Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Tejo dan 5 Kearifan Lokal Masyarakat Desa

28 Agustus 2020   09:48 Diperbarui: 28 Agustus 2020   09:38 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakter Bu Tejo menjadi viral dan trending topic di twitter dan menjadi perbincangan netijen. Sosok ini muncul dalam film pendek Tilik dari kanal Youtube Ravacana Films garapan Wahyu Agung Prasetyo. Film ini dibuat pada tahun 2018 namun baru menjadi perbincangan beberapa hari belakangan ini karena isi cerita dan jumlah viewers yang sudah melampaui 16 juta penonton.


Saya pun baru menonton film pendek ini kemarin karena rasa penasaran banyak postingan tentang film ini di sosial media. Dalam sehari saya bisa memutar film ini lebih dari 5 kali karena banyak adengan yang menarik dan memiliki makna mendalam. Akting pemainnya pun saya nilai diatas rata-rata, terkesan natural dan jika boleh jujur lebih baik dari artis sinetron ataupun FTV dan bisa disejajarkan dengan pemain film bioskop yang sudah memiliki nama seperti Christine Hakim.

Pandangan saya ada banyak kearifan lokal khususnya pada masyarakat desa yang bisa dijadikan pembelajaran dalam potongan adegan film Tilik. Apa saja?

#1 Budaya Sumbangan dan Iuran

Pada awal adegan, penonton sudah disuguhkan dengan dialog mengumpulkan sumbangan. Sumbangan tersebut dikumpulkan untuk diberikan kepada Bu Lurah yang sedang dirawat di rumah sakit. Budaya sumbangan sudah sangat melekat pada masyarakat kita khususnya yang tinggal di pedesaan.

Di desa saya, ketika tetangga sedang sakit. Warga akan datang beramai-ramai untuk menjenguk sambil membawa sumbangan warga atau hasil bumi seperti buah dan sayur untuk diberikan kepada tetangga yang sedang sakit. Jika ada warga yang sedang mengadakan hajatan, warga akan bertamu dengan membawa sembako. Tujuannya dengan sembako seperti Beras, telor dan minyak dapat digunakan oleh si pemilik acara untuk menjamu tamu ataupun dijual untuk membantu pengeluaran mengadakan hajatan tersebut.

Warga desa juga sering mengadakan kerja bakti dimana bapak dan pemuda desa akan bergotong royong untuk membersihkan desa, membangun infrastruktur, maupun kegiatan lainnya. Disini para istri akan saling berkoordinasi untuk mengumpulkan sumbangan seperti ada yang menyumbang nasi, lauk-pauk, kue, minuman, hingga bantuan tenaga. Mereka melakukan sumbangan tersebut atas kemauan sendiri karena rasa kepedulian dan kebersamaan.

Selain sumbangan, terdapat juga iuran menjadi ciri khas masyarakat desa. Misalkan iuran keamanan, iuran RT/RW, iuran desa dan sebagainya. Bila sumbangan bersifat sukarela dan jumlah besar sumbangan bisa berbeda maka iuran lebih berupa kewajiban yang sudah diatur secara bersama. Misalkan adanya iuran RT perbulan yang nominalnya sama untuk setiap Kepala Keluarga (KK) contohnya Rp. 10.000/KK tiap bulan.

#2 Budaya Gosip

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun