Terkadng, saya berhadapan dengan kenyataan 'pahit'. Tak berbilang satu dasawarsa, saya sudah masuk komponen senior dalam tubuh Partai Golkar. Tentu bersama Nusron Wahid, adik kelas saya di Universitas Indonesia. Dalam hitung-hitungan saya, dari generasi aktivis mahasiswa Universitas Indonesia era 1990-an, hanya tiga orang yang 'direkrut' atau 'tercebur' dalam tubuh partai. Selain saya dan Nusron, ada nama Achmad Annama. Dan kami bertiga, sama-sama dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Survei lebih berbicara tentang kuantitas. Angka-angka. Seorang profesor sama nilainya dengan seorang yang tak pandai berbahasa Indonesia dengan baik. Dari sisi semiotika, beringin saja sudah mengandung tugas dan daya yang dimiliki oleh kader dan fungsionaris Partai Golkar.
Andai lambang Partai Golkar diubah dengan rumpun bambu, apalagi ilalang, bakalkah berbeda dalam hasil survei? Â
Mari telusuri dalam catatan dari dalam lainnya.
***
Jakarta, 13 Agustus 2021
***
Indra J Piliang, anggota Badan Pengendali dan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Sekretaris Dewan Pembina (Sekwanbin) Forum Budaya Jakarta Pesisir (FBJP), dan Warga Kelurahan Krukut Kecamatan Tamansari Jakarta Kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H