Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahun Ajaran Baru Masih Kelas Online, Orangtua Siswa Kian Stres

27 Juli 2020   10:46 Diperbarui: 27 Juli 2020   11:35 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan SFH Besar

Tidak semua orang tua memiliki anggaran untuk menunjang SFH anak. Ini karena anak membutuhkan gadget canggih seperti smartphone, laptop atau PC untuk membantu mereka belajar daring. Tidak hanya itu kebutuhan kuota internet atau jaringan internet yang besar dan stabil juga dibutuhkan. 

Saya prihatin melihat ada orang tua yang harus rela berhutang untuk membelikan anaknya smartphone untuk bisa dipakai selama belajar online. Selain itu biaya internet juga cukup besar. 

Saya pernah memberikan pulsa Rp. 50.000 untuk 3 keponakan untuk membeli paket internet. Ternyata paket internet hanya bertahan selama 2 minggu karena belajar online dan juga untuk keperluan internet pribadi keponakan. Artinya butuh pulsa Rp. 100.000 untuk 1 bulan. Bayangkan keponakan saya ada 3 orang berarti harus mengeluarkan Rp. 300.000 hanya untuk kuota internet.

Bagi orang tua yang hidup pas-pasan pasti akan terasa memberatkan. Untuk membeli kebutuhan makan saya saja mereka butuh pertimbangan apalagi sekedar untuk membeli gadget beserta kuota internet. 

Ada sebuah artikel berita yang menginfokan orang tua harus rela meminjam Hp tetangga untuk dipakai oleh si anak selama proses belajar online. Ada juga yang rela menjual aset keluarga untuk membelikan anak smartphone dan kuota internet.

Orang tua meski hidup pas-pasan tetap merasa khawatir jika kebutuhan SFG tidak tersedia, dikhawatirkan putra-putri mereka tidak bisa menimba ilmu atau sekedar mengumpulkan tugas sekolah. Fenomena yang sangat dramatis selama pandemi ini.

SPP Tetap Mengalir

Dua hari lalu saya sempat membaca postingan viral di IG tentang pihak sekolah yang menagih SPP anak kepada wali murid via pesan WhatsApp. Orang tua memberikan balasan menohok dengan mengirimkan gambar uang sebagai bentuk pembayaran SPP. Aksi orang tua ini sebenarnya adalah rasa protes karena anak justru lebih banyak belajar di rumah melalui kelas online namun SPP tetap harus dibayarkan tanpa ada keringanan.

Ini juga menjadi salah satu keluh kesah kakak saya. Keponakan saya paling besar kini mulai masuk jenjang SMA dan perlu membayar uang gedung, seragam, buku, uang SPP dan printilan lainnya. Nominalnya pun jutaan rupiah namun proses belajar mengajar harus tetap SFH sesuai instruksi dari pemerintah karena berada di zona merah. Bayangkan membayar jumlah yang besar tapi anak masih harus belajar di rumah.

Saya percaya banyak orang tua siswa yang berpikiran bahwa perlu adanya keringanan SPP untuk anak yang menerapkan SFH. Keringanan SPP ini setidaknya dapat digunakan untuk menutupi kebuthan SFH seperti kuota internet yang juga membutuhkan anggaran besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun