diberikan pinjaman semata namun juga perlu diucapkan saat barang atau uang tersebut kita kembalikan. Bahkan saya menilai etika ini sangat penting dalam hal pinjam-meminjam. 

Selain ucapan terimakasih. Sebaiknya kita bisa memberikan ekspresi atau ungkapan tambahan kepada si pemberi pinjaman. Misalkan

"Terimakasih ya atas pinjamannya. Aku bersyukur sekali punya teman sebaik kamu."

"Semoga Tuhan melancarkan rejekimu"

"Aku akan ingat kebaikanmu"

"Aku berhutang budi padamu"

Ada banyak ungkapan yang bisa kita sampaikan. Si penerima akan merasa bantuannya sangat dihargai dan tepat memberikan bantuan. 

Apresiasi sederhana dapat membuat hubungan personal antara si peminjam dan si pemberi pinjaman semakin kuat karena saling menghargai. 

Itulah beberapa etika atau tata krama yang perlu diperhatikan bagi mereka yang hendak meminjam sesuatu. Jika etika ini diabaikan, jangan salahkan jika dirimu akan masuk daftar blacklist sebagai orang yang tidak tahu Terima kasih atau dihindari untuk diberikan bantuan. Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun