Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lucunya Negeri Ini, Membeli Sepeda Terasa Murah dan Berkurban Terasa Mahal

28 Juli 2020   12:43 Diperbarui: 28 Juli 2020   12:56 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah membaca tulisan Kompasianer Ire Rosana Ullail tentang kisahnya berburu sepeda dari Depok hingga Jakarta yang sempat menjadi artikel utama di Kompasiana. Tulisan ini semakin menegaskan pernyataan saya di atas (berita lengkap klik disini). 

Saudari Ire menjelaskan bahwa harga sepeda melambung naik saat adanya tren ini bahkan sepeda lipat termurah dihargai 3 jutaan di salah satu toko sepeda. Bahkan banyak pembeli yang rela mengantri panjang hanya untuk berburu sepeda baru. Meski harga sepeda sedang melambung tinggi tidak mematahkan semangat para calon pembeli untuk membeli sepeda.

Saya pun sempat membrowsing harga sepeda baru melalui situs belanja online. Harganya sangat fantastis. Dulu jaman SMP saya teringat harga sepeda di kisaran 400-1 juta. Tapi kini harga sepeda gunung dewasa sudah mencapai harga diatas 2 juta. Sepeda lipat yang tengah populer diatas 3 juta. Bahkan merk sepeda terkenal Brompton M2L Black Titan tembus diangka 56 juta. Nominal yang sangat fantastis dan melewati 2 harga sepeda motor matic yang ada di pasaran.

Terkesan anomali ketika situasi pandemi yang membuat perekonomian terpuruk tapi masyarakat berlomba-lomba membeli sepeda baru hanya untuk mengikuti tren. Tingginya animo masyarakat terlihat dari banyaknya calon pembeli yang mengantri di toko sepeda hingga membuat stok sepeda kosong di beberapa toko menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki tabungan lebih untuk sekedar membeli sesuatu diluar kebutuhan pokok sehari-hari.

Ironisnya ini berbanding terbalik dengan situasi menjelang Idul Adha. Di dekat tempat tinggal saya terdapat pasar kurban dadakan yang hanya ada saat menjelang Idul Adha. Tahun lalu, pasar kurban ini ramai dikunjungi calon pembeli. Bahkan penjual hewan kurban berani datang dari luar daerah dan menyewa lahan kosong untuk memajang hewan kurban karena permintaan yang tinggi.

Beberapa hari ini saya melihat pasar kurban di dekat rumah saya tergolong sepi. Setiap saya melintas hampir tidak ada calon pembeli jikapun ada hanya hitungan jari dan sekedar mencari informasi terkait harga kurban. Ini juga terjadi di beberapa pasar kurban lainnya yang ada disekitar tempat tinggal. Artinya tahun ini jumlah hewan kurban akan menurun drastis karena masyarakat masih berhitung dengan isi tabungan yang ada. 

Kelucuan pertama ketika tren bersepeda tengah naik daun, mereka rela mengeluarkan tabungan untuk membeli sebuah sepeda baru. Jika dibandingkan harga sepeda lipat baru 3-4 jutaan ini sebanding dengan 1 ekor kambing jantan di daerah saya. Bahkan jika membeli jauh hari sebelum Idul Adha dapat terbeli 2 ekor kambing.

Kelucuan kedua yaitu masyarakat muslim sebenarnya paham bahwa hewan kurban akan menjadi kendaraannya saat di akhirat kelak. Artinya berkurban ibarat tabungan di akhirat yang akan membantu mereka menuju surga. Ini berbeda dengan sepeda yang saat ini hanya sekedar kendaraan untuk mobilitas namun seiring waktu akan usang, diabaikan dan akan dibuang. Otomatis sepeda hanyalah kendaraan sementara yang tidak abadi.

Kelucuan ketiga, masyarakat terkesan individualis. Memiliki sepeda baru dan bersepeda hanya akan menyenangkan dirinya sendiri. Orang lain hanya sebagai penonton. Berbeda dengan berkurban dimana kesenangan tidak hanya untuk dirinya sendiri namun orang lain yang menerima hewan kurban tersebut. Tetangga yang ada lain RT pun bisa ikut merasakan kesenangan dari hewan kurban yang dibeli. Artinya banyak orang yang akan bahagia dari aksi sosial kita namun masyarakat lebih memilih menyenangi dirinya sendiri dengan membeli sepeda.

Kelucuan keempat, masyarakat menilai sepeda 3 juta terlihat murah dibanding membeli kurban kambing dengan harga yang sama. Bahkan ada yang rela membeli sepeda Brompton yang bernilai puluhan hingga ratusan juta karena dengan membeli sepeda tersebut akan meningkatkan status sosial dan pamor dirinya. Jika mereka mampu membeli sepeda dengan harga tersebut berarti tabungan mereka pasti diatas itu.

Logikanya jika harga 1 sepeda lipat biasa sebanding harga 1 ekor kambing jantan maka 1 sepeda Brompton bisa digunakan untuk 2 ekor sapi atau bahkan belasan kambing untuk dikurbankan. Jika hewan kurban adalah kendaraan kita di akhirat kelak, bayangkan mengurbankan uang 1 sepeda Brompton maka kita akan mendapatkan belasan kendaraan yang akan mengantarkan kita ke surga. Namun nyatanya manusia lebih suka membeli Brompton dibandingkan 1 ekor sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun