Sudah hampir 4 bulan saya tidak menonton film di Bioskop. Sejak masa pandem dan penerapan PSBB, banyak sektor hiburan yang diminta untuk tutup sementara termasuk bioskop.Â
Padahal biasanya ketika ada film terbaru baik itu film nasional atau mancanegara apalagi yang tengah jadi perbincangan pasti disempatkan untuk menonton di Bioskop.
Ada kisah lucu yang saya alami. Sempat tinggal di salah satu kota kecil di Jawa Timur dimana hanya terdapat 1 bioskop Cineplex yang tidak terlalu besar. Mengingat saat itu saya ditugaskan bukan di kota besar alhasil ada plus minus ketika muncul hasrat menonton di bioskop.Â
Plusnya kita bisa bebas memilih tempat duduk karena masih sedikit orang yang datang ke bioskop. Berbeda dengan di kota besar seperti Surabaya atau Malang yang ketika ada muncul film baru, penonton akan datang berbondong-bondong.Â
Seingat saya hanya film avanger saya yang berhasil membuat kursi penuh, rata-rata hanya terisi maksimal seperempat dari kursi yang tersedia. Harga menontonnya pun masih tergolong murah yaitu 25 ribu per orang untuk weekday dan 35 ribu saat weekend.
Minusnya, saya pernah ingin menonton film How to Train Your Dragon : The Hidden World, sebuah film animasi yang lumayan populer. Ketika saya menonton di jam akhir sekitar jam 8 malam. Ada aturan bahwa syarat film diputar jika ada penonton minimal 4 orang.Â
Saat itu hanya saya seorang yang datang dan bermaksud menonton film tersebut alhasil harus gigit jari karena tidak bisa diputarkan. Bisa dibayangkan perasaan saya saat itu, baru pulang kerja, meluangkan waktu datang ke bioskop yang letaknya lumayan jauh ternyata saat datang film tidak bisa diputar karena tidak memenuhi kuota minimal 4 orang.
4 bulan berlalu sejak April namun belum tampak tanda-tanda bioskop boleh diijinkan beroperasional. Padahal sejak pertengahan Juli sempat beredar pembukaan bioskop akhir Juli atau Awal Agustus. Padahal dari Mei-Agustus umumnya menjadi masa panen rejeki bagi pengelola Bioskop.Â
Umumnya di pertengahan tahun, para produser mulai gencar mempromosikan film mereka karena pada periode ini terdapat banyak waktu libur keluarga.Â
Dulu pada periode ini banyak poster film tentang kisah remaja, animasi anak-anak,religi, film romantis hingga fiksi baik dari nasional maupun mancanegara yang dipajang disekitar bioskop.
Ada beberapa film yang saya tunggu-tungu sejak akhir Desember karena diagendakan akan tayang pada pertengahan 2020. Sebut saja film Mulan dari Disney, No Time to Die, ataupun Candyman yang saya sudah tidak sabar menunggu justru harus ditunda sementara.Â
Saya menyadari bahwa industri hiburan dan perfilman menjadi sektor yang terpuruk selama pandemi. Moment yang sudah diagendakan dan diharapkan akan mendatangkan pundi-pundi uang justru harus menerima kepahitan karena adanya pelarangan pembukaan bioskop.Â
Disisi lain justru tv kabel ataupun media streaming digital seperti Netflix justru meraup pundi selama pandemi akibat penutupan sementara bioskop. Banyak orang akhirnya mulai berlangganan tv kabel ataupun media streaming digital untuk mengisi kebosanan selama masa pandemi. Namun tetap bagi saya ada sesuatu yang berkurang dibandingkan menonton langsung di bioskop.
Entah mengapa menonton di bioskop terasa seru seperti pergi dengan pasangan atau beramai-ramai dengan teman, mengantri tiket, kadangkala ada perdebatan kecil tentang film yang ingin ditonton, membeli minuman dan popcorn untuk cemilan selama menonton hingga menciptakan kenangan tersendiri jika menonton dengan orang yang dikasihi.
Dari sisi layar yang lebih besar seakan menonton terasa puas apalagi diiringi soundsystem bioskop yang menggelegar sangat mendukung jalan cerita apalagi yang bergenre horor.Â
Sekalinya muncul sosok hantu, suara sudah bisa bikin kaget dan bulu kuduk merinding. Sedikit berbeda jika menonton dengan tv kabel atau video streamin. Kadang nuansa kebersamaan dan keseruan nonton agak berkurang.
Pak Jokowi kapan kami bisa menonton lagi di bioskop?
Pertanyaan serupa juga pasti banyak terlintas di pikiran masyarakat khususnya para pecinta film. Kejenuhan selama pandemi serta munculnya rasa kerinduan untuk seru-seruan menonton di bioskop terasa besar.
Ketika mall sudah diijinkan beroperasi, banyak tenant usaha seperti pakaian, kuliner, perbelanjaan yang mulai didatangi pengunjung. Namun bioskop masih harus menunggu secara sabar.Â
Padahal saya sempat melihat salah satu postingan manajemen pengelola bioskop dimana mereka tengah membenah diri dengan memastikan prosedur protokol kesehatan akan dijalankan apabila ijin pembukaan sudah diberikan.
Dalam postingan di salah satu media sosial, saya melihat bagaimana pengelola sudah menyediakan SOP selama pemutaran film seperti petugas menggunakan masker dan faceshield, tersedia media pencuci tangan, handsanitizer, pengecekan suhu saat akan memasuki bioskop, menerapakan jarak antar bangku pengunjung hingga penyemprotan setelah pertunjukan selesai. Video tersebut memang baru sebatas penginformasian tentang gambaran pelaksanaan protokol kesehatan bila bioskop sudah dibuka kembali.
Ironisnya pemberitahuan yang sempat tersebar bahwa bioskop akan dibuka per 29 Juli 2020 kini melihat trend penyebaran Covid19 yang masih tinggi membuat agenda tersebut harus ditunda hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan.Â
Kekhawatiran bahwa bioskop dapat menjadi cluster baru penyebaran virus Covid19 mengingat interaksi antar sesama penonton sangat tinggi apalagi berada pada 1 ruangan tertutup. Dikhawatirkan pula virus menempel di benda sekitar bioskop yang dapat memicu penularan.
Sekali kerinduan saya harus dibendung dulu entah sampai kapan.Â
Pak Jokowi, sekali lagi saya sampaikan saya rindu nonton di bioskop. Tolong bantu obati kerinduan ini segera. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H