Saya akui bahwa saya adalah bagian dari pasukan patah hati saat mengetahui Ibu Susi Pudjiastuti tidak menjadi bagian kabinet Indonesia Maju 2019-2024 yang membantu pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Sosok Ibu Susi begitu menarik perhatian. Bahkan media mulai menyoroti sosok Ibu Susi saat diinformasikan akan menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Kerja 2014-2019.
Netijen begitu gencar mencari tahu seperti apa sosok dan sepak terjang beliau hingga dipercaya sebagai seorang menteri. Penampilannya yang nyentrik saat pelantikan menteri makin menyedot perhatian warga Indonesia. Bertato, tidak lulus SMA, suka merokok di depan publik, cara bicara ceplas-ceplos, dan suka berpenampilan kasual seakan bukan sosok ideal seorang menteri di mata banyak kalangan.
Saya justru kebalikannya yang menilai Bapak Jokowi cerdas memilih kandidat menterinya. Setidaknya Bapak Jokowi berani membuat stigma baru siapapun berhak dan memiliki kesempatan sama menjadi seorang pejabat pemerintahan bila memang dirinya kompeten.
Saya semakin terpukau dengan berbagai kebijakan dan aksi Ibu Susi dalam menangani berbagai isu kemaritiman tanah air. Hal fenomenal seperti penenggelaman kapal asing ilegal sempat menggemparkan dunia internasional. Tidak main-main banyak kapal milik Cina dan negara tetangga yang menjadi korban dari kebijakannya tersebut.
Ada hal menarik lain seperti aksi Ibu Susi yang mengendarai motor trail saat melakukan kunjungan dinas di Sumbawa, terekam ngopi santai di atas kano hingga tertidur pulas di kursi penumpang di bandara membuat saya salut. Ketika banyak pejabat berusaha mendekati media untuk membangun citranya ke publik justru ini terbalik dimana medialah yang senantiasa membangun citra ibu Susi ke publik. Citra sebagai sosok wanita cuek, apa adanya namun tegas menjadi karakter yang begitu melekat dari masyarakat kepada beliau. Tidak heran popularitas Ibu Susi bahkan menggungguli menteri lainnya dan bahkan menyamai Jokowi saat itu.
Berbagai isu memang terdengar mengapa dirinya tidak menjadi bagian dari kepemimpinan Jokowi. Isu seperti ketidakakuran Ibu Susi dengan Bapak Luhut Binsar Panjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Kabinet Kerja saat itu hingga banyaknya tekanan asing untuk tidak menempatkan Ibu Susi dalam roda pemerintahan di Kabinet Indonesia Maju. Jika benar terkait isu dari tekanan asing menjadi salah satu penghambat maka berarti dunia internasional mengakui peran besar Ibu Susi di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Rasa patah hati saya sempat memudar sesaat ketika membaca pemberitaan bahwa Bapak Jokowi bersama dengan Bapak Erick Tohir selaku BUMN telah mempersiapkan posisi baru untuk Ibu Susi menjabat di posisi strategis di salah satu BUMN. Banyak netijen menerka-nerka posisi apa dan BUMN mana yang akan ditempat oleh ibu Susi.
Munculnya berbagai kasus yang mencoreng nama Garuda tahun lalu seakan membawa angin segar bagi para fans berat ibu Susi. Apalagi ada kasus pemecatan Ari Askhara selaku Dirut Garuda beserta perombakan direksi di tubuh Garuda seakan membuka harapan baru. Nama Ibu Susi sempat mencuat sebagai salah satu kandidat yang cocok menempati posisi tersebut. Ini mengingat pengalaman Ibu Susi dalam Susi Air dianggap dapat menjadi kontribusi untuk memperbaiki citra dan kinerja di tubuh Garuda. Sayang ternyata itu memang isu semata dimana tidak ada nama Ibu Susi dalam daftar komisaris maupun direksi Garuda terbaru.
Banyak kalangan masyarakat yang mengharap Ibu Susi dapat berkontribusi kembali dengan menempati pos strategis di pemerintahan ataupun BUMN. Saya personal menilai pengalaman Ibu Susi yang malang melintang di bidang pengolahan hasil laut hingga dirgantara cocok jika dipertimbangkan masuk mengisi posisi di PT Dirgantara Indonesia, Perum Perikanan Indonesia (Perum Perindo), PT Perikanan Nusantara (Persero) , ataupun PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). Sayangnya penilaian saya ini belum dilirik oleh pemerintah pusat.
Kini berita resuffle kabinet kian gencar diinformasikan oleh berbagai media nasional baik cetak maupun elektronik. Berita ini semakin panas dengan munculnya berita seputar nilai raport tiap menteri. Adanya "raport merah" yang ditujukan ke beberapa menteri semakin menginsyaratkan bahwa Bapak Jokowi tengah dihadapkan pada posisi yang sulit antara mempertahankan menteri dengan raport merah atau harus segera menggantinya.
Berita ini tentu tidak serta merta muncul. Kekuatan media nasional dalam mencari berita pasti didasarkan pada informasi dari orang yang valid dan bisa dipercaya. Sejak era SBY hingga Jokowi pada periode pertama juga sering muncul pemberitaan reshuffle kabinet dan nyatanya benar terjadi meskipun kandidat pengganti yang muncul masih ada perbedaan dengan realita.
Jika benar bahwa reshuffle tidak terelakan dan harus dilaksanakan. Saya berharap Ibu Susi dapat dipertimbangkan lagi untuk masuk sebagai bagian dari pemerintahan. Beberapa posisi dapat dipertimbangkan apabila Ibu Susi dipercaya kembali masuk pada Kabinet Indonesia Maju seperti Menteri Kelautan dan Perikanan; Menteri Sosial; Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ataupun Menteri Pemuda dan Olahraga .
Jika menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan otomatis menggeser posisi Edhy Prabowo yang merupakan orang kepercayaan dari Bapak Prabowo Subianto yang kini juga menjadi bagian dari pemerintahan. Memang agak sulit apalagi jika Ibu Susi masih harus melakukan koordinasi dengan Bapak Luhut Binsar Panjaitan selaku Menko Bidang Kemaritiman. Peluang ini akan terasa kecil.
Menteri Sosial atau Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi juga dapat dipertimbangkan mengingat sosok Ibu Susi yang aktif berkunjung ke lapangan selama dulu menjadi sebagai Menteri. Cara pendekatan dirinya dengan struktur dibawah maupun masyarakat bisa menjadikan dirinya bisa memberikan kontribusi di salah satu pos kementerian ini. Pengalaman beliau memberdayakan para nelayan di Pangandaran ataupun peran beliau memajukan wilayah Pangandaran adalah pengalaman dan peran nyata dari sosok Ibu Susi yang patut dipertimbangkan.
Saya berharap jika Ibu Susi menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. Sudah bukan rahasia umum lagi jika pengembangan olahraga tanah air masih stagnan. Pada kancah Olimpiade saja hanya sektor bulu tangkis dan angkat besi yang selalu memberikan prestasi terbaiknya. Untuk ranah sepak bola, prestasi Indonesia seakan naik turun ibarat bola bekel. Kadang naik dan memberikan euforia bagi masyarakat namun juga sering memberikan kekecawaan terhadap prestasi sepak bola di kancah internasional. Ajang sepak bola tanah air pun penuh kecarutmarutan.
Taufik Hidayat, pebulu tangkis andalan Indonesia bahkan secara terang-terangan mengatakan banyak "tikus" di Kemenpora. Pernyataannya cukup lantang yang mengatakan tikus ini lebih fokus korupsi dibandingkan pengembangan olahraga. Taufik sendiri berharap adanya perombakan di tubuh Kemenpora. Jika benar isu tersebut maka sosok tegas Ibu Susi sangat dibutuhkan disini.
Saya berharap besar agar Ibu Susi dapat mengobati kerinduan saya melihat kontribusi beliau di roda pemerintahan saat ini dan menjadi pertimbangan bila kelak memang terjadi reshuffle kabinet. Bapak Jokowi, jika bapak baca tulisan ini tolong kembalikan Ibu Susi. Kami rindu sosok Ibu Susi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H