Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

KPK dan Bangsa Pendaki

12 September 2019   13:33 Diperbarui: 13 September 2019   10:15 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DokPri: FGD yg penulis ikuti sbg narasumber di Auditorium KPK RI, September 2013

Yang mulai terasa, pertarungan kuasa sedang berlangsung dalam celah-celah berita. Entah siapa melawan siapa. Sulit sekali menebak pihak-pihak yang sedang bertikai ini. 

Padahal, sejak awal, tujuan dari keseluruhan rangkaian kegiatan Pansel KPK adalah mendapatkan komisioner-komisioner yang paling tangguh dalam menjalankan tugas dan wewenang yang dimiliki. 

Orang-orang yang bisa dengan cepat mendapatkan populerisme. Sebagai lembaga yang paling dipercaya publik dalam hampir semua jajak pendapat, KPK termasuk puncak pendakian tertinggi bagi seorang pemimpin Indonesia kontemporer.

Indonesia sedang berada dalam posisi yang makin menanjak sebagai negara sejahtera. Sejumlah lembaga internasional memuat proyeksi, betapa Indonesia bakal menduduki ranking keempat dalam daftar negara paling kaya dan kuat di dunia pada tahun 2045 nanti. Tahun yang berarti satu abad Indonesia merdeka. 

Indonesia berada pada barisan negara yang paling kuat dalam mendaki lereng dan lembah kepemimpinan antar bangsa. 

Sejumlah negara yang sudah lebih dulu berada di depan dan atas, kini malah terengah-engah dan mulai kehabisan nafas. Bahkan terdapat rombongan negara yang tergelincir, bahkan terperosok dan jatuh ke jurang.   

Penyebab kejatuhan negara-negara itu beragam. Model krisis yang terjadi pun tak sama. Hanya saja, ada yang bermula dari kejatuhan pemimpin-pemimpin utama di negara-negara yang bersangkutan. 

Kejatuhan yang dipicu oleh kekalahan atau bahkan kemenangan dalam pemilihan umum, namun tak diterima oleh sebagian warga yang melancarkan perlawanan. 

Sejumlah pemimpin yang jatuh, serta merta membuka konflik yang menyebar ke seluruh lini kekuasaan. Konflik menjadi berdarah, ketika massa pro dan kontra bergelora dalam festival angkara murka di jalanan.

Dalam momentum yang seolah dinanti, negara-negara lain yang lebih kuat ikut melibatkan diri sebagai kawan atau lawan.

Keseluruhan uraian ini sama sekali tak berakhir dengan kesimpulan. Apalagi palu pengadilan opini tentang siapa yang salah, siapa yang benar, siapa yang kalah, siapa yang menang. Bangsa dan pemimpin Indonesia sedang berada dalam ketinggian pendakian yang semakin sulit melihat ke bawah, apalagi tapak awal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun