Kebutuhan SFH Besar
Tidak semua orang tua memiliki anggaran untuk menunjang SFH anak. Ini karena anak membutuhkan gadget canggih seperti smartphone, laptop atau PC untuk membantu mereka belajar daring. Tidak hanya itu kebutuhan kuota internet atau jaringan internet yang besar dan stabil juga dibutuhkan.Â
Saya prihatin melihat ada orang tua yang harus rela berhutang untuk membelikan anaknya smartphone untuk bisa dipakai selama belajar online. Selain itu biaya internet juga cukup besar.Â
Saya pernah memberikan pulsa Rp. 50.000 untuk 3 keponakan untuk membeli paket internet. Ternyata paket internet hanya bertahan selama 2 minggu karena belajar online dan juga untuk keperluan internet pribadi keponakan. Artinya butuh pulsa Rp. 100.000 untuk 1 bulan. Bayangkan keponakan saya ada 3 orang berarti harus mengeluarkan Rp. 300.000 hanya untuk kuota internet.
Bagi orang tua yang hidup pas-pasan pasti akan terasa memberatkan. Untuk membeli kebutuhan makan saya saja mereka butuh pertimbangan apalagi sekedar untuk membeli gadget beserta kuota internet.Â
Ada sebuah artikel berita yang menginfokan orang tua harus rela meminjam Hp tetangga untuk dipakai oleh si anak selama proses belajar online. Ada juga yang rela menjual aset keluarga untuk membelikan anak smartphone dan kuota internet.
Orang tua meski hidup pas-pasan tetap merasa khawatir jika kebutuhan SFG tidak tersedia, dikhawatirkan putra-putri mereka tidak bisa menimba ilmu atau sekedar mengumpulkan tugas sekolah. Fenomena yang sangat dramatis selama pandemi ini.
SPP Tetap Mengalir
Dua hari lalu saya sempat membaca postingan viral di IG tentang pihak sekolah yang menagih SPP anak kepada wali murid via pesan WhatsApp. Orang tua memberikan balasan menohok dengan mengirimkan gambar uang sebagai bentuk pembayaran SPP. Aksi orang tua ini sebenarnya adalah rasa protes karena anak justru lebih banyak belajar di rumah melalui kelas online namun SPP tetap harus dibayarkan tanpa ada keringanan.
Ini juga menjadi salah satu keluh kesah kakak saya. Keponakan saya paling besar kini mulai masuk jenjang SMA dan perlu membayar uang gedung, seragam, buku, uang SPP dan printilan lainnya. Nominalnya pun jutaan rupiah namun proses belajar mengajar harus tetap SFH sesuai instruksi dari pemerintah karena berada di zona merah. Bayangkan membayar jumlah yang besar tapi anak masih harus belajar di rumah.
Saya percaya banyak orang tua siswa yang berpikiran bahwa perlu adanya keringanan SPP untuk anak yang menerapkan SFH. Keringanan SPP ini setidaknya dapat digunakan untuk menutupi kebuthan SFH seperti kuota internet yang juga membutuhkan anggaran besar.Â