Film Tilik ini lebih menekankan tentang dunia gosip yang sangat erat dengan kehidupan ibu-ibu di kampung. Gosip seperti kita tahu berupa aktivitas yang menjadikan orang lain sebagai subyek pembicaraan. Gosip bisa menyampaikan informasi yang benar dan dirasa perlu disebarkan serta bisa berupa berita palsu atau hoax sebagai bumbu cerita dan bisa berujung pada fitnah.
Kisah Bu Tejo yang seakan menjadi leader dalam grup ibu-ibu di dalam cerita mampu menggiring topik gosip seputar kisah hidup si Dian dan keluarga Bu Lurah. Segala hal yang berkenaan baik dari kisah hidup, percintaan, keluarga hingga karir menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan dalam film Tilik.
Gosip seakan sudah menjadi budaya bagi ibu-ibu yang tinggal di desa. Ini karena mereka sudah saling mengenal satu dengan lainnya dan selalu beraktivitas bersama. Alhasil untuk mengakrabkan suasana maka bergosip menjadi alternatif yang tepat.
Salah satu teman saya pernah kesal menjadi bahan gosip tetangganya di desa. Teman saya cewek yang sudah berusia 24 tahun menjadi bahan gosip karena belum menikah padahal cewek usianya di desa sudah pada menikah. Sangat mirip dengan gosip yang dialami Dian pada film Tilik. Padahal teman saya ini masih berstatus mahasiswa yang harus fokus dengan kuliah.Â
Gosip tetangga yang menganggap teman saya bisa menjadi perawan tua dan makin susah mendapat jodoh sempat membuatnya depresi. Dirinya malas jika harus pulang kampung saat lebaran atau libur panjang karena selalu muncul pertanyaan kapan nikah dari para tetangga.
Tidak hanya itu ketika dirinya sudah menikah pun, bahan gosip mulai mengalami perubahan. Jika dulu hanya seputar kapan nikah kini beralih kepada kapan punya anak? Kenapa tinggal tidak bareng orang tua setelah menikah? Kok suami-istri harus bekerja padahal istri sebaiknya mengurus rumah saja?
Teman saya berpikir bahwa setelah menikah, banyak perbincangan akan hilang namun jusru muncul pertanyaan lain yang tetap menyesakkan hati. Namun dirinya sadar bahwa tinggal di tengah masyarakat harus siap menjadi bahan perbincangan apalagi di daerah pedesaan. Aktivitas pada pagi atau sore hari selalu menjadi saat yang tepat untuk berkumpul antar ibu lainnya hanya untuk sekedar bergosip. Tidak heran 1 kejadian kecil bisa cepat menyebar seantereo desa hanya berawal dari cerita dari mulut ke mulut.
Karakter Bu Tejo sangat mewakili kisah ibu-ibu di desa yang sangat senang membicarakan kisah orang lain. Bahkan dirinya seakan menjadi sumber informasi yang selalu memberikan info update kepada ibu-ibu sekitarnya. Karakternya yang ceriwis dan bersemangat dalam bergosip sering ditemukan juga pada karakter ibu-ibu disekitar kita
# 3 Budaya Pamer
Adegan Bu Tejo yang mempromosikan suaminya yang berniat maju sebagai lurah dengan ekspresi merapihkan emas di tangan (gelang dan cincin). Tindakan sederhana tersebut sebenarnya ingin menunjukkan  seberapa banyak harta yang dimiliki tanpa harus dibicarakan kepada orang lain. Ibarat melalui isyarat tubuh, si lawan bicara langsung terkesima dengan harta yang dimiliki.