Saya beberapa kali jika melewati daerah ini menyempatkan diri membeli Klepon. Kelebihan membeli langsung di Gempol karena Klepon disajikan dalam kondisi hangat sehingga sangat pas sebagai bahan cemilan di perjalanan. Banyak sopir truk, bus ataupun kendaraan pribadi yang sekedar mampir membeli Klepon untuk cemilan selama perjalanan.
Tentu saja iklan viral yang menyatakan Klepon tidak islami bisa menimbulkan reaksi dari para penjual Klepon. Ini karena usaha Klepon sudah menjadi mata pencaharian warga yang tinggal disekitar Gempol dan sudah dijalankan lebih dari 10 tahun.Â
Bahkan sentra industri Klepon di Gempol juga menjadi daya tarik tersendiri karena usaha ini juga upaya memperkenalkan dan menjaga makanan tradisional Klepon ditengah munculnya kuliner baru di masyarakat.
Penjual Klepon pun menganggap bahwa MUI tidak mengeluarkan pernyataan bahwa Klepon tidak islami dan masih mengganggap bahwa Klepon sebagai makanan yang halal. Bahan-bahannya pun mayoritas berasal dari hasil bumi seperti beras ketan, gula merah, garam, dan kelapa.
Berkaca pada usaha sentra Klepon di Gempol, saya melihat pada kotak bungkus Klepon pun sudah dicatumkan produk halal dan ada beberapa pemilik usaha yang mendaftarkan ke BPOM. Ini menunjukkan bahwa produk Klepon layak dikonsumsi dan terbebas dari hal-hal najis.
Saya sangat menyayangkan pembuatan media promosi namun mencantukan pernyataan yang tidak mendasar. Seakan oknum seperti ini tidak pernah belajar dari kejadian serupa dimasa lalu.Â
Banyak orang yang membuat postingan atau berita yang merugikan salah satu pihak sehingga dituntut secara hukum. Bahkan beberapa hari lalu ada postingan permintaan maaf dari seorang pelaku usaha air minum yang menjelekan kualitas produk dengan menyebut sebuah brand ternama. Tujuan agar konsumen berpikir ulang membeli produk yang ada dipasaran dan beralih ke produk yang dijual.
Otomatis somasi hukum pun disampaikan oleh perusahaan air minum tersebut. Permintaan maaf akhirnya terlontar dari pihak yang ada di video. Tidak heran saat ini oknum tertentu seakan mudah membuat pernyataan kontroversi, viral, mendapatkan tuntutan/somasi kemudian berakhir dengan permintaan maaf.
Oknum ini seakan malas belajar dari kesalahan lama. Saya pun sebisa mungkin akan berpikir dulu jika ingin mengeluarkan pendapatan termasuk ketika menulis.Â
Kritikan saya adalah penggunakan istilah tidak islami seakan sensitif di tengah masyarakat kita. Isu SARA sangat mudah menyebabkan konflik. Saya berharap jika si pembuat iklan dapat memberikan klarifikasi terhadap media iklan yang dibuat agar tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Ini mengingat banyak pedagang jajanan tradisional yang menggantungkan hidupnya dari Kue Klepon. Jangan sampai karena 1 iklan yang memojokkan usaha mereka dapat mematikan sumber pendapatan mereka.