Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Bapak Presiden Telah Divaksin, Masihkah Kita Ragu?

13 Januari 2021   14:50 Diperbarui: 15 Januari 2021   22:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini seakan menjadi saksi sejarah dimana Bapak Jokowi selaku Presiden RI menjadi orang pertama yang menjalani vaksin Covid-19 di tanah air. saya menilai upaya ini untuk mematahkan pandangan negatif terkait isu-isu terkait dampak dan tujuan pemberian Covid-19.

Hingga saat ini masih ada masyarakat yang meragukan virus Covid-19 dan menganggap hal tersebut hanyalah hoax dan propaganda politik. Padahal sudah banyak disekitar kita yang terpapar virus ini. Bahkan tidak sedikit tenaga kesehatan yang mengorbankan waktu, tenaga dan bahkan nyawanya sendiri untuk membantu menghadapi wabah Covid-19. Ada beberapa orang yang saya kenal juga dinyatakan menjadi pasien Covid-19 dan berjuang untuk sembuh.

Mengapa masih ada keraguan?

Ironis memang dimana permasalahan belum juga tuntas sejak Maret 2020. Terbukti hingga sekarang jumlah penderita masih tinggi dan menempati peringkat pertama di Asean sebagai jumlah penderita Covid-19 terbanyak. Masyarakat juga mulai acuh dimana protokol kesehatan banyak yang dilanggar hingga masih sering berkumpul atau beraktivitas yang berpotensi terjadinya penyebaran virus Covid-19.

Kini munculnya vaksin Covid-19 pun dipenuhi dengan bumbu-bumbu yang kurang mengenakan. Ada sekelompok orang yang menolak keberadaan vaksin dengan alasan belum teruji, kekhawatiran efek samping hingga kasus penerima covid di negara lain yang menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Wajar memang sebagai manusia dan bagian dari masyarakat kita menginginkan sesuatu yang terbaik namun kondisi ini membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Sudah banyak sektor yang terkena dampak dari wabah Covid-19.

Saya mengancungi jempol tindakan Bapak Jokowi yang maju sebagai orang pertama divaksin untuk meyakinkan masyarakat bahwa vaksin Covid-19 yang direkomendasikan pemerintah aman dan lolos uji BPOM dan MUI.

Tapi itukan Kewajiban Presiden, wajar dong maju pertama kali divaksin?

Jujur saya  gemas  melihat komen netijen  yang katanya maha benar. Mereka lebih suka melihat dari sisi bertentangan daripada melihat sisi baik. Kadang hati ini ingin juga berkomentar,

Wahai netijen, lihatlah bapak presiden kita yang dengan segenap upaya meyakinkan kita bahwa vaksin menjadi cara untuk menghentikan Covid-19. Kalian  masih ragu maka bapak presiden bersedia  maju  dan  menjadi  orang  pertama yang maju. Ini menunjukkan  sikap jiwa  besar dan keinginan kuat agar tumbuh rasa kepercayaan juga di tengah masyarakat.

Saya  yakin dalam lubuk hati bapak  presiden ataupun keluarga juga penuh dengan rasa yang berkecamuk. Namun sebagai pemimpin, sikap bapak presiden perlu diancungi jempol. 

Pertanyaan pun dibalik, jika kamu adalah pemimpin negara atau setidaknya  kepala  keluarga. Bersediakah menjadi orang pertama yang divaksin demi kesehatan bersama dan mewujudkan harapan Covid-19 ini segera berakhir?

Saya jika diberi kesempatan akan bersedia di vaksin Sinovac pertama dan bahkan dengan senang hati. Bukan karena  ingin sok jagoan atau ingin tenar tapi karena saya  ingin mendukung upaya  pemerintah memberantas penyakit ini sesegera mungkin.

Ada keyakinan kuat dalam diri saya, tidak mungkin seorang  presiden melakukan vaksin jika informasi yang didapat dan manfaat tidak  jelas. Vaksini ini juga sudah  lolos uji BPOM dan sudah  diperbolehkan  oleh MUI artinya vaksin yang diedarkan  sudah dianggap layak.

Hal lain yang bikin hati ini gemas adalah banyak sekali masyarakat Indonesia yang bandel, kolot dan kurang menerima hal visioner. Maaf bila ada pembaca yang tersinggung tapi ini adalah curhatan hati saya karena sudah ada anjuran dan pelaksanaan protokol kesehatan namun masih dilanggar.

Saya memiliki teman yang memiliki istri seorang warga Thailand. Istrinya bercerita saat wabah Covid-19 mulai merambah ke negaranya. Pemerintah Thailand gencar melaksanakan sosialisasi dan upaya pencegahan. Bahkan tidak segan melakukan local lockdown. Warga yang tidak patuh akan mendapatkan sanksi bahkan mereka patuh melakan  isolasi mandiri dan melaporkan ke team  kesehatan apabila terindikasi reaktif Covid-19.

Hasilnya saat istri teman saya balik ke Indonesia pada November  2020 kemarin diinfokan kasus baru Covid-19 sudah kecil. Bahkan warga sudah beraktivitas normal tanpa masker. Perekonomian pun membaik. 

Mendengar hal tersebut saya iri seiri-irinya karena bertolak belakang dengan negara kita. Warga sudah terlalu cuek, bandel, dan susah diarahkan. Alhasil masih banyak kasus baru yang terjadi di berbagai pelosok. Tetap netijen menyalahkan pemerintah padahal netijen sendirilah yang tidak patuh.

Hal lucu lainnya ketika  Bapak presiden sudah  berusaha  tampil bersama dengan beberapa tokoh publik seperti Raffi Ahmad selaku perwakilan kaum milenial kemudian juga ada dr Daeng M. Faqih, sebagai ketua IDI; Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan; hingga Panglima TNI, Kapolri dan pemuka agama menjadi deretan pertama penerima vaksin justru ditanggapi dengan hal julid.

Contohnya banyak yang mempertanyakan peran Raffi Ahmad sebagai kapabilitas penerima vaksin muncul di twitter ataupun sosial media lainnya. Saya yang membaca sedikit kesal karena netijen lebih suka berpikiran diluar ekspetasi dibandingkan visioner. Harusnya mereka memberikan dukungan dan mengapresiasi tindakan tersebut.

Secara personal saya berharap netijen Indonesia mulai berpikiran terbuka dan  ikut mendukung upaya pemerintah mengatasi masalah  ini. Percayalah bahwa pemerintah telah  melakukan riset dan pengujian  mendalam sebelum mensosialisasikan penggunaan vaksin Sinovac.

Semoga vaksin ini menunjuk hasil yang positif dan membawa angin segar terhadap upaya memutus mata rantai penularan Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun