Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indonesia Gagal Raih Mahkota Miss Universe, Apa yang Perlu Diperbaiki?

18 Desember 2018   20:47 Diperbarui: 20 Desember 2018   12:43 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sonia Fergina Citra membawakan kostum bertema Cendrawasih di Miss Universe 2018| SUmber: Instagram Sonia Fergina Citra @soniafergina

Mengapa saya menuliskan hal ini karena meskipun telah banyak delegasi Indonesia yang lolos baik di 13 besar, 15 besar, 16 besar hingga 20 besar ternyata disaat memasuki sesi peragaan busana gaun malam dan pakaian renang justru Indonesia selalu tersingkir dari kandidat lainnya dan gagal masuk di babak berikutnya. 

Bukan rahasia umum bila kontestan asal Benua Amerika terasa diatas angin dalam sesi ini. Tidak dipungkiri negara seperti Puerto Rico, Venezuela, Kolumbia, Kosta Rika, Meksiko lebih sering lolos ditahap peragaan busana dan mendapat skor tinggi. 

Saat ini memang negara di Asia juga sudah mulai memiliki kemampuan modeling yang baik seperti Filipina, Jepang, Thailand, India, dan Thailand sering menempatkan wakil mereka pada level juara.

Secara fisik, perwakilan Indonesia sudah masuk kategori baik dan memiliki postur model baik dari tinggi dan berat ideal. Hal yang diperkuat adalah bagaimana wakil Indonesia bisa lebih percaya diri dan membuat juri kagum saat memperagakan kostum yang digunakan. Sebagus apapun pakaian yang dikenakan namun bila dibawakan belum dengan percaya diri tentu kesempurnaan dari busana tersebut menjadi kurang.

1. Mental Nyinyir yang Sangat Kuat

Entah kenapa saat ini mental nyinyir terasa kian kuat di masyarakat Indonesia. Kalah dinyinyirin, Menang dinyinyirin juga. Hal yang membuat saya takjub adalah ketika Bunga Jelitha gagal mempertahankan prestasi Indonesia yang berhasil lolos di tahap awal pada malam final tiba-tiba ratusan bahkan ribuan nyinyir membanjiri linimasa media sosial.

Bahkan di salah satu media massa menuliskan Bunga Jelitha hingga menangis karena mengecewakan masyarakat Indonesia atau mungkin luapan emosi atas nyinyiran yang ditujukan padanya.

Masyarakat bermental juara adalah ketika seseorang berada di masa terpuruk maka orang disekitarnya akan berusaha menyemangatinya dan berusaha untuk mengambil hikmah sehingga menjadi bahan untuk mempersiapkan diri di tahun berikutnya. 

Ketika sebuah nyinyiran justru lebih terasa dibandingkan rasa memotivasi secara perlahan akan membuat sosok tersebut kehilangan arah dan patah semangat.

Ingatlah bahwa menjadi perwakilan dalam ajang Miss Universe berarti bertarung dengan banyak kontestan dan yang pasti mereka adalah sosok terbaik dari negaranya. Ketika seorang wakil gagal, bukan berarti dia buruk namun menandakan kandidat lain lebih unggul dibandingkan dirinya. Pahami kekurangan yang ada dan jadikan itu sebagai pembelajaran berikutnya. 

Buktinya dalam ajang serupa, Indonesia bahkan bisa mencapai titik juara dan masyarakat akhirnya bangga akan mereka. Keberhasilan itu bukan mukjizat tapi hasil dari proses pembelajaran dari kegagalan sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun