Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seberapa Bahagia Hidup di Bali

11 Desember 2018   12:43 Diperbarui: 11 Desember 2018   14:34 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Penari Bali. Dokumentasi Pribadi

Bali seakan menjadi primadona di Indonesia. Ini mengingat begitu banyak orang yang ingin menghabiskan liburan di Bali bahkan ada yang memiliki impian untuk tinggal di Bali. Bagi sebagian orang, Bali ibarat sekuntum bunga yang tidak hanya indah dilihat namun memiliki daya tarik di dalamnya. Saya yang masih memiliki darah keturunan Bali serta memiliki keluarga dan pernah menghabiskan masa SD hingga SMA di salah satu daerah di Bali cukup mengetahui beberapa alasan mengapa Bali begitu spesial. Bagi anda yang memiliki impian untuk tinggal di Bali, bersiaplah untuk membaca seberapa bahagia jika hidup di Bali.

# Bali = BAnyak LIbur

Ini kabar gembira bagi kalian yang ingin tinggal di Pulau Dewata. Bukan rahasia umum jika di Bali memiliki banyak hari raya khususnya bagi umat Hindu. Sistem kalendar di Bali menggunakan tahun Saka yang memperhitungkan posisi matahari dan bulan. Umat Hindu di Bali memiliki berbagai hari raya seperti Nyepi, Kuningan, Galungan, Pagerwesi, Saraswati dan masih banyak lainnya. Bila sobat Kompasiana mengganggap bahwa Nyepi adalah hari raya utama bagi Umat Hindu, saya anggap kurang tepat karena Galungan merupakan hari raya utama Umat Hindu karena merepresentasikan simbol Kebaikan menang melawan Kejahatan. Nyepi yang lebih berarti Sepi adalah moment dimana umat Hindu berusaha menyucikan diri dengan menghindari aktivitas rutin sehari-hari sehingga pemerintah menjadikan Nyepi sebagai Hari Libur Nasional untuk menghormati hal tersebut.

Sistem pengkalendaran di Bali memang berbeda bila dibandingkan sistem kalendar Masehi dimana perayaan hari suci di Bali bisa dirayakan 1 tahun sebanyak 2 kali (Terkecuali Nyepi). Tidak heran untuk memperingati hari suci di Bali, pemerintah daerah meliburkan kegiatan pemerintahan, pendidikan ataupun sektor lain yang berpatokan pada aktivitas pemerintah. 

Pengalaman saya saat bersekolah di Bali, Libur Galungan dan Kuningan adalah hari yang ditunggu karena selalu selisih 10 hari dan pemerintah memberikan libur hingga 2 Minggu (saat saya sekolah, berharap ini masih dilakukan). Jika ini masih berlaku, tentu menjadi angin segar bagi kaum pendatang. Hal unik di Bali, masyarakat lebih menggunakan Kalendar Bali dibandingkan kalendar yang ada di pasaran karena Kalendar Bali lebih detaul dan kompleks. Bayangkan dalam 1 lembar Kalendar akan termuat begitu banyak detail informasi seperti hari raya, peringatan hari suci di pura desa, pura agung, pura keluarga, hari baik melakukan aktivitas sesuatu dan sebagainya. Hal yang saya suka di kalendar Bali umumnya dibelakang kalendar ada informasi terkait shio, zodiak, wuku kelahiran, nama dewa-dewi umat Hindu dan info tentang budaya Bali.

# Terbiasa Makan Buah dan Kue

Buah dan Kue menjadi alat kelengkapan dalam setiap aktivitas upacara di Bali umumnya digunakan seperti jeruk, mangga, duku, apel, pir, salak, anggur, ataupun pisang. Kue yang digunakan seperti kue mangkok, kue sagu, dodol, rengginang dan masih banyak lainnya. Orang yang pernah tinggal di Bali pasti akan kangen moment dimana selesai upacara, kita akan berebut mendapatkan buah atau kue yang disukai. Saya saat itu selalu mengincar anggur, apel, jeruk, mangga dan kue mangkok.

# Berbahagialah yang bernama Agung, Dewa, Dayu, Gusti dan Ngurah

Pura Lempunyangan Bali. Dokumentasi Pribadi
Pura Lempunyangan Bali. Dokumentasi Pribadi
Masyarakat Bali memang masih memegang tradisi penamaan berdasarkan kasta keluarga. Setiap kasta memiliki penanaman tersendiri. Bagi masyarakat diluar Bali lebih familiar dengan nama Putu, Gede, Ni Luh, Made, Nengah, Komang, ataupun Ketut. Penanaman ini sangat lumrah karena penanaman ini lebih condong pada urutan kelahiran. Misalkan Putu, Gede, Wayan, Ni Luh menjelaskan bahwa orang tersebut lahir di urutan pertama. Made, Kadek, Nengah menjelaskan lahir diurutan kedua. Komang atau Nyoman berarti orang itu lahir di urutan ketiga dan Ketut untuk urutan keempat. Bagaimana jika lahir diurutan kelima, keenam dan selanjutnya maka penanaman akan kembali dari urutan awal. Perlu diketahui bila pemerintah mencanangkan Keluarga Berencana (KB) 2 orang, bagi orang Bali KB yang pas adalah disaat sudah memiliki 4 anak. Info yang saya dapat hal ini dilakukan agar sistem penggunamaan nama Komang dan Ketut tidak punah kedepannya.

Mengapa bernama Agung, Dewa, Dayu, Gusti dan Ngurah akan menjadi spesial di Bali. Tidak dipungkiri banyak masyarakat diluar Bali memiliki nama seperti yang saya sebutkan tadi. Bagi masyarakat di Bali nama Agung, Dewa, Dayu (Ida Ayu), Gusti dan Ngurah menempati peringkat tinggi dalam kasta di Bali. Misalkan kita pasti tahu atau setidaknya pernah dengar seorang public figure bernama Gusti Randa. Awalnya saya mengira beliau berasal dari Bali karena penamaan Gusti identik bagi mereka yang berasal dari Kasta Waisya. Ternyata Gusti Randa berasal dan berdarah Minangkabau. Apabila Gusti Randa tinggal di Bali atau memperkenalkan diri kepada orang Bali pasti orang akan berpikir, "wah orang ini memiliki kasta". Hal ini juga lumrah bagi seseorang bernama Agung karena umumnya nama Agung digunakan oleh Kasta Ksatria seperti Anak Agung, I Gusti Agung. Bila anda memiliki nama diatas dan berniat mengunjungi Bali, jika ditanya nama cukup menyebutkan 2 kata nama misal Agung Dika atau umumnya diucapkan Gung Dika, Ngurah Raka, Gusti Indra maka niscaya orang di Bali cukup segan dengan anda.

# Bali Cinta Damai

Saat tinggal di Jakarta, saya sangat terbiasa melihat fenomena demonstrasi dimana-mana. Bila anda tinggal di Bali akan sangat jarang menemukan hal itu. Bagi orang Bali, mereka lebih memanfaatkan waktu untuk kegiatan sehari-hari dibandingkan harus berpanas-panas, teriak di jalanan dan melakukan onar. Masyarakat Bali percaya jika hidup tenang dan harmonis, permasalahan akan berlalu sendirinya. Apabila ada sesuatu yang tidak disetujui cukup dilakukan dengan musyawarah yang melibatkan tetua atau pihak yang dipercaya.

Bali menjadi tempat rekomendasi yang tepat bagi mereka yang menginginkan ketenangan dan jauh dari suasana onar dan kekerasan. Contoh simple adalah ketika Krisis Moneter (Krismon) dimana sebagian besar daerah di Indonesia pada melakukan demonstrasi, penjarahan, sweeping hingga tindakan anarkis lainnya justru di Bali tenang tentram seakan tidak terjadi masalah yang berarti. Tidak heran banyak warga Tionghoa justru memilih menetap di Bali pasca kejadian tersebut.

# Bali tempat Aman bagi Orang Pelupa dan Teledor

Pernahkah sobat Kompasiana meninggalkan kunci kendaraan tetap menggantung di kendaraan? Itu sama saja memberikan ikan di depan Kucing yang lapar. Tidak butuh waktu lama kendaraan pasti akan raib. Di Bali, peluang itu masih tergolong rendah. Saya adalah tipe teledor dan pelupa. Puluhan kali saya lupa untuk mencabut kunci kendaraan tapi dalam hati saya tetap tenang saat tersadar bahwa saya melupakan kunci tersebut. Mengapa? Orang Bali sangat percaya istilah Karma artinya apa yang kita tanam maka itu yang akan kita tuai atau sederhananya segala tindakan yang kita lakukan akan memiliki dampak positif/negatif tergantung dari apa yang kita lakukan. Buktinya, motor saya tetap aman meskipun banyak orang berlalu lalang.

Saya memiliki kerabat yang tetap mencantolkan kunci motor di pekarangan rumah meskipun tidur malam. Saat saya bertanya apakah tidak takut hilang, ia menjawab jika ada yang mencuri suatu saat si pencuri akan kehilangan barang yang sama atau bahkan kehilangan yang jauh lebih besar. Ternyata pemikiran akan adanya Karma ini justru membuat situasi tetap aman dan terkendali. Banyak teman yang dari luar negeri juga memuji keamanan di Pulau Bali.

# Bali Gudangnya Gadis Cantik

Ilustrasi Gadis Bali. Gambar dari Nyengen.dadi
Ilustrasi Gadis Bali. Gambar dari Nyengen.dadi
Saya justru menilai Gadis Bali itu Manis dibandingkan Cantik. Manis lebih menekankan pada rasa enak dilihat dan tidak membosankan. Ini karena kulit mereka yang coklat eksotis, rambut panjang, suka menggunakan kebaya dan rambut dihiasi bunga kamboja kecil. Daya tarik ini bahkan banyak mendapat pengakuan dari wisatawan lokal maupun asing. Terbukti banyak wisatawan asing yang memperistri Gadis Bali karena keeksotisannya. Ada candaan kecil, jika ingin memperbaiki keturunan sangat pas di Bali. Banyak hasil perkawinan antar Ras dan budaya justru menghasilkan keturunan dengan bibit, bebet, bobot unggul. Gadis keturunan Bali atau berdarah campuran yang cukup dikenal seperti Kade Devi, artis FTV; Luna Maya; Aurel JKT 48 dsb.

# Belajar Bercakap Bahasa Asing yang Praktis

Sebagai daerah tujuan wisata sudah barang tentu Bali akan dikunjungi oleh wisatawan asing dari berbagai negara. Peluang ini sangat baik digunakan bagi sobat yang ingin belajar atau melatih kemampuan bahasa asing secara cepat dan terlatih. Bagi orang awam, cukup tinggal sebulan di Bali dan memiliki niat dan mengesampingkan rasa malu maka akan langsung bisa berkomunikasi dengan orang asing meskipun dengan bahasa asing blepotan alias ala kadarnya. Teringat satu kejadian, saat saya berjalan di daerah Kuta. Banyak pedagang yang mendekati para bule dan terian, Buy Me Sir. Ten Thousand please. sempat berpikir, What? mereka jual diri dan suruh wisatawan membayar seharga 10 ribu? Oh ternyata saya salah terka, ternyata mereka menawarkan barang dengan bahasa inggris ala kadarnya. Tapi ga masalah, grammar disini tidak diperhatikan yang penting You and I pahamlah.

Itulah beberapa gambaran mengapa Bali menjadi tempat menarik untuk disinggahi. Tapi ingat jika dirimu adalah pendatang maka tempatkan posisimu dengan bijak, patuhi adat dan tradisi masyarakat setempat. Jika ada sesuatu yang menurut kalian berbeda dengan prinsip atau budaya kalian maka cukup hargai karena ada pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. 

Jika dirasa informasi ini cukup menarik, tolong diberikan nilai dan komentar. Mungkin kita bisa saling sharing. Silakan juga dapat membaca tulisan saya lainnya cukup dilihat pada profil saya. Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun