Masuknya nama Raffi Ahmad, artis ibukota menjadi bakal calon pendamping Siti Nur Azizah, putri Ma'aruf Amin dalam Pilwali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) 2020 mengingatkan saya pada fenomena banyaknya artis yang masuk dunia politik. Ada yang berhasil, ada yang gagal. Ada yang menunjukkan prestasi ada juga yang menorehkan kisah kelam.
Bukan hal baru ketika menjelang Pemilu atau Pilkada, petinggi partai politik dan kandidat calon yang ingin maju dalam Pilkada melirik artis untuk ikut bergabung dalam kepentingannya.Â
Alasan cukup sederhana, artis ibukota sudah dikenal masyarakat, memiliki fans banyak dan diharapkan akan mendulang banyak suara saat Pemilu/Pilkada.
Beberapa artis yang berhasil dalam Pilkada antara lain Rano Karno sebagai Wagub Banten 2012-2017; Dede Yusuf Wagub Jabar 2008-2013; Deddy Mizwar Wagub Jabar 2013-2018 dan Pasha "Ungu" sebagai Wakil Walikota Palu 2016-2021 (sumber berita klik disini).
Banyak yang berhasil menduduki jabatan strategis sebagai pemimpin daerah namun sebenarnya banyak juga yang gagal. Contoh saja Helmy Yahya, Ikang Fawzi; Emilia Contessa; Andre Taulany dan Rieke Dyah Pitaloka. Ternyata gelar keartisan belum bisa mengantarkan mereka pada Pilkada di tempatnya masing-masing.
Mengemban amanat sebagai pemimpin daerah terpilih pun bukanlah perkara mudah. Kita tahu bahwa politik itu kejam. Sahabat bisa menjadi musuh dan musuh bisa menjadi sahabat. Kedudukan pun bisa menyesatkan iman. Maka tidak heran ada istilah godaan terbesar manusia adalah Tahta, Harta dan Wanita.
Tahta sudah pasti kita memiliki kuasa untuk mengatur dan mengelola daerah yang kita pimpin. Harta, bukan rahasia umum tunjangan dan fasilitas pemimpin daerah sangat menggiurkan apalagi jika berada di daerah yang kaya akan industri dan sumber daya alam. Wanita pun banyak yang luluh jika didekati oleh pejabat atau bahkan para wanita sendiri yang berusaha menggoda pejabat terpilih.
Zumi Zola menjadi pejabat dari kalangan artis yang harus menerima kisah kelam. Dirinya kini justru merasakan dinginnya ruang tahanan karena dugaan kasus korupsi.Â
Kita pun dapat berkaca pada pengalaman Diky Chandra yang sempat merasakan jabatan sebagai Wabup Garut namun memilih mengundurkan diri karena dianggap tidak sejalan dengan bupati terpilih Aceng Fikri. Padahal posisi tersebut diraih karena kerjasama kedua pihak selama Pilkada.
Pasti ada alasan tersendiri mengapa Siti Nur Azizah berusaha mendekati Raffi Ahmad. Padahal sosoknya sebagai putri dari Wapres RI memberikan keuntungan sendiri karena pamornya sudah dikenal masyarakat. Ini artinya Siti Nur sadar dirinya butuh figur lain untuk mengamankan suaranya agar dapat terpilih pada Pilwali Kota Tangsel 2020.Â
Saya melihat Raffi Ahmad memiliki 3 aspek yang menjadi nilai jual.Â
Artis Papan Atas
Sepertinya pembaca pun tahu atau setidaknya pernah mendengar nama Raffi Ahmad. Suami dari Nagita Slavina ini intens muncul di berbagai acara di TV nasional mulai dari presenter musik, acara komedi, talkshow hingga sebagai penyanyi.
Popularitasnya sebagai artis papan atas pasti sangat menguntungkan karena tidak perlu gencar promosi untuk mengenalkan diri kepada masyarakat Tangsel karena warga mayoritas sudah mengenal sosok Raffi.
Muda dan Penampilan Menarik
Usianya yang muda dengan penampilan yang menarik tentu saja bak magnet yang akan menarik pemilih kaum hawa khususnya kalangan milenial dan emak-emak.Â
Saya teringat dulu saat Pilgub DKI Jakarta 2017 muncul sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Emak-emak muda di kantor langsung heboh dan ingin memilih AHY. Ketika saya tanya alasan karena AHY cakep dan berkharisma seperti bapaknya SBY.Â
Sekali lagi saat Pilgub Jatim, saya mendapat tugas di salah satu kota di Jatim. Muncul sosok Emil Dardak sebagai Cawagub mendampingi Khofifah. Emak-emak di kantor pun banyak yang terkesima dan ingin memilih pasangan ini. Alasan sama cakep dan muda.
Dalam hati saya, wow ternyata penampilan fisik juga menjadi pertimbangan. Para kaum hawa khususnya emak-emak muda begitu cepat menentukan pilihan tanpa harus melihat visi dan misi pasangan calon atau mengetahui background si pasangan calon.
Kondisi seperti ini yang sepertinya ingin dirasakan oleh Siti Nur Azizah untuk menarik pemilih wanita di Tangsel. Penampilan Raffi Ahmad yang menarik serta masih muda seakan menjadi senjata kuat dalam memikat pemilih wanita di Tangsel.
Finansial Raffi yang Kuat
Sebagai artis papan atas serta melihat gaya hidup Raffi, penilaian bahwa kondisi finansial Raffi dirasa kuat sangat wajar. Apalagi hobi Raffi Ahmad yang dinilai ekslusif seperti koleksi mobil sport dan bepergian keluar negeri dengan fasilitas mewah semakin menguatkan penilaian ini. Nagita Slavina sebagai istrinya pun berasal dari background keluarga terpandang.
Kita semua tahu bahwa biaya pentas di panggung politik itu tidak murah. Ada partai yang menerapkan mahar yang mahal bila seseorang ingin diusung oleh partai. Tidak hanya itu biaya kampanye pun akan menguras dana. Untuk sekelas Pilkada biasanya akan menghabiskan dana milyaran rupiah.
Jika finansial kandidat tidak kuat sepertinya akan menjadi pengganjal untuk menang. Ini karena hampir semua proses Pilkada mengeluarkan dana besar.
Raffi dianggap figur yang layak untuk dipertimbangkan karena memiliki modal yang cukup untuk maju dalam Pilkada.Â
Namun masihkah gelar artis menjual dalam Pilkada Tangsel?
Saya melihat demografi warga Kota Tangsel memiliki background pendidikan yang baik. Ini artinya warga Tangsel tidak serta merta menerima dengan mudah sosok artis. Semakin tinggi latar pendidikan warga maka semakin kritis dirinya melihat sesuatu. Akan ada pertimbangan bibit, bebet dan bobot dari pasangan Calon.
Raffi Ahmad bisa terbilang buta akan politik dan birokrat. Ini akan menjadi pertimbangan mendasar mengingat jabatan 5 tahun bukan waktu yang singkat. Politik bukanlah panggung entertainment yang bisa menghibur banyak orang.
Politik terbilang cukup kejam. Satu kebijakan bisa menyenangkan salah satu pihak namun pihak lain bisa dirugikan. Alhasil Raffi harus siap menerima kondisi itu.
Raffi juga bukanlah anggota partai. Ini artinya jika Raffi bersedia maju dan terpilih jadi Wakil Walikota Tangsel. Mau tidak mau dirinya harus bersedia terikat kontrak politik dengan partai pengusung dan bersedia mengakomodir kepentingan partai.
Citra playboy Raffi Ahmad yang sempat terbentuk dari opini masyarakat juga bisa menjadi penilaian. Meskipun hal tersebut bersifat pribadi namun karena sudah maju sebagai calon pemimpin daerah maka segala hal pribadi pun bisa menjadi penilaian.
Keputusan Raffi jika bersedia maju mendampingi putri Ma'aruf Amin pun harus seijin Nagita. Adakalanya keputusan yang diambil Raffi karena faktor pribadi justru berdampak kurang enak.Â
Contohnya saat dirinya terobsesi membuatkan film layar lebar untuk anaknya Rafathar membuat dirinya rugi milyaran rupiah karena projek dianggap gagal. Dirinya pun sempat mengatakan menyesal karena keputusan tersebut karena diambil tanpa persiapan matang.Â
Atau ketika dirinya membeli mobil mewah untuk koleksi justru menimbulkan konflik dengan istri karena keputusan diambil sepihak.
Meskipun tantangan berat akan dihadapi Raffi jika tetap maju namun jaringan luas yang dimiliki serta banyaknya teman artis yang berhasil menjadi Kepala Daerah dan DPR pasti bisa membantu Raffi jika terpilih nanti. Segala sesuatu masih bisa berubah dengan tetap belajar memperbaiki dan mengembangkan diri.Â
Namun berdasarkan berita online terbaru yang saya baca ternyata Raffi memutuskan untuk tidak menerima pinangan Siti Nur sebagai wakilnya dalam Pilwali Kota Tangsel. Keputusan yang pasti sudah dipertimbangkan dengan matang.Â
Politik bersifat dinamis. Mungkin saat ini Raffi masih mempertimbangkan untuk menolak dalam panggung politik namun bisa saja keputusan tersebut berubah dikemudian hari. Kita tunggu saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H