Pemberitaan terkait Gibran Rakabumi, putra dari Presiden RI, Joko Widodo mendapat restu sebagai calon Walikota pada Pilwakot Solo 2020 yang diusung oleh PDI Perjuangan terasa gencar belakangan ini.
Pro dan Kontra mewarnai pemberitaan seputar pengusungan Gibran tersebut. Ada pendukung merasa percaya Gibran sosok yang cukup handal sebagai kandidat Calon Walikota. Disisi lain ada juga anggapan bahwa pengusungan Gibran ibarat memperkuat tirani Jokowi di Solo.
Ada gejolak dalam hati saya. Jika benar pengusungan ini sudah mantap dan fix. Bolehlah jika saya jadi Calon Wakil Walikota mendampingi Gibran.
Akan ada banyak pernyataan sinis kenapa saya begitu Percaya Diri (PD) mengajukan kandidat diri sendiri sebagai pendamping Gibran di Pilwakot Solo 2020.
Sudah pasti semua partai pendukung Gibran akan menolak mentah-mentah jika Gibran diduetkan pada saya. Wajar, siapa saya? Seberapa besar saya berpengaruh di Solo? Apa kontribusi saya untuk Solo? Saya jawab Belum ada
Ini hanya sebatas analogi sederhana saya seberapa beruntungnya kandidat yang terpilih mendampingi Gibran.Â
Pertama, sosok Jokowi akan selalu membayangi Gibran. Seluruh warga Solo pasti mengenal sosok Jokowi, mantan Walikota Solo  2 periode.Â
Jokowi dinilai berhasil menata Kota Solo khususnya merevitalisasi pasar tradisional, penataan PKL, hingga gencarnya pembangunan infrastruktur selama 2 periode.Â
Tidak heran pada pencalonan kedua, Jokowi yang saat itu dipasangkan oleh FX Hadi Rudyatmo mendapatkan suara diatas 90 persen. Ini bisa dianggap bahwa warga Solo merasa kinerja Jokowi baik dan pantas untuk melanjutkan pada periode kedua.
Tentu saja bayang-bayang keberhasilan Jokowi akan mendukung membangun citra Gibran selaku putra Jokowi. Akan ada pandangan bahwa Gibran akan melanjutkan keberhasilannya Jokowi menata Solo kedepannya.
Kedua, dukungan dari FX Hadi Rudyatmo. Sebenarnya Bapak Hadi selaku Walikota Solo saat ini pasti berusaha netral selama Pilwali Kota Solo mengingat dirinya masih menjabat sebagai pejabat publik.
Dukungan bukan berarti harus ikut berkampanye dan terjun langsung sebagai tim sukses Gibran. Saya yakin Pak Hadi tidak melakukan hal tersebut karena akan mempengaruhi reputasi dirinya di mata publik.
Dukungan dapat berupa mentor bagi Gibran jika dirinya terpilih sebagai Walikota 2020. Ini mengingat Bapak Hadi adalah wakil Bapak Jokowi saat menjabat sebagai Walikota Solo sejak periode 1 dan 2.Â
Apalagi Pak Hadi juga berasal dari PDI Perjuangan. Secara tanggungjawab moral pasti akan memberikan support jika Gibran terpilih.
Ketiga, Solo adalah basis PDI Perjuangan. Sudah bukan rahasia umum Jawa Tengah khususnya Solo adalah kantong suara PDI Perjuangan.Â
Artinya siapa pun kandidat yang diusung oleh PDI Perjuangan memiliki peluang menang besar dalam pesta akbar warga Solo 5 tahunan ini.
Inilah kenapa banyak tokoh potensial yang berusaha maju dengan mendapatkan restu dari PDI Perjuangan khususnya Ibu Megawati. Faktor massa partai yang besar akan menguntungkan bagi kandidat yang dipilih oleh PDI Perjuangan.
Keempat, media seakan ikut mempromosikan Gibran. Sejak awal tahun pemberitaan tentang masuknya Gibran dalam bursa calon kandidat yang akan diusung oleh PDI Perjuangan seolah menjadi pemberitaan yang bombastis.
Setiap langkah yang diambil Gibran mulai dari mempersiapkan diri sebagai kandidat dalam bursa calon di PDI Perjuangan sudah menjadi topik khusus.Â
Tidak usah terlalu jauh, kini pun dengan penetapan Gibran sebagai kandidat yang diusung PDI Perjuangan, Gibran sudah mendapatkan porsi pemberitaan sendiri.
Belum terdengar pemberitaan terkait pasangan penantang Gibran saat ini. Ini artinya meskipun Gibran belum secara resmi berkampanye namun media telah membantu dalam memperkenalkan Gibran ke umum khususnya warga Solo.
Kelima, dana kampanye dapat ditekan. Ketika warga Solo sudah mengenal sosok Gibran dan adanya bayang-bayang Jokowi dapat menguntungkan Gibran.Â
Perlu diingat dana terbesar dalam Pemilu adalah biaya kampanye. Biaya ini untuk membuat media kampanye, operasional selama sosialisasi program ke masyarakat, logistik tim sukses, dan sebagainya.
Saya teringat saat Jokowi melakukan pencalonan untuk periode kedua sebagai Walikota Solo. Dirinya tidak melakukan promosi diri segencar periode pertama.
Ini karena warga Solo sudah mengetahui dirinya dan merasakan program di periode pertama. Alhasil dirinya tetap terpilih dengan budget kampanye yang kecil.
Akan berbeda dengan pasangan penantang Gibran. Mereka akan mengeluarkan banyak dana untuk berkampanye karena dirinya bisa jadi belum dikenal warga Solo.Â
Biaya kampanye bukan sekedar puluhan atau ratusan juta. Bisa jadi biaya yang dibutuhkan kandidat penantang menembus angka milyaran. Sebuah angka yang pasti fantastis dan dipertaruhkan dalam ajang Pilwali ini. Jika gagal, uang tersebut akan hilang menguap.
Keenam, sosok pemimpin muda kian bersinar. Saat ini mulai banyak bermunculan para pemimpin muda yang berhasil terpilih sebagai kepala daerah. Sebut saja Zumi Zola sebagai mantan Gubernur Jambi, Emil Dardak yang sempat terpilih sebagai Bupati Trenggalek dan kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, serta Makmun Ibnu Fuad yang dipercaya sebagai Bupati Bangkalan, Jawa Timur.
Sosok pemimpin muda dianggap memiliki semangat perubahan yang tinggi, inovatif serta memiliki pemikiran yang luas dan terbuka. Disisi lain kemunculan para pemimpin muda juga tidak terlepas dari background keluarganya di dunia politik dan pemerintahan.
Ini yang membuat saya beranggapan bahwa siapapun yang terpilih sebagai pendamping Gibran di Pilwali Kota Solo hanya cukup memberi sedikit olesan saja untuk membentuk citra mereka di Pilwali Solo 2020.
Wajar jika saya pun berandai-andai untuk sekedar (bermimpi) menjadi pendamping Gibran.Â
Bukan bermaksud melawan takdir Tuhan dengan mengganggap Gibran pasti akan terpilih. Panggung politik juga ibarat roda. Saat ini bisa diatas namun sekejab bisa dibawah.
Teringat kejadian Pemilu Amerika Serikat 2016 dimana munculnya Hillary Clinton bak diatas angin namun seiring waktu sosok Donald Trump bisa menggimbangi popularitas Hillary meski dengan banyaknya kontroversi.Â
Bahkan meskipun Hillary peraih suara pemilih terbanyak namun mengingat AS menerapkan sistem suara elektoral yang dimenangkan Donald Trump maka otomatis Trump lah yang terpilih sebagai Presiden AS.
Panggung politik itu dinamis dan bisa berubah kapanpun juga
Kita hanya bisa menjadi pengamat proses Pilwali Kota Solo 2020 dan menduga-duga siapakah yang dipercaya mendampingi Gibran dalam pesta 5 tahunan warga Kota Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H