Utang adalah pemutus tali silaturahmi terkejam
Saya akui pernah memutus tali silaturahmi dengan seseorang karena masalah piutang. Awalnya seorang rekan kerja panik karena uang kantor yang diserahkan padanya ada selisih jumlah. Mau tidak mau dirinya harus mengganti uang selisih tersebut.
Namun dirinya mengaku semua keuangan pribadi dipegang oleh istri sehingga ada ketakutan masalah ini akan sampai pada istri dan tentu saja bisa jadi runyam.
Karena saya tidak tega, saya pinjamkan uang dari tabungan pribadi agar masalah bisa kelar. Dirinya berjanji gajian akan dibayar.
Niat baik kadang tidak sejalan dengan yang diharapkan. Karakter saya yang pelupa justru terkesan dimanfaatkan dengan dirinya melupakan utang dan janji untuk membayar.
Tidak lama setelah kejadian itu, saya dimutasi cabang di beda provinsi. Tiba-tiba rekan saya chat dan menginfokan bahwa dirinya punya utang sama saya.Â
Namun ketika saya mencoba menagih, dirinya menolak membayar karena selisih uang terjadi karena kantor meminta dirinya memback up rekan lain yang bertanggungjawab terhadap uang operasional.
Inilah yang membuat saya kecewa dan marah. Uang yang semestinya bisa saya gunakan untuk kepentingan pribadi namun saya pinjamkan dengan maksud baik justru dimanfaatkan. Sejak saat itu saya memblokir kontak rekan tersebut apalagi kini sudah berbeda provinsi.
Kejadian ini pasti juga banyak menimpa Kompasianer di mana utang justru menjadi perenggang hubungan antara teman, sahabat atau bahkan keluarga sendiri.