Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu (tidak) Ribet, Iya Kan?

21 Juni 2020   19:36 Diperbarui: 22 Juni 2020   07:55 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis itu Susah. Sumber Steemit.com

Banyak kasus dimana mahasiswa mengalami depresi karena skripsinya tidak juga rampung meskipun sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun tidak selesai. Alasannya satu ide buntu ketika hendak menulis. Padahal jika diniatkan menulis hanya 2 lembar per hari seharusnya 3- 4 bulan sudah kelar (diluar jika ada revisian dosen)

Ada alasan khusus mengapa menulis itu terkesan ribet.

Pertama, calon penulis sudah berekspektasi lebih terhadap tulisannya. Ini sering terjadi ketika kita hendak menuangkan ide melalui tulisan. 

Misalkan kita hendak memulai tulisan di Kompasiana. Hal pertama yang muncul adalah harapan akan ada banyak pembaca, mendapatkan respon positif, mendapatkan label pilihan atau artikel utama dan sebagainya.

Belum menulis tapi beban si penulis terasa berat akhirnya tulisan menjadi stagnan atau ketika baru menulis beberapa paragraf langsung dihapus karena merasa tulisan tidak akan mendapatkan hasil sesuai ekspetasinya.

Kedua, memilih topik yang terlalu berat. Bagi penulis pemula seharusnya menghindari topik yang terlalu berat atau belum terlalu dikuasainya. 

Misalkan penulis A memiliki hasrat ingin menulis topik gejolak politik di tanah air. Padahal kesehariannya ia jarang mengupdate informasi tentang kondisi politik tanah air atau info yang didapat tentang politik berasal dari diskusi dengan teman sejawat. 

Otomatis ketika hendak menulis, ia akan mulai keraguan karena informasi yang ingin dibagikan tidak matang karena topik yang diangkat tidak dikuasai.

Ketiga, terlalu meribetkan data sebagai penunjang tulisan. Data atau referensi dalam tulisan memang penting. Dengan adanya data atau referensi yang valid akan membuat tulisan menjadi berbobot, dapat dipertanggungjawabkan dan juga informatif.

Kendalanya bila anda seorang penulis pemula namun ingin membuat tulisan penuh akan data-data pendukung. Ini yang membuat otak terasa lelah sebelum kita memulai sebuah tulisan.

Misalkan saya ingin menulis tentang kekuatan militer di Indonesia. Saya kemudian mencari informasi seberapa besar anggaran militer, seberapa kuat alutsista yang dimiliki tentara kita, jumlah pasukan yang ada dan sebagainya. Padahal ini pertama kalinya saya mencoba menulis di sebuah artikel. Alhasil data yang didapat belum terpenuhi tapi niat nulis sudah hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun