Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indonesia Gagal Raih Mahkota Miss Universe, Apa yang Perlu Diperbaiki?

18 Desember 2018   20:47 Diperbarui: 20 Desember 2018   12:43 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Chronicles of Borobudur menjadi National Costume Terbaik Miss Universe 2014. Sumber Lewatmana.com

Keterwakilan Indonesia oleh Sonia Fergina Citra dalam ajang Miss Universe di Thailand beberapa hari lalu memang belum memuaskan hasrat sebagian masyarakat Indonesia yang berharap lebih untuk meraih mahkota pada ajang tersebut. 

Patut digarisbawahi bahwa Sonia telah berusaha sekuat tenaga untuk mewakili Indonesia selama masa karantina. Terbukti Sonia berhasil meraih 20 besar melalui wildcard pada final Miss Universe 2018. 

Saya bukanlah peagent lovers garis keras hanya suka melihat para peserta membawa ciri khas negara mereka melalui busana nasional. Saya terkadang terkagum dengan budaya dan ciri khas setiap negara yang tersirat jelas dalam busana nasional yang mereka kenakan.

Pada tulisan saya ini mari kita mengamati apa saja kekurangan Indonesia sehingga tahun ini pun belum mampu meraih mahkota atau setidaknya menembus 5 besar padahal pada ajang lainnya, prestasi Indonesia sangat membanggakan. 

Saya akan memberikan sedikit gambaran umum apa yang harus diperbaiki agar di tahun berikutnya dapat memberikan prestasi gemilang pada ajang Miss Universe. Berikut saya urutkan dari hal yang perlu diperbaiki dari peringkat empat hingga satu.

Penampilan Sonia Fergina pada Miss Universe 2018 di Thailand. Sumber gambar IDN Times
Penampilan Sonia Fergina pada Miss Universe 2018 di Thailand. Sumber gambar IDN Times
4. Indonesia Masih Terjebak dalam Ide dan Tema National Costume

Prestasi gemilang Indonesia terjadi tahun 2014 yang ditorehkan oleh Elvira Devinamira, Putri Indonesia 2014 yang mengenakan National Costume bertajuk The Chronicles of Borobudur yang berhasil menjadi kostum terbaik saat itu. Ketika saya melihat kostum tersebut pertama kalinya langsung saya berujar Mantap Jiwa. 

Bagaimana tidak, kemegahan Candi Borobudur begitu terasa seakan mengambarkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki jiwa seni dan pemahaman arsitek yang tinggi di masa berjayanya kerajaan Hindu-Buddha di tanah air. Setelah itu, Indonesia kembali terjebak pada ide dan tema konvensional seperti kostum karnaval, serta flora dan fauna.

Terbukti 2 tahun ini kostum nasional Indonesia lebih mengangkat tentang satwa Orang Utan melalui Warrior of Orang Utan dan keindahan Burung Cenderawasih melalui tema Bird of Paradise.

The Chronicles of Borobudur menjadi National Costume Terbaik Miss Universe 2014. Sumber Lewatmana.com
The Chronicles of Borobudur menjadi National Costume Terbaik Miss Universe 2014. Sumber Lewatmana.com

National Costume Indonesia tahun ini sebenarnya wow, sangat memukau. Sosok Burung Cenderawasih yang cantik dan elok berhasil direpresentasikan dalam kostum tersebut ditambah adanya boneka replika burung cCenderawasih yang bisa bergerak terbang semakin membuat takjub yang melihat. 

Ternyata ada sisi lain yang harus dibenahi, tema yang diangkat ternyata menjadi kurang spesial karena terlalu didominasinya tema flora dan fauna pada ajang tahun ini.

Indonesia harus berani keluar dari tema konvensional dan lebih memilih sesuatu yang khas dan tidak dimiliki oleh negara lain bahkan jika bisa hingga orang asing akan berpikir, wow ternyata di Indonesia ada hal seperti ini. 

Saya justru tertarik bila National Costume lebih mengangkat budaya dan adat istiadat lokal dibandingkan membuat kostum yang bersifat karnaval. 

Contoh keberhasilan Thailand saat membawakan kostum Tuk-Tuk yang merupakan kendaraan khas masyarakat disana. Kemudian Myanmar melalui Boneka Diorama "Puppet Show" yang meraih National Costume 2016, Jepang tahun 2017 dengan pakaian Samurai Warrior yang memadukan antara pakaian samurai wanita yang terkesan tegas.

Namun kemudian berubah menjadi Kimono yang anggun serta tahun ini Laos berhasil mempresentasikan mitologi 3 dewa/dewi yang bersayap dimana terkesan unik dan justru meraih juara kostum terbaik.

3. Kemampuan Public Speaking yang Masih Lemah

Sebagai orang awam, saya melihat bahwa ada beberapa perwakilan Indonesia selama mengikuti Ajang Miss Universe yang lemah dalam public speaking padahal public speaking sangat penting dalam menjawab pertanyaan dengan baik, tegas, dan jelas. 

Saya tidak akan menyebut siapa yang dianggap kurang memiliki kemampuan ini cukup sobat sendiri yang menganalisanya. 

Saya melihat Yayasan Puteri Indonesia seakan berusaha mencari sosok gadis yang tinggi, berperawakan model, pintar berbahasa inggris sebagai juara. Kemampuan public speaking yang baik seakan dikesampingkan dan diharapkan dapat terpoles saat masa persiapan. 

Ini mengapa ketika melihat pengumuman juara ada beberapa yang membuat saya bertanya, why is she the winner? Secara personal saya menfavoritkan Artika Sari Devi dan Anindya Kusuma Putri saat berlaga di ajang Miss Universe. 

2. Kemampuan Modelling yang Belum Matang

Mengapa saya menuliskan hal ini karena meskipun telah banyak delegasi Indonesia yang lolos baik di 13 besar, 15 besar, 16 besar hingga 20 besar ternyata disaat memasuki sesi peragaan busana gaun malam dan pakaian renang justru Indonesia selalu tersingkir dari kandidat lainnya dan gagal masuk di babak berikutnya. 

Bukan rahasia umum bila kontestan asal Benua Amerika terasa diatas angin dalam sesi ini. Tidak dipungkiri negara seperti Puerto Rico, Venezuela, Kolumbia, Kosta Rika, Meksiko lebih sering lolos ditahap peragaan busana dan mendapat skor tinggi. 

Saat ini memang negara di Asia juga sudah mulai memiliki kemampuan modeling yang baik seperti Filipina, Jepang, Thailand, India, dan Thailand sering menempatkan wakil mereka pada level juara.

Secara fisik, perwakilan Indonesia sudah masuk kategori baik dan memiliki postur model baik dari tinggi dan berat ideal. Hal yang diperkuat adalah bagaimana wakil Indonesia bisa lebih percaya diri dan membuat juri kagum saat memperagakan kostum yang digunakan. Sebagus apapun pakaian yang dikenakan namun bila dibawakan belum dengan percaya diri tentu kesempurnaan dari busana tersebut menjadi kurang.

1. Mental Nyinyir yang Sangat Kuat

Entah kenapa saat ini mental nyinyir terasa kian kuat di masyarakat Indonesia. Kalah dinyinyirin, Menang dinyinyirin juga. Hal yang membuat saya takjub adalah ketika Bunga Jelitha gagal mempertahankan prestasi Indonesia yang berhasil lolos di tahap awal pada malam final tiba-tiba ratusan bahkan ribuan nyinyir membanjiri linimasa media sosial.

Bahkan di salah satu media massa menuliskan Bunga Jelitha hingga menangis karena mengecewakan masyarakat Indonesia atau mungkin luapan emosi atas nyinyiran yang ditujukan padanya.

Masyarakat bermental juara adalah ketika seseorang berada di masa terpuruk maka orang disekitarnya akan berusaha menyemangatinya dan berusaha untuk mengambil hikmah sehingga menjadi bahan untuk mempersiapkan diri di tahun berikutnya. 

Ketika sebuah nyinyiran justru lebih terasa dibandingkan rasa memotivasi secara perlahan akan membuat sosok tersebut kehilangan arah dan patah semangat.

Ingatlah bahwa menjadi perwakilan dalam ajang Miss Universe berarti bertarung dengan banyak kontestan dan yang pasti mereka adalah sosok terbaik dari negaranya. Ketika seorang wakil gagal, bukan berarti dia buruk namun menandakan kandidat lain lebih unggul dibandingkan dirinya. Pahami kekurangan yang ada dan jadikan itu sebagai pembelajaran berikutnya. 

Buktinya dalam ajang serupa, Indonesia bahkan bisa mencapai titik juara dan masyarakat akhirnya bangga akan mereka. Keberhasilan itu bukan mukjizat tapi hasil dari proses pembelajaran dari kegagalan sebelumnya. 

Apakah sobat termasuk kategori sang penyinyir? Ternyata setelah saya menuliskan ini, saya sadar ternyata saya juga ada sisi ini buktinya saya sempat mempertanyakan "kenapa dia yang harus juara kepada kontestan pemenang yang bagi saya masih ada kekurangan". 

Jangan pernah malu untuk berkaca pada diri sendiri, sudahkah anda bisa menunjukkan prestasi bagi bangsa ini? Jika belum, maka jangan terlalu bersikap pesimis dan berusahalah optimis. Ayo Indonesia, kamu pasti bisa di tahun berikutnya.

Ditunggu komentarnya, Ingat jangan yang nyinyir ya :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun