Apakah semua area perlu dibangun?
Warga Dusun Lansano, Kenagarian Sikucur, Kec V Koto Kampung Dalam, tahu betapa keras kepalanya saya. Saya melarang Pak Camat, Pak Bupati, membuat jalan ke rumah tengah sawah peninggalan ayah. Kini? Jembatan yang dibuat di bandar yang kecil, ketika saya jarang pulang.
Saya berhari-hari jadi petani, jika pulang ke rumah itu. Tak mau diganggu, kiamat sekalipun dunia. Ada nilai spiritual yang saya kerjakan, setiap kali saya mengayunkan cangkul ke bumi. Karena saya adalah petani, peternak, pelaut, dan segala macam keahlian anak rimba, danau, sungai dan laut.
Saya membayar hutang-hutang saya di rantau. Hanya dengan berbicara. Atau dengan menulis. Atau dengan seminar, saya mendapatkan honorarium hingga puluhan juta dalam sehari saja.Â
Padahal, saya terbiasa menunggu hasil panen, dua, tiga, hingga lima bulan. Atau bertahun bagi tanaman keras. Saya terbiasa memelihara ikan sejak ikan itu masih garundang.Â
Dengan cara memegang cangkul itulah, saya memohon ampun kepada Illahi Rabbi, jika cara berbeda dalam mendapatkan uang, tapi diraih dengan hasil yang juga berkebalikan, telah saya lakukan.
Sampai kini, saya tidak bisa naik sepeda, motor, apalagi mobil. Tapi beri saya rakit batang pisang, rakit bambu, atau perahu, saya dengan senang hati bisa membawanya di sungai, danau, dan laut.
Tripple T, begitu dulu ditulis Dorodjatun Kuntjorojakti tentang globalisasi: transportation, telecomunication, dan turism. Tapi saya juga membaca buku-buku anti globalisasi.
Dari Ivan Illich hingga Vandana Shiva. Saya ikuti perkembangan global, berselancar di internet sejak dua puluh tahun lalu, tidur hanya dua-tiga jam. Sebagai anah hutan, saya tak ingin diperbudak oleh itu.
Biarlah Tarzan mampu menggunakan internet. Â Tapi Tarzan bukankah Tarzan, jika akar, pohon, dan hewan-hewan, hilang di bumi.
Apa yang hendak dibangun di Sumbar?