Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ayahku, Surat Kepada Buya Sjafii Maarif (Bagian 1)

6 Juni 2021   11:49 Diperbarui: 6 Juni 2021   12:22 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.

Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.

Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda.

Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.

Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.

Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.... ( QS. Al-Insan: 12-21 )

Tentu tidak ada tangis itu, ketika saya melangkah masuk ke rumah tengah sawah, masih bercelana basah, lalu menaruh telunjuk di mulut agar emak atau saudara yang melihat tak berteriak, seperti setiap kali saya pulang, selalu dengan kejutan yang tak sama, lalu ayah langsung bangun atau datang sambil terkekeh.

Tapi anak mana yang bisa menipu ayahnya? Murid mana yang bisa menipu gurunya? Adik mana yang bisa menipu kakaknya? Walau ayahnya lumpuh, anak itu gagah perkasa, guru itu reot, murid itu berkendara jet pribadi antar angkasa, kakak itu terbaring tertidur di lelah tepat di depan pos ronda rumah serba istana adik itu.

"Alah pulang Yaya," terucap di bibir ayah.

Emak langsung tergelak, pun yang lain.

"Kirain sudah dijemput malaekat, dua-tiga hari ini hening saja, tak lagi menyebut 'kapan Yaya pulang' seperti dua-tiga bulan ini setiap siapapun tiba, pintu berbunyi," kata Emak. Emak dan keluarga saya selama dua -- tiga hari meyakinkan saya, menelepon bergantian, betapa 'Yaya akan menyesal kalau tak juga pulang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun