Selain itu, langkah Kompasiana untuk memperkenalkan model iklan dan membership sebagai sumber pendapatan juga menuai pro dan kontra. Iklan yang semakin sering muncul bisa mengganggu pengalaman membaca, sementara opsi membership dapat membuat pembaca merasa ada sekat antara konten gratis dan premium. Bagi pembaca setia dan penulis lama, gangguan ini terasa seperti batas baru yang merenggangkan interaksi alami yang dulu terasa erat dan organik.
Pertanyaannya, apakah Kompasiana dapat bertahan di tengah tekanan komersialisasi dan ekspektasi akan format konten baru? Mungkin jawabannya ada pada komunitasnya. Jika Kompasiana berhasil mempertahankan ruang untuk para penulis lepas yang ingin menulis tanpa batasan, sembari mengakomodasi bentuk konten baru dengan bijak, platform ini mungkin bisa tetap relevan. Di tengah dunia yang terus berubah, Kompasiana bisa bertahan sebagai oasis bagi mereka yang masih mencari informasi dalam bentuk tulisan---dan bagi mereka yang percaya bahwa idealisme menulis masih layak dipertahankan di era digital ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H