Politik ya bagaikan gasing mainan masa kecil saya. Pas gasing itu berhenti berputar, tak ada lagi kekuatannya dan teronggok saja, bahkan tak dilirik; sementara mata anak-anak sebaya menatap gasing yang masih berputar sambil berdecak kagum dengan belalak purnama.Â
Terkecuali Gasiang Tangkurak, ya. Kalau memang gagal mendapatkan kekasih, segeralah datang ke gubuk Inyiak Sibunian, di balik air terjun Lembah Anai, dalam semak-belukar Bukit Tambun Tulang, guna mendapatkan ajian sitawar dan sidingin.
Karena sahabat itu samudera, seluas samudera, sementara politik hanyalah arus, riak, ombak, atau bahkan berupa gelombang tsunami yang datang sesekali sebagai revolusi medan-medan energi yang tersembunyi dan tersumbat di bawah patahan-patahan batu-batu raksasa purba jutaan tahun pada titik pertemuan belalai belaian benua Australia-Asia.Â
Makin kuat hentakannya, makin pendek waktu yang diperlukan guna meratakan semuanya. Makin lama hentakannya, makin panjang waktu untuk saling bertegur-sapa, berdiskusi, bersindir atau bersindawa.
Selamat berenang di samudera politik...
(..Tulisan ini adalah repost artikel yang saya tulis di Jakarta, tanggal 14 September 2018. Tulisan yang langsung saya tulis di halaman facebook setelah membaca surat terbuka Bair Muhammad yang mengundurkan diri sebagai Calon Anggota DPR RI dari Partai Golkar dengan alasan yang sudah saya ketahui sejak tadi malam. Tulisan itu sudah saya pindahkan ke MS Word, saya edit, tambah dan jarang kurangi. Sekarang saya upload lagi...)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H