Jika pada upacara konvensional akan menggunakan pakaian yang sudah ditentukan hingga berbaris rapi. Kini saya membayangkan bisa saja peserta menggunakan kemeja namun masih menggunakan kolor atau celana pendek.
Ini mengingat peserta hanya mengikuti rangkaian acara dengan posisi setengah badan. Kondisi ini tentu mengurangi kesiapan dan semangat peserta dalam mengikuti HUT RI.
Jika berkaca pada aktivitas Study from home atau kelas online dimana banyak muncul postingan tentang siswa yang ikut kelas online sambil tidur, makan, mandi, ataupun aktivitas pribadi lainnya.Â
Hal ini bisa terjadi pada kegiatan upacara online. Ini mengingat susahnya mengatur sikap orang lain melalui media virtual.
Bagi peserta upacara yang cerdik namun ada perasaan masih ngantuk atau sengaja menghindari ikut upacara online. Bisa saja menyiasati dengan mengubah nama dengan penulisan connecting.Â
Cara ini banyak dilakukan oleh pelajar, mahasiswa ataupun pekerja yang melakukan aktivitas daring. Melalui cara ini seolah-olah peserta hadir namun karena jaringan tidak stabil membuat gadget berusaha mencari jaringan dan wajah tidak muncul di layar.
Semakin hari selalu ada cara dan trik baru yang diciptakan masyarakat untuk mengelabui suatu hal. Ini pun bisa terjadi saat pelaksanaan upacara online.
Disisi lain meskipun upacara HUT RI tahun ini terasa berbeda karena harus dilakukan secara virtual namun saya mengapresiasi pemerintah dan penyelenggara.Â
Apresiasi ini karena kondisi pandemi ini telah mengubah tata kebiasaan dan aktivitas masyarakat global. Meskipun ada penerapan protokol kesehatan yang melarang aktivitas yang melibatkan massa dalam jumlah besar.Â
Pemerintah melalui Sekretaris Negara berusaha merancang agar pelaksanaan HUT RI tetap bisa dilaksanakan secara khidmat dan tetap sesuai aturan protokol kesehatan.