Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu (tidak) Ribet, Iya Kan?

21 Juni 2020   19:36 Diperbarui: 22 Juni 2020   07:55 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis itu Susah. Sumber Steemit.com

Banyak orang memiliki hasrat untuk menuangkan ide dan pikiran dalam bentuk tulisan. Tapi seringkali ketika baru memulai beberapa paragraf atau kalimat, otak terasa berat dan hasrat itupun hilang seketika. 

Umpatan seperti, duh stres, kok jadi malas gini ya, kalimatnya kok ga nyambung?, Kok tulisannya ngalur kidul, kok ide yang mau ditulis tiba-tiba hilang?

Lumrah bila kata-kata diatas terucap ketika otak terasa stagnan ketika menulis karena tidak semua orang terbiasa menuangkan ide dan pikiran melalui tulisan. 

Apakah menulis itu sesusah dan seribet itu?

Setiap orang memiliki kemampuan dalam menulis karena sejak kecil pun kita sudah dilatih untuk menulis. 

Masih ingatkan ketika orang tua atau guru menyuruh menulis nama kita dalam secarik kertas saat masih kecil? Awalnya terasa sulit namun ketika dicoba berulang kali, ternyata bisa dan tak sesusah yang dibayangkan. Intinya ada 2 yaitu latihan dan usaha.

Tanpa latihan, tulisan kita ibarat layangan lepas. Terbang kesana kemari tanpa ada sebuah kendali yang erat. Semakin sering orang menuliskan idenya tanpa disadari ia akan menemukan karakter tersendiri yang tertuang dalam tulisannya. 

Contohnya gaya tulisan saya tentu berbeda dengan gaya penulisan orang lain. Cara penggunaan katanya pun akan berbeda. Saya lebih memilih mengunakan bahasa yang formal dan sesuai EYD sedangkan penulis lain lebih nyaman dengan bahasa santai dan tidak terlalu menerapkan EYD. 

Usaha juga menjadi kunci. Tulisan akan selesai jika kita sudah memberikan waktu dan perhatian kita selama proses penulisan tersebut. 

Misalkan saya ingin membuat tulisan di Kompasiana diatas 1.000 kata. Tiba-tiba baru menulis 150 kata, pikiran terasa suntuk. Saya pun berhenti dan melanjutkan besok 150 kata lagi hingga di hari ke 7 tulisan yang diinginkan selesai dan ternyata lebih dari 1.000 kata.

Kuncinya niatkan hati untuk tetap menulis meski hari ini hanya bisa menulis sedikit tapi kita tetap berusaha untuk menyelesaikan niscaya tulisan akan rampung meski membutuhkan waktu lebih panjang.

Banyak kasus dimana mahasiswa mengalami depresi karena skripsinya tidak juga rampung meskipun sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun tidak selesai. Alasannya satu ide buntu ketika hendak menulis. Padahal jika diniatkan menulis hanya 2 lembar per hari seharusnya 3- 4 bulan sudah kelar (diluar jika ada revisian dosen)

Ada alasan khusus mengapa menulis itu terkesan ribet.

Pertama, calon penulis sudah berekspektasi lebih terhadap tulisannya. Ini sering terjadi ketika kita hendak menuangkan ide melalui tulisan. 

Misalkan kita hendak memulai tulisan di Kompasiana. Hal pertama yang muncul adalah harapan akan ada banyak pembaca, mendapatkan respon positif, mendapatkan label pilihan atau artikel utama dan sebagainya.

Belum menulis tapi beban si penulis terasa berat akhirnya tulisan menjadi stagnan atau ketika baru menulis beberapa paragraf langsung dihapus karena merasa tulisan tidak akan mendapatkan hasil sesuai ekspetasinya.

Kedua, memilih topik yang terlalu berat. Bagi penulis pemula seharusnya menghindari topik yang terlalu berat atau belum terlalu dikuasainya. 

Misalkan penulis A memiliki hasrat ingin menulis topik gejolak politik di tanah air. Padahal kesehariannya ia jarang mengupdate informasi tentang kondisi politik tanah air atau info yang didapat tentang politik berasal dari diskusi dengan teman sejawat. 

Otomatis ketika hendak menulis, ia akan mulai keraguan karena informasi yang ingin dibagikan tidak matang karena topik yang diangkat tidak dikuasai.

Ketiga, terlalu meribetkan data sebagai penunjang tulisan. Data atau referensi dalam tulisan memang penting. Dengan adanya data atau referensi yang valid akan membuat tulisan menjadi berbobot, dapat dipertanggungjawabkan dan juga informatif.

Kendalanya bila anda seorang penulis pemula namun ingin membuat tulisan penuh akan data-data pendukung. Ini yang membuat otak terasa lelah sebelum kita memulai sebuah tulisan.

Misalkan saya ingin menulis tentang kekuatan militer di Indonesia. Saya kemudian mencari informasi seberapa besar anggaran militer, seberapa kuat alutsista yang dimiliki tentara kita, jumlah pasukan yang ada dan sebagainya. Padahal ini pertama kalinya saya mencoba menulis di sebuah artikel. Alhasil data yang didapat belum terpenuhi tapi niat nulis sudah hilang.

Saya menyarankan bagi penulis pemula untuk mencoba menulis sesuatu yang sederhana dan berdasarkan hobi atau minat kita sehari-hari.

Kompasiana menurut saya menjadi platform online yang pas untuk mencoba menuangkan ide dan pikiran kita dalam sebuah tulisan. Disini membebaskan kita untuk menulis apapun selagi tulisan tersebut masih pada jalurnya dan tidak merugikan orang lain.

Hal simple yang dapat diterapkan seperti saya baru pertama menulis di platform online bisa mengawali dengan menulis puisi atau aktivitas sehari-hari.

Tulisan ini tergolong ringan dan tidak membutuhkan waktu hingga berhari-hari. Abaikan niat mendapat viewer yang banyak. Fokuskan saya menulis untuk diri saya sendiri. 

Ketika kita setidaknya sudah punya 10 tulisan maka tanpa disadari kita mulai menemukan karakter tulisan kita sendiri. Bahkan jika ternyata dari 10 tulisan tersebut masuk dalam artikel pilihan, artikel utama atau banyak respon positif. Anggap itu adalah nilai bonus karena ketekunan menulis.

Tulislah sesuatu dengan gaya bahasamu. Jangan terlalu memperhatikan EYD. Anggap kamu menulis seperti sedang cerita ke temanmu. Ini adalah tips bagi penulis pemula.

Ketika kita menulis layaknya sedang bercerita tentu tanpa kita sadari otak terstimulus mengarahkan jari kita untuk menulis/mengetik dengan alur santai. Tidak heran ketika kita sadar ternyata yang kita tulis sudah ratusan atau ribuan kata.

Tips yang bisa dipraktekkan. Cobalah menulis dengan topik sederhana misal pengalaman traveling yang pernah kamu lakukan atau menceritakan hobimu seperti tips membuat olahan masakan bagi yang hobi memasak.

Topik ini karena kita sendiri yang merasakan dan melakukannya tentu kita lebih mudah untuk menuangkan dalam tulisan.

Saya pernah menulis kisah pengalaman wisata ke kawah Ijen. Tidak butuh waktu 1 jam untuk menulis karena saya menulis seperti berbagi cerita keseruan yang saya rasakan saat ke kawah Ijen Banyuwangi. Tanpa terduga tulisan yang saya buat terasa ringan, informatif dan yang membanggakan masuk sebagai artikel utama.

Hal utama yang perlu kita rubah ada stigma bahwa menulis itu sesuatu yang ribet dan bikin pusing. Ketika pikiran itu selalu muncul dipikiran maka secara otomatis alam bawah sadar kita sudah terbangun "tembok kuat" dan menjadi penghalang ketika kita hendak mengawali tulisan. 

Ubahlah mindset itu dengan mengatakan dalam hati menulis itu mudah, menulis itu menyenangkan, tulisanku akan berguna bagi orang lain.

Ketika itu kita ucapkan dalam hati berulang kali, perlahan pola berpikir juga akan berubah dan niat kita untuk mengawali tulisan akan terasa mudah.

Itulah pandangan saya kenapa masih ada penilaian menulis itu ribet karena ekspetasi yang terlalu tinggi, niat yang kurang kuat dan sudah terbentuk stigma bahwa menulis itu susah. 

Apabila sahabat Kompasiana memiliki tips lain agar menulis itu tidak seribet yang kita bayangkan. Dapat berbagi informasi di kolom komentar. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun