Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tingkatan Sorga Itu (Arie Mufti)

23 April 2021   01:41 Diperbarui: 23 April 2021   03:20 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkatan Sorga Itu...

: Arie Mufti


(Indra J Piliang)

Jika yang berisik adalah aku
Kaulah yang berbisik itu

Jika yang bersisik adalah aku
Kaulah yang berserabut abu

Aku, dididik dengan aksara
Berlaga, sejak iqra itu berbentuk alif, ba, ta


Dan berdebat bergenerasi tentang huruf pertama yang diturunkan Allah kepada Musa
Di Bukit Tursina, dalam bentuk api yang menyala, tapi tak membakar,
Pohon quldi yang sudah tercampak ke bumi itu,
Aku terpaksa gagap, tak lagi banyak berkata, dalam tapa brata Pusgiwa UI 1990an

Aku yakin, kaupun seperti itu
Walau, ada yang menjadi baju zirrahmu, pokok studimu, fakultas teknik!

Aku?
Anak sastra yang tak suka aksara!
Tak pandai berbahasa!
Kukatakan, aku lebih suka berbicara dengan batu, hantu, dan angin limbubu!

Aku sudah membongkar seluruh laci buku di rumah nenekku,
Inyiak Atah, di Tanah Bato, Aie Angek!
Dan yang kutemukan sejak zaman Belanda adalah buku-buku pertukangan itu,
Keteknikan itu!
Keinsinyuran itu!
Bahkan kehidupan di angkasa!
Dan bawah air!
Dengan dasar-dasar keteknikan!

Buku-buku keaksaraan,

baru menemani SMPku, di kampung ibuku!

***

Ketika zaman meronta,
Peluit menyala,
Entah itu lubang hitam atau bukan,
Aku ternyata ada pada bagian yang beraksara itu,
Bersiponggang bersama jenderal-jenderal aksi gerakan mahasiswa UI!

Iqravani Hilman!

Padang Wicaksono!

Fahri Alamudi!

Sukma!

Qodir!

Suma Miharja!

Alip Purnomo!

Dendi Ramdani!

Ari Arya Perdana! 

Wisnu Kucing!

Dan, kulihat kau dengan sigap,
Berada dalam lapisan yang kukagumi itu,
Perteknikan,


Bersama Desma, Deddy Fezantino, I Gede Mahendra, Rama Pratama,
Dan barisan-barisan aktivis kelompok studi yang berkerumun dengan disain,
Teknologi,
Rekayasa,
Masa depan,
Peradaban,
Kebudayaan...

Mungkin juga pertarungan antar Avengers di galaksi.

Aku punya sahabat, satu-satunya sahabat, dalam Gugus Tujuh, anak Gas dan Petrokimia 91!
Dia yang berbahasa cadel!
Tapi tegas!

Tebak saja siapa dia!


Dan walau aku merasa "dikerjain" tokoh-tokoh teknik UI yang memboikot Pemira SMUI 1995,
Bagiku nada dan sapa cadel sahabatku itu adalah nada, karakter, teknik, UI belok kanan itu,

Plus Ikhsan Dongoran,
Dan tentu Gatot Prio Utomo,
Serta yang paling senior, Riri Fitri Sari,
Anak-anak teknik yang aktif di KSM UI.

Dan si tembem Desi, tentu, Pemimpin Redaksi Majalah Teknika FTUI yang sering memintaku menulis!

Ketika setiap mahasiswa UI menyebut anak-anak teknik UI adalah macan,
Aku berhasil buktikan pada rangkaian Pemira 1996,
Macan-macan itu adalah pengawal-pengawalku sebagai Calon Senator Nomor Satu,

Badan Perwakilan Mahasiswa UI, 

Kun Nurachadijat yang nomor dua,
Dari Busept, anak teknik UI yang maju mengadu nasib, bahu, dan tonasi!
Aku dijaga siang dan malam oleh macan-macan jinak itu!

...

2017
Aku dan kau ada dalam satu gerbong
Aku dilarang Ketuaku, HR Agung Laksono,
Bicara di televisi,


Dan kulihat,
Perlahan kau ambil satu demi satu jam tayang,
Aku perhatikan setiap penampilanmu,
Seperti pelatih yang memberikan ponten,

Dalam setiap perdebatan dalam banyak grup,
Aku juga tandai argumen-argumenmu,
Sebagai Panglima Sang Gerilyawan bATAVIA,
Aku kadang hanya naik-turunkan tensi diskusi,
Di kalangan yang saling kenal,
Dalam grup-grup diskusi yang ganas.

Kami sudah lama tahu sakitmu,
Juga Indah, istrimu
Indah sembuh, kau masih bergemuruh dengan bantuan peralatan itu

Dan datanglah kabar itu,
Kau pergi menuju area perteknikan Abadi,
Dengan pintalan imajinasi yang dibawa iman-iman pengikut-pengikut Musa,
Isa, Muhammad.

Pergilah,
Sahabatku!
Adik iparku!

Kau tahu,
Bagaimana Indah, istrimu, kuanggap melebihi adik kandungku,
Sejak pertama kali dia masuk kampus!

Andai,
Lini tempur ini selesai,
Kita akan bercengkerama, bersama
Di Lembah Anai

Lalu, bercerita, berapa tingkatkah sorga itu?
Adakah kasta-kasta manusia di sana?
Sebagaimana kita sudah tahu,
Neraka dan tingkatannya, dalam kisah mi'raj dan karya-karya Dan Brown.

Andai....

Selamat jalan, adikku...

Innalillahi wa'inna lillahi rojiun...

Jakarta, 23 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun