Selepas lulus sekolah atau kuliah, mendaftar pekerjaan menjadi tantangan tersendiri. Setiap orang memiliki pekerjaan impian masing-masing mungkin ingin menjadi PNS, pegawai swasta, wiraswasta, atau melanjutkan usaha orang tua.Â
Tingginya jumlah para pencari kerja memang tidak sebanding dengan lowongan pekerjaan yang tersedia menuntut kita untuk saling berkompetisi untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Tentu lebih banyak jumlah peserta gagal dibandingkan yang diterima.
Saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saat menyeleksi calon pekerja di perusahaan yang saat ini tengah saya geluti. Perusahaan saya bergerak sebagai produsen makanan dan minuman yang cukup ternama sehingga disaat membuka lowongan pekerjaan akan banyak pencari kerja berusaha mendaftar.Â
Sebelumnya saya bukanlah seorang HRD ataupun lulusan psikologi yang dikhususkan untuk melakukan proses rekrutmen namun mengingat posisi saya di salah satu divisi maka terkadang mau tidak mau saya ikut terlibat dalam proses penyeleksian tersebut.
Setiap perusahaan sebenarnya berusaha melakukan proses seleksi secara objektif namun tidak dipungkiri tetap akan ada subjektivitas yang lebih mengarah pada insting selama proses seleksi apalagi jika proses seleksi harus melalui beberapa tahapan dan selektor.Â
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi pegangan bagi calon pelamar kerja agar dapat mengantisipasi hal-hal yang justru dapat membuat dirinya terlempar dari kandidat pekerja ideal di perusahaan.Â
Apa yang saya tulis berdasarkan pengalaman saya terlibat dalam proses seleksi dan mungkin saja dapat berguna apabila sobat kompasiana yang ingin mencari pekerjaan setidaknya dapat mengantisipasi bila menemukan karakter interviewer seperti saya. Apa saja itu?
Hindari Jawaban yang Terkesan Tidak Profesional
Pertanyaan umum yang sering kali ditanyakan interviewer adalah, "mengapa tertarik melamar di posisi ini/perusahaan ini?" Saya sering menggunakan pertanyaan ini untuk mengetahui detil alasan mereka melamar.Â
Jawaban yang justru membuat mood saya berubah ketika mendengar jawaban seperti: 1) karena saya mengganggur pak; 2) karena perusahaan ini sedang mencari seorang (posisi yang dilamar); 3) kata teman saya, disini sedang ada lowongan; 4) iseng-iseng pak melamar siapa tahu diterima, dsb.
Jenis jawaban itu bukan sekali atau dua kali saya dengar bahkan terbilang sering. Ini membuat rasa ketertarikan saya menjadi berkurang karena saya anggap orang ini hanya ingin mencoba tanpa mengetahui potensi dan klasifikasi yang dibutuhkan.Â
Secara personal saya justru mengharapkan jawaban, saya tertarik melamar di perusahaan ini karena ketika melihat lowongan ternyata sesuai dengan keterampilan/kemampuan saya sehingga saya berusaha melamar untuk posisi ini. Apabila saya mendengar jawaban itu akan muncul dalam benak saya, orang ini tahu apa skill yang dimiliki dan sudah paham tentang klasifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.