Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Tejo dan 5 Kearifan Lokal Masyarakat Desa

28 Agustus 2020   09:48 Diperbarui: 28 Agustus 2020   09:38 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karakter Bu Tejo dalam Film Tilik. Sumber IDN Times Jateng

Sangat mudah menemukan budaya pamer di sekitar kita. Saya teringat dulu saat tinggal di salah satu desa. Saya makan di warung makan dan si penjualnya adalah ibu-ibu usia 50 tahunan namun menggunakan emas disekujur tubuhnya seperti kalung, gelang tangan, cincin hingga gelang kaki. Saya berpikir sedikit norak karena emas yang digunakan berukuran besar dan seakan sengaja ditunjukan kepada orang lain meskipun keaslian emas yang dipakai masih diragukan. 

Jika orang kaya pasti akan menyimpan emas yang dimiliki dalam brangkas dan hanya dipakai jika ada momen khusus ini karena takut hilang atau dicuri. Ini justru kebalikan emas seakan dipamerkan dalam jumlah banyak bahkan jika itu emas asli saya mengkalkulasi harusnya bernilai ratusan hingga jutaan rupiah. Harusnya para penjabret akan mengincar ibu-ibu di desa yang hobi memakai perhiasan dengan ukuran jumbo. Namun nyatanya si penjambret atau penjahat desa enggan mengincar ibu-ibu tersebut karena paham emas yang dipakai bukan emas asli.

Kadang saya geleng-geleng kepala melihat tingkah ibu-ibu di desa yang bangag memamerkan emas imitasi. Padahal tujuannya agar status sosial dapat terangkat dan orang lain terkesima dengan apa yang dia miliki.

# 4 Budaya Cinta Keluarga

Adegan Bu Tejo yang marah ketika Yu Ning membicarakan suaminya. Begitu pula ketika Yu Ning berusaha membela Dian yang merupakan saudara jauhnya saat menjadi obyek gosip atau istri sopir truk yang menjewer suaminya karena membicaranya Dian yang dikenal cantik di desanya.

Kita memahami bahwa ini juga menjadi cerminan para ibu-ibu di desa yang akan selalu menjaga keluarga atau kerabatnya dari hal-hal yang merugikan. Mereka akan berusaha melakukan apapun untuk membela jika menjadi bahan gosip serta memproteksi anggota keluarga agar tidak tergoda oleh pihak lain.

Jangan kaget bila melihat fenomena ibu-ibu datang beramai-ramai melabrak wanita lain karena dianggap pelakor atau terlalu menarik yang dikhawatirkan membuat para suami terpikat dengan wanita tersebut. Kejadian seperti ini sering juga muncul pada serial televisi atau sinetron tanah air. Ini karena rasa cinta mereka pada keluarga yang begitu besar.

# 5 Budaya Ibu-Ibu Adalah Superwomen

Sudah rahasia umum bahwa jika ibu-ibu sudah turun tangan, tidak ada yang berani melawan. Seakan ibu-ibu adalah sosok yang kuat dan tidak bisa dikalahkan. Ini terlihat jelas pada adegan ketika sopir yang membawa segerombolan ibu-ibu ditilang polisi karena menyalahi aturan. Namun tindakan Bu Tejo yang mengajak ibu-ibu lainnya untuk melawan aparat secara verbal maupun non verbal seperti turun beramai-ramai untuk mendatangi polisi membuat nyali si polisi menjadi ciut dan melepaskan gerombolan ibu-ibu tersebut.

Adegan ini bahkan saya putar berulang kali dan tetap mampu membuat saya tertawa terpingkal-pingkal dan memahami karakter kuat yang dimiliki ibu-ibu. Jika ada anggapan wanita adalah sosok yang lemah entah kenapa ketika si wanita ini sudah berstatus sebagai ibu justru menjadi sosok yang kuat.

Ini juga terjadi di sekitar kita dimana ibu-ibu dikenal sebagai raja jalan yang belok ke kanan tapi hidupkan lampu sign ke kiri, naik motor di tengah jalan dengan kecepatan pelan, hingga marah besar jika ditegur. Sangat wajar orang disekitarnya lebih memilih diam dan mengalah dibandingkan harus melawan karena menghindari permasalahan yang lebih rumit lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun