Pada jurnal yang berjudul "Literatur Review: Dinamika Komunikasi Kesehatan Dimasa Pandemi Dan Pasca Vaksin Covid-19" karya Riskha Dora Candra Dewi berfokus atau mengkaji pada bagaimana dampak serta krisis komunikasi kesehatan selama masa pandemi Covid-19 dan terlihat mengenai bagaimana komunikasi tersebut dapat mempengaruhi pemahaman dan prilaku masyarakat terkait pandemi dan vaksinasi. Nah disini juga penulis meperlihatkan bagaimana nih peran-peran penting yang akan dapat mempengaruhi terhadap dinamika yang terjadi pada masa pandemi maupun setelah vaksinasi. Dalam hal ini pasti memperlihatkan bagaimana tujuan itu menyoroti bahwa perlunya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan kepercayan kepada publik. Hal ini terlihat bagaimana masyarakat terutana bangsa kita indonesia yang awalnya acuh karena menganggap bahwa pandemi ini hanya sebagai flu biasa. Adapaun metode penelitian yang di gunakan adalah metode  deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kajian pustaka atau literature review dari beberapa artikel terkait.
Pada masa pandemi Covid-19 merupakan salah satu ujian yang besar bagi kesehatan global, melainkan berdapat juga terhadap bagaimana komunikasi kesehatan dapat tersampaikan. Di tengah upaya yang di lakukan oleh sektor pemerintah di setiap negara dan organisasi internasional seprti WHO menyampaikan sebuah informasi masyarakat itu sendiri sering kali merasa bingung dan kehilangan kepercayaan. Disini munculah bagaimana komunikasi yang seharusnya menjadi alat penggerak justru menjadi penghalang?
Pada masa pandemi tersebut tak sedikit masyarakat indonesia menganggap bahwa penyakit yang di sebab kan oleh virus Covid-19 ini hanya sekedar "flu biasa." Komunikasi publik yang tidak konsiten ini lah mengakibatkan kerentanan terhadap virus yang tidak nyata.  Dinamika ini snagat terlihat jelas terjadi di masyarkat itu sendiri sampai kahirnya merasakan atu terkena virus tersebut. Ini menunjukan bagaimana pentingnya pemahaman masyarakat tentang kerentanan mereka terhadap Covid-19. Munculnya berbagai perubahan atau sistem yang tidak jelas  mengakibatkan publik tidak menyadari akan resiko yang sebenarnya.
Pada saat pemerintah atau badan kesehatan internasional WHO menyapaikan sebuah informasi yang ambigu atau keliru, dapat di ambil aja seperti informsi bagaimana penyembaran virus itu dapat terjadi misal seperti udara , disini dapat mengakibatkan bagaimana masyarakat akan tidak paham dan mengerti akan keseriusan penyebaran penyakit tersebut. Dari dampak ini juga kan mempengaruhi bagaimana urgensi masyarakat akan kepatuhan terhadap protokol-protokol kesehatan yang ada.
Munculah prtoko-protokol kesehatan yang ada kerana masyarakat dan wbah bisa terlihat makin jelas dan makin parah. Bebrapa protokol ini memang tidak mudah untuk di hadapi karena ini sangat mengubah perilaku yang 180 derajat berubah seperti bagaiman yang di pendidikan harus beradaptasi secara langsung menjadi e learning atau online. Maka dari itu melakukan perubahan prilaku ini bukanlah sesuatu yang mudah karena pasti tau bahwa hal itu semua membutuhkan pengorbanan besar baik dari segi waktu biaya maupun kebiasaan. Kurangnya komunikasi inilah yang kurang dapat menyakinkan kepada masyarakat dengan munculnya istilah lockdown  atau Vaksinasi yang mengakibatkan masyarakat untuk enggan beradaptasi.
Ketika virus ini makin menyebar luas, banyak dari bidang kesehatan untuk melakukan penelitian akan kesembuhan terhadap penyakit ini. Pada masa itu terbentuklah sebuah nama vaksinasi untuk mengatasi masalah Covid-19 tersebut. Dari sektor pemerintah dan lainnya menghibau kepada masyarakat untuk melakuka vaksinasi agar tidak mudah terpapar tehadap virus ini. Meski banyak kampanye promosi vaksinasi yang dilakukan, pesan yang di sampaikan akan manfaatnya seringkali kalah dengan ketakutan akan efek sampingnya. Padahal, edukasi berbasis data --data yang ada dapat membantu masyarakat memahami bahwa vaksinasi adalah langkah yang besar untuk kembali kehidupan normal.
Maka dari itu untuk membangun kepercayaan, salah satu teori yaitu teori SCCT menekannya pentingnya rebulid strategy (strategi membangun kembali ). Kita mabil aja bagaimana WHO telah belajar akan kesalahnnya dengan mempublishkan informasi yang lebih transparan menegnai Covid -19. Dari pemerintah khususnya di indonesia sendiri dapat memanfaatkan keberadaan media sosial yang ada seperti instagran dan Tiktok untuk menyampaikan informasi yang lebih menarik dengan  bahaya yang sedehana dan visula yang tak membosankan.
Kali ini pendemi memberikan pelajaran terhadap kita bahw akomunikasi kesehatan yang efektif bukan hanyua soal penyampaian informasinya saja akan tetapi soal membangun rasa kepercayaan juga. Dengan adanya pendekatan-pendekatan yang lebih manusiawi dan berbasis data pemerintah setempat dan organisasi kesehatan internasional dapat mengatasi dan memperbaiaki krisis komunikasi  dan menggerakan masyarakat menuju perilaku yang lebih sehat.
Referensi
Riskha, D. C. (2021). Literatur review: Dinamika komunikasi kesehatan di masa pandemi dan pasca vaksin COVID-19. Linimasa: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(2), 207-209. https://journal.unpas.ac.id/index.php/linimasa/article/view/4220
mahasiswa universitas 'Aisiyah Yogyakarta Progam Studi Ilmu Komunikasi indra Kurniawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H