Tetangga saya berkeluh kesah lebih baik anaknya belajar di sekolah. Setidaknya dirinya bisa beristirahat tenang di rumah. Ketika anak SFH, waktu beristirahat mereka berkurang karena terganggu karena kelakuan anak. Ketika hendak tidur siang setelah selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian tiba-tiba anak memecahkan gelas. Kondisi inilah yang membuat orang tua juga bisa stres jika anak terlalu banyak beraktivitas di rumah.
Orang tua yang juga harus bekerja menerapkan Work From Home (WFH) juga tidak luput dari rasa stres karena kelakuan anak. Bayangkan ketika ayah sibuk membuat presentasi atau tugas kantor tiba-tiba anak menangis minta digendong oleh ayah.Â
Ketika orang tua tengah meeting online dengan kantor ataupun klien tiba-tiba anak berantem disampingnya. Tentu konsentrasi bekerja akan buyar karena kelakuan si anak.
Kemalasan Anak
Adanya SFH, orang tua berharap anaknya dapat membantu aktivitas orang tua di rumah. Setidaknya selepas bangun pagi, anak membantu ibu menyiapkan makanan di rumah, membersihkan peralatan yang kotor, memberi makan peliharaan atau sekedar menyiram tanaman di kebun. Namun kenyataan mereka mendapat anak justru bermalas-malasan di rumah.
Anak bangun jam 10 siang, kemudian sarapan dan dilanjutkan menonton TV, bermain game atau sekedar beraktivitas dengan gadget masing-masing hingga larut malam. Sedikit pun tidak tergerak untuk meringankan beban orang tua di rumah. Kondisi ini membuat orang tua merasa anak terlalu malas selama SFH. Bahkan tidak sedikit orang tua lebih mudah terpancing emosi selama anak SFH dibandingkan saat anak masih belajar di sekolah.
Tidak heran selama SFH anak justru bertambah gemuk karena aktivitasnya makan, tidur, maka, main game online dan diselingi makan cemilan. Bayangkan aktivitas ini rutin dilakukan sejak sekolah menerapkan SFH. Justru aktivitas ini tidak hanya membuat pusing orang tua tapi juga tidak sehat bagi tubuh si anak karena minim aktivitas yang menguras keringat.
Biaya Bulanan Membengkak
Aktivitas anak yang hobi menonton tv, tidur di rumah dengan AC menyala, makan cemilan, bermain playstation, hingga seringnya gadget di charge membuat biaya bulanan ikut membengkak. Kita tahu bahwa sejak masa pandemi, tagihan listrik terasa membengkak. Salah satu penyebabnya karena penggunaan listrik meningkat drastis selama pandemi.
Tidak hanya itu orang tua juga dipusingkan dengan biaya uang jajan anak yang tetap keluar ditambah tagihan pulsa serta internet anak semakin membengkak. Orang tua mengharapkan adanya penghematan dalam keluarga selama pandemi justru mengeluarkan pengeluaran yang tidak terduga dengan nominal besar.
Kesabaran orang tua juga teruji ketika anak dirasa kurang peka terhadap kondisi ekonomi keluarga. Karakter anak seperti ini yang menjadi beban bagi orang tua. Ketika orang tua kena PHK dan tabungan kian menipis untuk kebutuhan sehari-hari, si anak tanpa rasa bersalah menuntut banyak hal seperti uang saku selama di rumah, beli pakaian, belanja online, menyetok makanan kecil untuk cemilan, hingga meminta uang bensin untuk keluyuran diluar rumah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!