Kita semua tahu bahwa biaya pentas di panggung politik itu tidak murah. Ada partai yang menerapkan mahar yang mahal bila seseorang ingin diusung oleh partai. Tidak hanya itu biaya kampanye pun akan menguras dana. Untuk sekelas Pilkada biasanya akan menghabiskan dana milyaran rupiah.
Jika finansial kandidat tidak kuat sepertinya akan menjadi pengganjal untuk menang. Ini karena hampir semua proses Pilkada mengeluarkan dana besar.
Raffi dianggap figur yang layak untuk dipertimbangkan karena memiliki modal yang cukup untuk maju dalam Pilkada.Â
Namun masihkah gelar artis menjual dalam Pilkada Tangsel?
Saya melihat demografi warga Kota Tangsel memiliki background pendidikan yang baik. Ini artinya warga Tangsel tidak serta merta menerima dengan mudah sosok artis. Semakin tinggi latar pendidikan warga maka semakin kritis dirinya melihat sesuatu. Akan ada pertimbangan bibit, bebet dan bobot dari pasangan Calon.
Raffi Ahmad bisa terbilang buta akan politik dan birokrat. Ini akan menjadi pertimbangan mendasar mengingat jabatan 5 tahun bukan waktu yang singkat. Politik bukanlah panggung entertainment yang bisa menghibur banyak orang.
Politik terbilang cukup kejam. Satu kebijakan bisa menyenangkan salah satu pihak namun pihak lain bisa dirugikan. Alhasil Raffi harus siap menerima kondisi itu.
Raffi juga bukanlah anggota partai. Ini artinya jika Raffi bersedia maju dan terpilih jadi Wakil Walikota Tangsel. Mau tidak mau dirinya harus bersedia terikat kontrak politik dengan partai pengusung dan bersedia mengakomodir kepentingan partai.
Citra playboy Raffi Ahmad yang sempat terbentuk dari opini masyarakat juga bisa menjadi penilaian. Meskipun hal tersebut bersifat pribadi namun karena sudah maju sebagai calon pemimpin daerah maka segala hal pribadi pun bisa menjadi penilaian.
Keputusan Raffi jika bersedia maju mendampingi putri Ma'aruf Amin pun harus seijin Nagita. Adakalanya keputusan yang diambil Raffi karena faktor pribadi justru berdampak kurang enak.Â
Contohnya saat dirinya terobsesi membuatkan film layar lebar untuk anaknya Rafathar membuat dirinya rugi milyaran rupiah karena projek dianggap gagal. Dirinya pun sempat mengatakan menyesal karena keputusan tersebut karena diambil tanpa persiapan matang.Â