Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Strategi Petani Indonesia Maju, Jangan Ragu Belajar Pada Keberhasilan Pertanian Thailand

20 Mei 2019   00:18 Diperbarui: 20 Mei 2019   00:20 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Embung Desa sebagai Irigasi Alternatif. Sumber berdesa.com

Kedua, lahan pertanian yang beralih fungsi. Para pengembang (developer) properti hingga sektor swasta sangat gencar menawarkan pembelian lahan dengan iming-iming harga yang menjanjikan. Secara pemikiran awam, ketika pertanian dianggap kurang menjanjikan kemudian muncul tawaran nilai jumlah fantastis dimana lahan pertanian yang dimiliki warga akan disulap untuk perumahan, lahan komersil maupun kepentingan lainnya tentu menjadi daya tarik yang menggiurkan.

Ilustrasi Tanah Pertanian yang Dijual. Sumber Solopos.com
Ilustrasi Tanah Pertanian yang Dijual. Sumber Solopos.com
Contoh sederhana, ketika lahan pertanian berada di lokasi strategis dengan tawaran 1 hektar bernilai 1 milyar rupiah. Secara pemikiran finansial, masyarakat cenderung memilih menjual lahannya karena hasil pertanian mereka belum tentu menyentuh penawaran tersebut. Ini yang membuat jumlah lahan pertanian kian menyurut.

Ketiga, minimnya akses jual hasil pertanian. Masa panen akan menjadi kebahagian bagi para petani namun ketika masa itu muncul, terbatasnyuya jaringan jual menyebabkan mereka terjebak dalam lingkaran makelar atau cukong tani. 

Tentu saja nilai yang didapat tidak akan berdampak besar karena keuntungan yang paling banyak justru dirasakan oleh para cukong karena mereka membeli dengan harga murah dan menjual dengan setinggi mungkin. Kondisi ini yang membuat daya finansial petani akhirnya stagnan dan tetap pada kategori miskin.

Keempat, kebutuhan biaya pertanian besar. Ketika petani masih berkutat pada pendapatan yang tidak menentu maka sulit bagi mereka untuk menghasilkan produksi pertanian maksimal karena terkendala besarnya biaya pertanian mulai dari pengolahan tanah, pembibitan, pemupukan, perawatan hingga pasca panen. Kondisi ini yang membuat pengembangan pertanian kurang diminati. 

Disaat pemerintah bekerja keras menemukan langkah strategis untuk mengembalikan kejayaan pertanian Indonesia. Saya melihat sebaiknya kita belajar banyak dari Thailand melalui terobosan positif yang dilakukan oleh pemerintah Thailand dengan tetap melihat nilai dan potensi yang ada di Indonesia. Pemerintah Thailand saat ini membuat visi Thailand sebagai Dapur Dunia yang menunjukkan bahwa ada berbagai terobosan maupun cara yang melibatkan berbagai stakeholders untuk menyukseskan visi tersebut.

Saya melihat perbaikan infrastruktur pertanian dapat menjadi langkah awal untuk dilakukan mengingat kemampuan infrastrukur kita masih kalah dibandingkan Thailand. Apa saja yang dapat kita adaptasi dari keberhasilan pertanian Thailand untuk kemajuan pertanian Indonesia.

Keberhasilan pertanian Thailand ternyata tidak terlepas dari dibentuknya Bank Pertanian (Bank of Agriculture) yang diperuntukan secara khusus demi pembangunan pertanian nasional. Modal adalah salah satu tantangan pengembangan sektor pertanian. 

Adanya Bank Pertanian di Thailand adalah bukti pintar Thailand membebaskan petaninya untuk tidak terjerat pada lintah darat atau pemilik modal yang memanfaatkan keterbatasan modal melalui pinjaman bunga tinggi. 

Seharusnya Indonesia memiliki terobosan yang sama. Potensi ini terlihat karena Indonesia memiliki beberapa Bank BUMN yang sudah menjangkau pedesaan serta adanya koperasi sebagai sektor pendukung keuangan. Namun saya melihat peran bank BUMN maupun koperasi masih belum terfokus untuk membantu permasalahan modal petani.

Hal yang dapat dilakukan oleh Bank BUMN dan koperasi desa adalah memberikan bantuan modal dengan bunga serendah mungkin dibandingkan konvensional serta mengesampingkan jaminan lahan dengan menerapkan perjanjian pada masa panen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun