Bukan pula jiwa-jiwa jelata yang kini sudah merdeka, namun terpenjara dalam kemiskinan nalar akibat lama diperbudak oleh kepentingan kolianisme capital yang diluar nilai-nilai yang pernah membawa bahagia seluruh suku bangsa yang hidup di bumi Nusantara, baik di sebalah lautan Hindia, ataupun Pasifik.
Tetapi apa?
Papua yang menguntai laksana zamrud Pasifik dalam naungan peradaban-peradaban besar yang pernah saling sangga-menyangga bumi nusantara, baik Hindu, Buddha, Islam, pun Kristen Katolik dan Protestan, bersama filosofi Konfusius, La Galigo, hingga legenda Danau Wanagon yang dulunya adalah Isorei arwah-arwah suku Amungme. Papua dalam batas-batas terjauh pencapaian ketinggian kebudayaan dan peradaban.
Bukankah ras Melanesia adalah suku bangsa yang lahir dari palung-palung terdalam Samudera Pasifik yang naik ke darat dan terbang di atas kepala burung-burung raksasa dengan gelimang kekayaan emas dan tembaga berbentuk jelaga? Bunyi tifa di pegunungan bintang yang penulis tiup di depan makam merah Dhortheys Hiyo Eluay dalam foto ini adalah bukti kemunculan dari lautan Pasifik itu...
Jakarta, 05 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H