"Kamu kan kaya, masa barang kaya gini ditagih sih? "
"Udah barangnya buat aku aja ya? "
Percakapan seperti ini tentu membuat si pemberi merasa kesal. Ingatlah diawal kamu bilang pinjam bukan meminta. Jika diawal meminta pasti sudah ada kesiapan bathin bahwa barang atau uang tersebut tidak akan balik.Â
Meminjam berarti ada kewajiban untuk mengembalikan. Jika dirasa ingin memiliki barang/uang tersebut secara cuma-cuma maka jangan menggunakan istilah Pinjam.Â
3. Jangan menjadi Pihak Terdzolimi saat Ditagih
Sudah menjadi rahasia umum jika sudah banyak kasus dimana si peminjam atau si penghutang justru lebih galak dan sangar saat ditagih. Kondisi seperti ini akan membuat si pemberi barang/hutang akan kecewa bahkan emosi bisa naik ke ubun-ubun.Â
Bayangkan saat diawal si peminjam mengiba bahkan menangis meminta belas kasihan agar kita bersedia membantu atau meminjamkan sesuatu yang mereka butuhkan. Namun reaksi berubah ketika ditagih seakan merasa dirinya benar dan menjadi korban atau playing victim.Â
Saya pernah dikondisi ini ketika membantu seseorang di kantor yang teledor sehingga menyebabkan ada selisih uang. Saat ditagih justru dirinya berkelit dengan berjuta alasan. Saya malas mengurusi hal ini sehingga cukup memblockir kontak dan berusaha ikhlas. Kasus seperti ini yang membuat saya selektif dalam membantu.Â
Ketika kamu bersikap layaknya playing victim sejatinya saat itu juga akan hilang rasa kepercayaan si peminjam pada dirimu
4. Meminjam secepat mungkin, membayar selama mungkin
Kondisi ini juga banyak terjadi. Ketika seseorang hendak meminjam, dirinya berharap akan mendapat bantuan secepat mungkin. Bahkan jika ditanya butuh kapan? Pasti dijawab kalau bisa sekarang
Kenyataannya ketika sudah dibantu justru si penerima pinjaman berusaha menunda kewajibannya. Jika bisa barang atau uang yang dipinjam dikembalikan selama mungkin. Ini yang membuat kekesalan tersendiri dalam hati si pemberi pinjaman.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!