Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tragedi "Air Ludah" Tukang Bakso, Isu Higienitas atau Penglaris?

29 Juni 2020   13:23 Diperbarui: 29 Juni 2020   13:56 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oknum Tukang Bakso yang Meludahi Mangkok. Sumber Tribunnews Jakarta

Cerita yang beredar di masyarakat, rumah makan yang menggunakan ilmu penglaris memiliki beberapa ciri seperti :

  1. Rumah makan selalu ramai dikunjungi pembeli padahal secara logika masakan yang dijual hanya masakan sederhana;
  2. Makanan terasa enak jika makan di tempat namun ketika dibungkus/dimakan di rumah terasa tidak seenak makan di tempat.
  3. Ada ruangan khusus yang pantang dimasuki kecuali pemilik usaha atau orang kepercayaannya seperti dapur, tempat penyimpanan bumbu, kamar mandi dan sebagainya.
  4. Pantangan untuk membuka kuali atau tempat pengolahan masakan selain pemiliknya sendiri.

Saya pernah mendengar 2 kisah berbeda tentang tempat makan yang diduga menggunakan penglaris. 

Kisah pertama, saya pernah diinfokan jika ada kejadian dimana seorang pembeli mie ayam ingin menambah kuah ke penjual. Selama ini sang penjual sendiri lah yang melayani pembeli mulai dari meracik, memasak hingga menyeduhkan kuah mie ayam. Berhubung penjual tersebut sedang ke kamar mandi maka pembeli itupun berinisiatif untuk menambahkan kuah sendiri. Betapa terkejutnya dia ketika saat mengaduk kuah sebelum dituangkan ke mangkok ternyata ada sebuah pakaian dalam pria di dasar kuali mie ayam. Dirinya pun syok dan tidak jadi menambah pesanannya. 

Kisah yang hampir mirip juga saya dengar dari warung bakso yang terdengar enak dan ramai dikunjungi pembeli. Ketika seorang pembeli hendak meminta tambahan bakso serta kuah kepada pelayan. Pelayan tersebut seakan sungkan karena dirinya sudah diwanti-wanti oleh pemilik agar jangan pernah membuka kuali bakso selain pemiliknya sendiri. Mengingat kondisi warung yang ramai serta pemilik sedang ke toilet maka pelayan tersebut membantu melayani konsumen. Dirinya terkejut menemukan pakaian dalam yang direbus bersamaan dengan bakso. Berita ini begitu cepat menyebar di masyarakat dengan berbagai versi.

Kisah kedua, saat saya tinggal di salah satu kota di Jawa Timur. Ada satu kedai makanan yang terkenal ramai. Saya sampai heran kenapa kedai yang ukurannya tidak besar dan hanya buka menjelang maghrib bisa seramai itu dan pembeli bahkan rela antri berlama-lama. Uniknya yang dijual hanya sayap ayam goreng dan tempo goreng dengan dikasihkan sambal dengan jumlah cabai sesuai request pembeli. Pikir saya mungkin ini yang menjadi daya tarik karena sambal disesuaikan dengan selera konsumen. Bahkan tidak tanggung-tanggung, teman saya pernah memesan sambal dengan 50 cabai di warung ini.

Suatu ketika ketika kerabat teman saya datang berkunjung. Temannya mengajak kerabatnya itu untuk mencoba warung spesial tersebut karena ia tahu kerabatnya ini suka makanan pedas. Ketika hendak masuk ke warung makan, temannya langsung menunjukkan ekspresi ketakutan dan meminta pindah lokasi tanpa mengucapkan sepatah kata lain. Intinya harus pergi dari lokasi tersebut. Ketika sudah berada di lokasi makanan berbeda barulah kerabatnya itu cerita bahwa warung itu sepertinya pakai penglaris. Dirinya melihat disetiap konsumen yang makan ditempat akan didampingi oleh pocong dimana pocong tersebut meneteskan air liur ke piring konsumen. Alhasil konsumen akan berasa makanannya terasa nikmat. 

Percaya atau tidak pasti banyak masyarakat yang kurang mempercayai kisah penggunaan penglaris meskipun masyarakat lainnya juga percaya bahwa ini umum terjadi di dalam dunia usaha. Penglaris sendiri memang termasuk perbuatan syirik atau menyekutukan Tuhan sebagai sang pencipta dengan memanfaatkan kekuatan jin untuk melancarkan usahanya.

Kembali pada tragedi tukang bakso, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi. Kemungkinan pertama ketidaktahuan dirinya akan higienitas. Ini sama seperti penjual yang mencuci alat makanan dengan air kotor, air yang sama berulang kali, atau tidak menggunakan sabun cuci. Ketidaktahuan ini dikarenakan minimnya informasi serta latar pendidikan penjualan yang rata-rata tidak mengenyam pendidikan tinggi. Kemungkinan kedua, bisa jadi aksinya tersebut dengan tujuan sebagai penglaris. Meskipun tidak menggunakan ilmu penglaris pada umumnya tapi dirinya mensugesti pikiran bahwa makanan akan terasa enak jika dirinya meludah di mangkok tersebut.

Sugesti ini sama seperti kita terkena luka bakar kemudian muncul anggapan menggunakan pasta gigi, minyak goreng, kecap atau bahan lainnya yang dianggap dapat menyembuhkan luka bakar. Padahal belum ada penelitian pasti yang menyatakan bahan tersebut bisa menyembuhkan luka bakar. Ini juga yang bisa terjadi pada pikiran penjual bakso.

Untungnya pasca kejadian tersebut, Polsek Kembangan telah melakukan intrograsi dan tes kesehatan diketahui bahwa penjual bakso negatif covid19 sehingga mengurangi keresahan masyarakat. Penjual bakso memang dibebaskan namun telah diberikan informasi terkait dampak dari tindakan tersebut agar dijadikan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun