Huh! Penerbit buku dan cetakan. Sebagai orang yang -- pernah -- dikenal sebagai penulis termahal, termasuk pada tahun itu dengan menyeruput minuman kiwi kesukaan di toko buku Richard Ooh, saya setidaknya pernah berperilaku sebagai salah satu orang kaya yang tinggal di Tasmania, sebagai akun anonim, pada era berlangganan 80 mailing list dengan nama Si Butous.
Tantowi bermimpi setingkat di atas saya, produser film menjadi orang kaya di Indonesia. Saya masih berada di bawah, penulis bukulah yang memimpin dalam jumlah kekayaan.
Tak tahan guna menggoda, saya ajukan pertanyaan terakhir kepada Tantowi. Â
"Kalau ada orang yg paling Bro benci dalam politik, lalu ada kesempatan untuk wawancara, segenerasi, 180 derajat berbeda: SIAPA?"
Sang Baladawan yang pernah berjanji mau bernyanyi di Kota Pariaman bersama saya itu menjawab bahwa tidak ada yang dia benci atau cinta dalam kehidupan politik. Barangkali, Tantowi sudah keburu tercenung dengan sosok dalam jamu bernama Gatot Kaca, tulang kawat, kulit baja. Bahwa, ia kuat, ketika seluruh tokoh hebat dalam LoTR gugur!
Dan saya tahu, ucapan terakhir Tantowi itulah dusta terbesarnya. Tanpa cinta dan benci itu, ia barangkali masih berjualan gorengan bersama Helmy Yahya, di terminal. Saya tahu, Tantowi itu tak bakal hilang di selatan!
Jakarta, 19 Maret 2021
Pagaiboestam1!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H