Tanpa kita sadari manusia memang memiliki sifat sosial yang berusaha membantu orang lain yang sedang kesusahaan atau tertimpa musibah. Hal inipun terjadi di lingkup dunia kerja.
Ketika salah seorang berada di posisi top decision maker baik di sebuah perusahaan atau usaha pribadi ada kecenderungan untuk mereferensikan orang yang dikenal baik itu teman atau keluarga untuk bekerja di lingkup yang sama.
Ada beberapa alasan seseorang melakukan hal tersebut seperti kasihan orang yang kita kenal belum memiliki pekerjaan, lebih percaya pada orang yang kita kenal untuk menempati posisi tertentu atau sekedar untuk kepentingan pribadi. Hal ini sudah lumrah terjadi baik di sektor swasta hingga pemerintahan.
Bahkan muncul istilah nepotisme dimana dianggap sebagai tindakan untuk mengutamakan hubungan saudara atau pertemanan untuk mendapatkan posisi tertentu dibandingkan kemampuannya.
Di sekitar lingkungan saya pun banyak terjadi hal seperti ini. Ada manager yang merekrut banyak karyawan yang berasal dari daerah yang sama, memiliki hubungan saudara atau pertemanan hingga ada yang berusaha untuk melanggengkan kekuasaanya.
Sebenarnya tidak salah jika orang yang direkrut memiliki kapabilitas dan kecakapan kerja sesuai yang dibutuhkan namun akan menjadi musibah jika orang yang direkrut ternyata tidak sesuai bahkan dapat menimbulkan masalah baru dalam dunia kerja.
Secara jujur saya pernah beberapa kali mereferensikan teman untuk mendaftar sebuah posisi lowongan pekerjaan di perusahaan saya. Niat saya hanya untuk membantu karena ada teman yang membutuhkan pekerjaan dan saya melihat teman saya memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
Namun beberapa orang referensi saya justru menunjukkan performa yang tidak sesuai ekspetasi saya.
Ada penyesalan dalam diri saya dan sejak saat itu semakin berhati-hati memberikan referensi lowongan pekerjaan kepada orang lain. Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa alasan khusus sebaiknya menghindari mempekerjakan teman dan keluarga di lingkungan kerja kita.
1. Tingginya Beban Tanggung Jawab Moral