Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Depresi Ingin Bunuh Diri, Renungkan 5 Hal Ini Dulu

30 Juni 2020   10:48 Diperbarui: 1 Juli 2020   14:17 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya mendapat kabar bahwa istri teman semasa sekolah meninggal dunia. Begitu banyak ungkapan belasungkawa yang tersampaikan dalam grup WhatsApp alumni. Ini karena ketidakpercayaan kami mengingat teman dan istrinya adalah pasangan ideal. 

Teman saya yang cowok semasa sekolah menjadi idola bagi banyak pelajar perempuan sehingga tidak heran banyak perempuan yang jatuh cinta karena parasnya bisa dibilang good looking, istrinya pun tidak jauh berbeda berparas cantik dan dikenal dengan banyak talenta sehingga penilaian kami mengganggap mereka pasangan ideal dirasa tepat.

Saya syok mendapat info bahwa istri teman saya meninggal karena bunuh diri. Berita ini akhirnya membukakan pikiran saya bahwa setiap orang memiliki pilihan untuk menentukan hidupnya. Kadang kita memberikan penilaian orang lain seperti, "wah enak ya jadi si X kaya gak ada beban hidup atau si X beruntung sekali hidupnya". 

Memang rumput tetangga terasa lebih hijau dan kita menilai orang lain mungkin hanya dari sisi luarnya saja. Ternyata kita tidak terlalu tahu apa yang ada di dalam pikiran orang tersebut, bisa saja diluar tampak senyum bahagia namun di pikirannya memiliki beban hidup seperti hutang yang harus dibayar, masalah dengan keluarga, stres karena penyakit, tekanan sosial seperti bullying atau hal lainnya.

Menguntip data WHO diinformasikan bahwa terdapat 800.000 kasus bunuh diri per tahun yang terjadi di seluruh dunia. Bahkan di Jepang fenomena bunuh diri dianggap sebagai hal umum terjadi mengingat tingginya kasus bunuh diri di negara tersebut. Bahkan ada tempat yang dikenal dengan hutan Aokigahara dijadikan sebagai tempat bunuh diri paling populer di Jepang.

Umumnya terdapat beberapa faktor pemicu munculnya hasrat seseorang untuk bunuh diri seperti masalah ekonomi, permasalahan cinta, permasalahan keluarga, depresi, kesehatan mental, korban bullying, korban pelecehan seksual, hingga dikucilkan dari kehidupan sosial. 

Upaya Bunuh Diri dengan Gantung Diri. Sumber Indozone
Upaya Bunuh Diri dengan Gantung Diri. Sumber Indozone
Orang yang memiliki hasrat bunuh diri mengganggap bahwa masalahnya adalah sesuatu yang besar maka mengakhiri hidup adalah jalan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 

Sebenarnya orang ini lupa bahwa setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Percayalah ada jutaan orang yang memiliki masalah jauh lebih berat daripada kita namun mereka mencoba bangkit hingga menemukan jalan hidupnya yang lebih baik daripada harus menghabisi nyawa sendiri dengan bunuh diri. 

Saya mencoba merenung, hal positif apa yang bisa kita ciptakan dan bagikan kepada orang lain yang kini tengah berputus asa untuk menghindari diri dari niat bunuh diri. Berikut ada hasil renungan saya yang mungkin dapat berguna bagi orang lain.

Tuhan membenci orang yang bunuh diri. Ingatlah nyawa adalah pemberian dari Sang Pencipta maka sepantasnya kita menjaga amanah tersebut dengan sebaiknya. 

Tidak ada satupun agama di dunia ini yang menganjurkan untuk bunuh diri jika sedang menghadapi masalah hidup. Bahkan diterangkan bahwa pelaku bunuh diri akan dimasukan ke dalam golongan para penerima siksa neraka.

Saya teringat kisah Harut dan Marut, dua malaikat Allah yang diutus ke Babilonia untuk memberantas penggunaan ilmu sihir. Malaikat itu berhasil mengajarkan manusia untuk melawan sihir namun seiring waktu malaikat itu terlena dengan kehidupan manusia hingga akhirnya juga jatuh dalam dosa seperti mengucapkan kata musyrik, berbuat zinah dan membunuh anak kecil. 

Perbuatan ini membuat Allah murka dan menawarkan dua pilihan sebagai hukuman yaitu siksa neraka atau kaki terikat dengan posisi menggantung hingga kiamat datang. 

Kedua malaikat itupun memilih kaki terikat dengan posisi menggantung hingga kiamat datang karena tahu betapa mengerikannya siksa neraka. (Kisah lengkapnya dapat diklik disini).

Mungkin ada yang meragukan kisah diatas namun setidaknya ada pembelajaran positif dari kisah Harut dan Marut yaitu neraka digambarkan begitu mengerikan hingga malaikat pun menghindari siksaan tersebut. 

Maka sepatutnya kita sebagai manusia biasa sebisanya mungkin menghindari diri dari perbuatan yang dapat menjerumuskan dalam siksa neraka. Harapannya bagi mereka yang kini tengah putus asa dan depresi, hilangkan niat untuk bunuh diri dengan bayangkan akan siksaan yang akan diterima kelak.

Tuhan punya rencana lain yang indah. Masalah hidup adalah cobaan yang Tuhan berikan pada kita sebagai umat-Nya. Kadang cobaan itu tidak sesuai dengan harapan kita namun jika kita mau percaya, setiap cobaan hidup dapat membuat kita menjadi sosok lebih baik atau bahkan sebenarnya Tuhan ingin menuntun kita ke suatu rencana indah yang tidak kita sadari. 

Biasanya ketika seseorang mendapat cobaan seperti kebangkrutan, diputus pasangan, atau seringkali gagal dalam suatu hal mengganggap bahwa nasib buruk selalu menyertainya. Padahal bisa jadi itu cara Tuhan menempa mental kita semakin kuat.

Tips yang dapat saya bagikan adalah ambillah satu kisah hidup orang lain yang sempat mengalami cobaan dalam hidupnya dan akhirnya justru menemukan kebahagian setelah melewati cobaan tersebut. Jika ada, jadikan kisah itu pegangan hidup anda bahwa andapun akan bernasib sama dengan orang tersebut.

Kisah cinta Ayu Dewi bisa menjadi sebuah inspirasi. Belakangan ini kisah lama Ayu Dewi, artis ibukota tengah diperbicangkan kembali oleh warga netijen. Banyak pihak yang kagum dengan kisah cintanya dengan Zumi Zola, mantan gubernur Jambi. 

Bukan rahasia umum lagi jika dahulu Ayu Dewi dikabarkan putus oleh Zumi Zola ditengah persiapan pernikahan dan hanya melalui pesan singkat. Saya yakin perasaan Ayu Dewi pasti hancur berkeping-keping karena persiapan nikah tinggal menghitung bulan namun batal dalam sekejab.

Ketika kita mau belajar dari kisah orang lain contohnya Ayu Dewi diatas, kita baru menyadari bahwa Tuhan punya rencana lain. Buktinya kini Ayu Dewi sudah menemukan jalan hidupnya yang baru dengan menikahi seorang pengusaha sekaligus teman SMP nya bernama Regi Datau serta kini sudah memiliki buah hati. 

Orang hanya bisa melihat hasil akhirnya tanpa melihat dari sisi prosesnya. Ayu Dewi bisa setegar sekarang karena pengalaman dan cobaan masa lalunya yang membuat dirinya berusaha bangkit. 

Bagi sebagian wanita ketika diposisi Ayu Dewi pasti memilih menutup diri atau yang tindakan ekstrem memilih bunuh diri. Percayalah kita hanya manusia biasa dan cobaan Tuhan akan berakhir dengan indah seperti yang dialami Ayu Dewi

Percayalah kekurangan saat ini bisa berubah dikemudian hari. Ketika seseorang dalam kondisi bangkrut, ditinggalkan oleh suami dengan banyak anak, hidup terasa pas-pasan menjadikan kita tidak mensyukuri apa yang dimiliki saat ini dan khawatir kondisi ini akan selamanya menimpa kita. 

Kisah yang dialami JK Rowling, penulis novel Harry Potter dapat dijadikan inspirasi. Seorang wanita yang harus bercerai dan menjadi single parent bagi anaknya tanpa memiliki pekerjaan. 

Hidupnya sangat tergantung dari orang lain maupun bantuan pemerintah. Beban hidup pasti berat karena diusia muda harus menanggung beban yang cukup berat tidak hanya untuk dirinya namun juga masa depan anaknya. 

Namun Tuhan memiliki rencana lain dengan mengembangkan talentanya di bidang menulis sehingga berhasil membuat novel yang laris manis dan kini hidupnya sudah berkecukupan. Saat ini mungkin cobaan hidup ekonomi terasa menghimpit tapi bisa jadi di tahun depan kita bisa sudah dapat membeli segalanya.

Jangan Anggap Cobaanmu adalah yang Terberat. Banyak pelaku bunuh diri menilai bahwa apa yang dialaminya adalah cobaan terberat di dunia ini. 

Padahal bagi orang lain mungkin masalah yang dihadapi ternyata masih kalah jauh dengan kisah orang lain. Saya tertarik jika kita mau belajar lagi dari kisah ketabahan Nabi Ayub terhadap ujian dari Tuhan.

Kita pasti pernah mendengar kisah ujian Nabi Ayub dimana dirinya harus kehilangan harta dan keluarganya seketika. Cobaan makin bertambah ketika dirinya terkena penyakit kulit yang bernanah disekujur tubuhnya serta rambutnya yang rontok. Tidak heran sahabat nabi Ayub menjauh dan menyarankan dirinya untuk berpaling dari Tuhan.

Kata Penyematan Jangan Menyerah. Sumber SekolahNews.com
Kata Penyematan Jangan Menyerah. Sumber SekolahNews.com

Ketika kita baru dihadapkan cobaan bangkrut dari usaha, dikucilkan dari orang sekitar, ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi, cobaan penyakit merasa bahwa itu adalah cobaaan terberat. 

Sebenarnya kita harusnya malu jika dibandingkan dengan yang dialami Nabi Ayub. Cobaan kita mungkin salah satu saja tapi Nabi Ayub mengalami cobaan bertubi-tubi hingga akhirnya dianggap lulus dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Tuhan. 

Jangalah menganggap cobaan kita paling berat di dunia jika sebenarnya cobaanmu masih belum ada apa-apanya dibandingkan ujian Nabi Ayub

Bila ada komentar, Nabi Ayub kan orang pilihan pasti bisa melalui ujian yang berat. Ok, mari kita ambil contoh lain yang sederhana. Bayangkan kisah saudara-saudara kita yang harus hidup di panti asuhan, orang tua yang terabaikan di panti jompo, teman-teman kita yang harus berjuang hidup di medan perang. Mereka memiliki beban hidup masing-masing namun tetap semangat menjalani hidup.

Anak panti asuhan yang dari kecil tidak mengenal ayah-ibunya bahkan ada yang dibuang sejak lahir. Orang tua yang setelah tua justru diabaikan dan dianggap beban oleh anak-anaknya atau mereka yang hidup penuh ketakutan di sekitar medan perang. Mereka masih tetap berjuang untuk tetap hidup. 

Masih banyak orang yang mengasihimu. Pikirkan hal ini sebelum memutuskan bunuh diri. Jika kamu adalah orang tua yang memiliki anak, bayangkan perasaan anak yang ditinggalkan karena keegoisanmu. Bagaimana anak tersebut tumbuh tanpa didampingi orang tuanya. 

Jika kamu seorang anak, bayangkan perasaan orang tuamu. Orang tua yang susah payah melahirkan dan membesarkan mu hingga besar namun dirimu memilih bunuh diri karena masalah percintaan. Begitu sakitnya pasti perasaan orang tua.

Tanpa kamu sadari masih ada banyak orang yang mengasihimu dan merasa kehilanganmu jika dirimu hendak bunuh diri. Akan ada orang tua, anak, sahabat atau pacar sekalipun. 

Coba selalu tanamkan pikiran, aku ingin tetap hidup untuk orang tuaku, aku ingin tetap hidup untuk anakku, aku ingin tetap hidup untuk orang terdekatku. Selalu tanamkan pikiran ini maka niscaya niat untuk mengakhiri hidup akan hilang seketika.

Berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang lain yang tengah berputus asa sehingga niatan buruk seperti ingin bunuh diri dapat dihilangkan. Apapun ujiannya kita harus siap menghadapinya. Ibarat kenaikan kelas pasti akan ada ujian yang harus dilalui terlebih dulu begitu pula dengan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun