Selepas bapak meninggalkan kami duka masih menyelimuti keluarga. Keluarga berkumpul dirumah hanya sekedar menemani agar suasana rumah tidak sepi. Tamu yang tiap hari datang silih berganti membuat kami terkagum betapa banyaknya orang yang ikut berduka dengan kematian bapak semoga setiap perkataan baik tentang bapak menjadi ladang pahala untuk bapak.
Satu waktu ketika kami sedang beres-beres rumah, Gina adikku yang perempuan ketika memindahkan foto bapak tak sengaja melihat tulisan yang bapak tulis di belakang fotonya, ternyata itu wasiat untuk kami yang bapak sembunyikan dibelakang foto nya. Pantas saja empat bulan sebelum bapak meninggal bapak meminta saya untuk mencetak fotonya dan menolak setiap saya mau memindahkan posisi fotonya.
Goresan tinta tak beraturan disecarik kertas kusam menandakan bapak sedang tidak baik-baik saja. Berderai air mata melihat tulisan itu, tulisan terakhir dengan makna yang mendalam, wasiat pusaka untuk keluarga.
"Nu Saroleh Blageur jeung Pinter"
‘Kudu taat ka Alloh jeung Rosulna’
‘Ulah ninggalkeun Sholat’
‘Sing akur jeung dulur kudu silih tulungan mun dulur meunang kasusah’
‘Jujur dina sagala tindakan’
‘Doakeun Indung jeung Bapak mun bisa dina waktu sholat’
‘Kudu akur jeung tatangga silih bantu dina kasusah biasakeun mere Infaq/Sodakoh’
15 Juli 2012
Bapak
Aos Mardana
Dibaca ditelaah serta di jalankan tiap-tiap wasiat yang bapak sampaikan. Sangat singkat wasiat dari bapak namun makna tiap wasiat yang bapak tulis sangat berat dan luas untuk diaplikasikan. Pencarian, penelaahan serta pengkajian wasiat bapak terus berjalan hingga saya menemukan surat Luqman ayat 13 sampai ayat 18 ternyata wasiat bapak tersirat dari wasiat lukman terhadap anaknya. Satu Qur’an terjemah dan dua buku tafsir saya siapkan, sebagai bahan referensi saya menggunakan tafsir Jalalain jilid 3 dan tafsir Al-Mishbah jilid 10 untuk menelaah makna nasihat itu.
Lukman yang notabenenya bukan seorang Nabi bukan juga seorang khalifah namun namanya kekal didalam Al-Qur’an menjadikan Luqman sebagai manusia Spesial disisi Allah dan Rasulnya. Dalam Tafsir Al-Mishbah dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Aku berkata benar, sesungguhnya Lukman bukanlah seorang nabi, tetapi dia adalah hamba Allah yang banyak menampung kebajikan, merenung, dan keyakinannya lurus. (Tafsir Al-Mishbah jilid 10 kelompok II ayat 13 surat lukman. Halaman 297). Dalam tafsir Jalalain dikatakan bahwa Luqman memanggil anaknya dengan Lafadz Ya Bunayya. Lafadz ini adalah bentuk Tashghir yang berarti memanggil anak dengan nama kesayangan (Tafsir Jalalain jilid ke 3 surat ke 31 Luqman juz 21 halaman 1746).
Satu yang saya dapat dari surat ini ternyata bapak menjadikan Luqman sebagai referensi dalam mendidik keluarga menjadikan wasiat Luqman terhadap anaknya di terapkan menjadi wasiat bapak terhadap anak-anaknya.
Terima kasih pak untuk wasiatnya, wasiatmu akan kami ingat kami laksanakan dan kami ajarkan terhadap anak-anak kami kelak. Terima kasih pak untuk pengajaranmu dalam memaknai hidup agar terus beribadah dan terus memberikan hal baik terhadap orang lain. Terima kasih pak atas cinta serta dedikasimu untuk keluarga.
Kisah kasihmu tak terbendung doa kami tak terbendung. Allohumagfirlahu warhamhu waafihi wa’fuanhu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H