Bagi generasi aktivis mahasiswa era 1960an, model catat-mencatat itu menjadi penting. Simak saja catatan harian Ahmad Wahid dalam judul "Pergolakan Pemikiran Islam" atau catatan harian Soe Hoe Gie bertajuk "Catatan Harian Seorang Demonstran".
Jauh-jauh hari, Tan Malaka memiliki catatan harian berjudul "Dari Penjara Ke Penjara". Pelbagai kisah pemberontakan kalangan yang di kemudian hari ditetapkan sebagai pahlawan nasional, berasal dari catatan harian para serdadu asing yang melakukan ekspedisi penaklukan.Â
Mereka mendiskripsikan daerah-daerah yang dilalui, musuh yang dihadapi, serta beragam hal lain. Tentu catatan yang bersifat wajib dilakukan oleh para nahkoda kapal.Â
Jurnal nahkoda kapal inilah yang menjadi cikal bakal penulisan kisah-kisah perjalanan oleh para petualang dari pelbagai belahan dunia, antara lain dari China, Arab, dan Eropa.
Ketika seseorang mengandalkan catatan sendiri dari interaksi dengan masyarakat, tentu terlihat upaya untuk melakukan dialog ketimbang monolog. Dialog berlangsung dalam pemikiran yang disampaikan pada saat itu juga. Bisa juga dalam kesempatan yang lain.Â
Dengan cara mencatat, nampak usaha untuk bottom up, ketimbang top down. Program-program yang dicanangkan bakal lebih memperhatikan masukan dari rakyat jelata yang menjadi akar umbi, ketimbang menjalankan semata-mata perintah dari para dewa di angkasa sana.
Jikapun gagal dalam proses pemilihan, tetap saja catatan itu berguna sebagai panduan dalam menulis memoar atau otobiografi. Sekalipun kian sedikit tokoh menulis pengalaman selama menjalankan roda pemerintahan, apalagi dalam menempuh kehidupan berpolitik, keinginan untuk mencatat itu sudah menunjukkan upaya yang keras menampung suara publik.Â
Dalam sejumlah hasil survei yang sudah diumumkan, terlihat bahwa pasangan Mulyadi -- Ali Mukhni unggul jauh dibandingkan pasangan Nasrul Abit -- Indra Catri. Tinggal waktu yang sedikit lagi dimanfaatkan guna melangsungkan kampanye yang semakin substantif.
Jakarta, 22 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H