Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Fadli Zon dan Fahri Hamzah Adalah Sahabat Baru Jokowi?

12 Agustus 2020   17:03 Diperbarui: 12 Agustus 2020   17:09 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik pilihan Kompasiana saat ini cukup menarik untuk diulas terkait penghargaan Bintang Mahaputera Nararya oleh Presiden Joko Widodo kepada sosok Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Masyarakat pasti familiar dengan kedua sosok politikus ini yang kerap kali memberikan kritikan pedas kepada pemerintahan Jokowi. 

Kedua sosok ini memegang posisi penting seperti Fadli Zon yang merupakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) periode 2014 - 2019. Fadli Zon juga ikut mendirikan Partai Gerindra bersama Prabowo Subianto dan menduduki posisi Wakil Ketua. Fahri Hamzah juga duduk sebagai Wakil Ketua DPR RI 2014-2019 bersama dengan Fadli Zon.

saya tertarik dengan keterpilihan Fadli Zon sebagai kandidat penerima penghargaan Bintang Mahaputera Nararya. Ketika berbicara tentang sosok Fadli Zon, pikiran saya langsung teringat pada cuitan twitter tentang plesetan lirik Potong Bebek Angsa. Plesetan lagu ini dianggap ditujukan untuk Jokowi pada saat menjelang Pilpres 2019. 

Fadli Zon seakan mengkritisi Jokowi yang berniat maju dua kali karena dianggap gagal mengurus bangsa, membuat fitnahan terhadap HTI dan FPI dan ada embel-embel PKI yang seakan ditujukan kepada sosok Jokowi menjadi kontroversi yang luar biasa saat Pilpres 2019. 

Baginya plesetan tersebut hanyalah bagian dari seni namun tidak sedikit yang mengkritik dimana plesetan tersebut terkesan kampanye hitam (black campaign) yang mengarah pada salah satu calon presiden. Ini didasarkan pada background politik Fadli Zon yang berasal dari Gerindra yang saat itu menjadi oposisi pemerintah dan pendukung Prabowo pada Pilpres 2019.

Kritikan Fadli Zon terlihat jelas dengan puisi sindiran Nawacita menjadi Nawaduka dimana kita tahu bahwa Nawacita sebagai 9 program prioritas Jokowi-JK selama 5 tahun pemerintahan. Puisi ini terkesan menyatakan bahwa program Jokowi justru menyengsarakan rakyat dibandingkan menyejahterakan rakyat. Cukup menarik bahwa ternyata Fadli Zon selain handal dalam berpolitis namun juga memiliki jiwa sastra dan seni yang tinggi.

Jiwa kritis Fadli Zon pada pemerintahan Jokowi periode pertama sangat terlihat jelas. Tentu ini juga membuat dirinya cepat dikenal publik sebagai sosok kontroversial. Entah kenapa sejak masuknya Prabowo dalam roda pemerintahan Jokowi Periode Kedua, justru jiwa kritis Fadli Zon ibarat tanaman yang tidak mendapat siraman air, layu dan tidak sekokoh sebelumnya. 

Dulu seringkali muncul berita kontroversi seputar Fadli Zon. Bahkan ketika Fadli Zon mengeluarkan statement, media langsung menjadikan hal tersebut headline. Tidak heran dari yang saya tidak mengenal sosok Fadli Zon kini namanya terngiang-ngiang di sanubari.

Menguntip pada istilah penghargaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dianggap sebagai perbuatan (hal dan sebagainya) menghargai; penghormatan. Jika menelisik pada definisi penghargaan atau rewards dari kajianpustaka.com seperti Leman (2000) penghargaan dianggap sebagai sesuatu yang diberikan kepada perorangan atau kelompok jika mereka melakukan suatu keunggulan di bidang tertentu; sedangkan Arikunto (1993), menjelaskan penghargaan sebagai sesuatu yang diberikan kepada seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikehendaki (Sumber klik disini).

Merujuk pada dua definisi penghargaan diatas dapat digarisbawahi bahwa penghargaan identik dengan prestasi dan keunggulan di bidang tertentu. Maka saya pun mencari tahu apa prestasi Fadli Zon hingga dipercaya Jokowi mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera Nararya yang notabane-nya dianggap sebagai penghargaan tertinggi pada masyarakat sipil. 

Artinya akan ada prestasi luar biasa yang dihasilkan oleh si penerima dan dirasakan oleh banyak orang. Saya mencoba menulis beberapa prestasi Fadli Zon versi saya sendiri.

Prestasi Pertama : Terpilih Sebagai Chairman of Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC)

Terpilihnya Fadli Zon sebagai ketua GOPAC pada 8 Oktober 2015 memang menjadi prestasi yang membanggakan. Banyak media menyebutkan bahwa Fadli Zon terpilih secara aklamasi pada rapat dewan direksi GOPAC untuk menggantikan Garcia Cervantes dari Meksiko. Dari nama lembaga, kita sudah bisa menerka bahwa organisasi ini fokus memperkuat peran parlemen dalam memerangi korupsi. 

Ironisnya Setya Novanto, ketua DPR RI 2014 justru tersandung kasus mega korupsi E-KTP yang merugikan negara mencapai Rp. 2,3 triliun. Saya ingat betul bahwa komposisi DPR RI saat itu diketuai oleh Setya Novanto di dampingi oleh Fadli Zon, Agus Hermanto, Taufik Kurniawan, Fahri Hamzah sebagai wakil ketua. Artinya peran Fadli Zon harusnya dalam GOPAC seharusnya mengantisipasi agar tidak terjadi kasus mega korupsi E-KTP.

Prestasi Kedua : Terpilih Dua Kali sebagai Anggota DPR RI

Terpilihnya kembali Fadli Zon sebagai anggota DPR RI 2019-2024 untuk kedua kalinya memang bukan hal mengejutkan. Berbagai pemberitaan turut mengangkat citra dirinya ke publik. Saya pun dari tidak terlalu mengenal sosok Fadli Zon namun seiring waktu mulai tahu tentang sepak terjang hidup dan karir politik dirinya. Bahkan keberhasilan dirinya memperoleh suara terbanyak pada Dapil  Jabar V  yang dikenal sebagai Dapil Neraka karena berkumpulnya banyak sosok politisi unggul dan public figure ternama yang ikut bertarung pada Dapil ini.

Jika keberhasilan Fadli Zon ini menjadi alasan dirinya terpilih sebagai penerima Bintang Mahaputera Nararya sepertinya masih banyak kandidat lain yang juga menunjukkan prestasi sama. Sebut saja Hidayat Nur Wahid, Rachel Maryam, Achmad Baidowi, ataupun Edhie Baskoro Yudhoyono yang juga menempati DPR RI lebih dari sekali. Berkaca pada prestasi Fadli Zon sebagai peraih suara terbanyak di Dapil Jabar 5 sebenarnya masih banyak peraih suara yang melebihi suara Fadli Zon. Bahkan Puan Maharani sebagai peraih suara terbanyak pada Pileg 2019 harusnya menjadi kandidat yang kuat untuk meraih penghargaan tersebut.

Prestasi Ketiga : Gerindra Merapat Pada Jokowi

Banyak masyarakat memang cukup kaget dengan pilihan Jokowi menetapkan Prabowo Subianto yang notabane-nya sebagai saingan dalam Pilpres 2019 sebagai menteri Menteri Pertahanan Indonesia 2019. Masuknya Prabowo Subianto memantahkan anggapan bahwa Prabowo dalam naungan Gerindra akan menjadi oposisi kuat pemerintahan. Banyak masyarakat masih berharap Gerindra ataupun Prabowo memberikan kritikan tajam apabila roda pemerintah dianggap tidak berpihak pada rakyat. 

Nyatanya seiring waktu terlihat sinyal Gerindra mulai berpihak pada kebijakan yang dikeluarkan oleh Jokowi. Tentu saja kondisi ini membuat mau tidak mau Fadli Zon pun ikut terbawa suasana dengan tidak sekritis sebelumnya. 

Ibarat bumerang, segala kritikan pedas Fadli Zon kepada pemerintahan Jokowi periode kedua bisa saja ikut menyerang balik ke partai ataupun sosok Prabowo yang kini dipercaya sebagai Menteri Pertahanan RI.

Pandangan ini yang akhirnya membuat saya berpikir bahwa kini Fadli Zon telah menjadi sahabat baru Jokowi. Saya teringat bahwa segala sesuatu di dunia ini khususnya dalam panggung politik bersifat Dinamis. 

Dulu Lawan Kini Sahabat. Dulu Sahabat Kini Lawan

Berusaha memutar waktu, dulu saya mengenal sosok Fadli Zon dengan pernyataan kontroversial dan kritik pedas kepada pemerintahan kini nyaris saya tidak pernah mendengar hal serupa pada pemerintah Jokowi yang kedua. Kondisi ini identik seperti Singa yang Tumpul Gigi artinya dulu begitu kuat mengaum kini semenjak salah satu gigi tumpul lebih banyak memilih diam. Diam adalah Emas, bisa jadi filosofi ini dipegang oleh Fadli Zon saat ini.

Pasti adalah alasan tersendiri mengapa Jokowi mempercayakan penghargaan tertinggi sipil tersebut diberikan kepada sosok Fadli Zon yang dulu dikenal oleh masyarakat sebagai lawan politik yang kerapkali melancarkan kritikan dan strategi menentang kepimpinan Jokowi. Namun saya hanya sebagai warga biasa yang hanya bisa menerima keakraban yang tengah terjalin antara Fadli Zon dan Jokowi seiring masuknya tokoh-tokoh Gerindra dalam lingkaran pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun