Banyak orang memiliki hasrat untuk menuangkan ide dan pikiran dalam bentuk tulisan. Tapi seringkali ketika baru memulai beberapa paragraf atau kalimat, otak terasa berat dan hasrat itupun hilang seketika.Â
Umpatan seperti, duh stres, kok jadi malas gini ya, kalimatnya kok ga nyambung?, Kok tulisannya ngalur kidul, kok ide yang mau ditulis tiba-tiba hilang?
Lumrah bila kata-kata diatas terucap ketika otak terasa stagnan ketika menulis karena tidak semua orang terbiasa menuangkan ide dan pikiran melalui tulisan.Â
Apakah menulis itu sesusah dan seribet itu?
Setiap orang memiliki kemampuan dalam menulis karena sejak kecil pun kita sudah dilatih untuk menulis.Â
Masih ingatkan ketika orang tua atau guru menyuruh menulis nama kita dalam secarik kertas saat masih kecil? Awalnya terasa sulit namun ketika dicoba berulang kali, ternyata bisa dan tak sesusah yang dibayangkan. Intinya ada 2 yaitu latihan dan usaha.
Tanpa latihan, tulisan kita ibarat layangan lepas. Terbang kesana kemari tanpa ada sebuah kendali yang erat. Semakin sering orang menuliskan idenya tanpa disadari ia akan menemukan karakter tersendiri yang tertuang dalam tulisannya.Â
Contohnya gaya tulisan saya tentu berbeda dengan gaya penulisan orang lain. Cara penggunaan katanya pun akan berbeda. Saya lebih memilih mengunakan bahasa yang formal dan sesuai EYD sedangkan penulis lain lebih nyaman dengan bahasa santai dan tidak terlalu menerapkan EYD.Â
Usaha juga menjadi kunci. Tulisan akan selesai jika kita sudah memberikan waktu dan perhatian kita selama proses penulisan tersebut.Â
Misalkan saya ingin membuat tulisan di Kompasiana diatas 1.000 kata. Tiba-tiba baru menulis 150 kata, pikiran terasa suntuk. Saya pun berhenti dan melanjutkan besok 150 kata lagi hingga di hari ke 7 tulisan yang diinginkan selesai dan ternyata lebih dari 1.000 kata.
Kuncinya niatkan hati untuk tetap menulis meski hari ini hanya bisa menulis sedikit tapi kita tetap berusaha untuk menyelesaikan niscaya tulisan akan rampung meski membutuhkan waktu lebih panjang.