Mohon tunggu...
Indra Furwita
Indra Furwita Mohon Tunggu... Aircraft Engineer -

Aviation & Travel Enthusiast, juga berkarya di IG @FlightEnjoyneer.

Selanjutnya

Tutup

Money

Hentikan Beli Pesawat Murahan!

8 Mei 2011   08:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:57 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat Merpati Nusantara Airlines MA 60 PK MZK dengan nomor penerbangan MZ 8968 rute Sorong-Nabire-Kaimana, Sabtu siang sekitar pukul 14.05 WIT jatuh di laut ujung landas pacu Bandara Kaimana. (kompas.com). Saya turut berduka atas peristiwa tersebut.

Indonesia bagian Timur khususnya Papua (lagi) menjadi tempat "favorit" jatuhnya pesawat terbang. Sebenarnya saya cukup memiliki data lengkap tentang kecelakaan pesawat yang pernah terjadi di Papua, tetapi entah mengapa setelah saya cari data kuliah itu juga tidak saya temukan. Dari data Dephub-KNKT pun tidak dapat diandalkan sepenuhnya, karena informasi dan datanya yang tidak terbaruhi dengan baik.

Dari sumber di sini, terhimpun beberapa data kecelekaan pesawat yang perna terjadi di Papua. Namun dari semua itu saya hanya mengambil beberapa poin pentingnya saja.

  • April 2007, Insiden pesawat Trigana Air Fokker 27 melakukan pendaratan darurat di ujung bandara Wamena, Papua, setelah salah satu bannya pecah.
  • 30 Juli 2007 Pesawat twin otter jenis Karebo DC H4H dengan nomer penerbangan PK. YRJ milik PT. Trigana Air Service tergelincir sejauh 200 meter di landasan pacu kota Mulia Kabupaten Puncak Jaya
  • 8 April 2008 Pesawat milik maskapai penerbangan Trigana Air Service jenis foker 27 dengan nomor penerbangan PK-YRA tergelincir di landasan pacu bagian barat Bandara Sentani. Diduga akibat akibat kebocoran pada system penematik (Hidrolik).
  • 22 Juli 2008 pesawat jenis Foker milik Maskapai Avia Star dengan nomor registrasi penerbangan PK-BRD. Tergelincir sejauh 500 meter di run way Bandara Sentani saat landing. 4 ban pesawat pecah.
  • 9 Agustus 2008 Pesawat milik Associated Mission Aviation (AMA) jatuh di sekitar pegunungan di Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua
  • 20 Februari 2009 Pesawat Twin Otter milik maskapai Trigana Air Service tergelincir saat mendarat di Bandara Bioga, Kabupaten Puncak Jaya. Akibatnya, ban depan pesawat patah.
  • 1 Mei 2009 pesawat Hercules 130 B milik TNI AU alami kecelakaan di Bandara Wamena. Empat roda belakang pesawat terlepas dan terpental hingga menghantam seorang warga dan satu rumah di dekat Bandara Wamena, Kabupaten Jawijaya, Papua.
  • 14 Juni 2009 Pesawat Dornier 328 PK-TXN milik Expres tergelincir Bandara Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel. Baling-baling kanan patah dan terlepas. Tidak ada korban jiwa.
  • Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 836 dijadwalkan berangkat dari Sorong menuju Manokwari. Pada 13 April 2010, penerbangan ini menggunakan Boeing 737-300 PK-MDE tergelincir pada saat mendarat. Pesawat terbelah menjadi beberapa bagian.

Dilihat dari bentuk kecelakaannya, mayoritas pesawat tergelincir di saat mendarat di landasan atau runway. Kasus serupa sangat jarang terjadi di bagian Indonesia lainnya terutama bagian tengah, tapi mengapa justru terjadi di Papua? Ini satu pertanyaan yang membuka mata kita dan menjadi satu penyelesaian besar apabila menjadi perhatian pemerintah agar tanah Papua juga turut diperhatikan khususnya pada sarana transportasinya. Kapan mereka mengunjungi Papua, melihat kekurangannya dan kebutuhannya kecuali pada saat kecelakaan pesawat seperti ini terjadi. Saya prihatin dengan KNKT yang bekerja ekstra untuk menginvestigasi kecelakaan pesawaat yang demikian banyak dan itu semua harus dilapor dan dipertanggung jawabkan kepada Organisasi penerbangan Internasional dalam jangka waktu yang terbatas. Sedangkan di sisi lain pemerintah yang sedianya bertanggung jawab membangun dan memeratakan pembangunan sarana transportasi seolah lepas tangan dengan Papua.

Papua memang termasuk dalam kawasan ektrem untuk penerbangan. Selain karena memang letak geografisnya yang terdiri dari pegunungan, tapi juga karena minimnya fasilitas yang memadai untuk penerbangan pesawat. Bahkan sangat berbanding terbalik dengan kawasan Indonesia laiinya. Dari hasil pengalaman dan diskusi dari teman-teman yang pernah Kerja Praktik di wilayah Papua menginformasikan bahwa beberapa daerah memiliki runway yang berada di ketinggian puncak gunung, sehingga jika terjadi sedikit saja kesalahan maka pesawat dan awaknya akan masuk ke jurang. Kondisi itu diperparah dengan runway yang pendek bahkan ada yang hanya sepanjang 500 meter, belum lagi landasannya yang hanya terbentuk dari tanah liat dan rerumputan liar bukan aspal. Safety adalah hal yang sangat diperhitungkan dalam dunia penerbangan, tapi melihat dari gambaran itu saja jelas jauh dari safety.

Dari fakta-fakta, yang ditemukan oleh teman-teman kami yang pernah KP di sana, mereka sangat mengagumi keahlian pilot dalam menerbangkan pesawat. Terlihat dari keahlian mereka dalam melakukan take off dan landing dengan runway yang pendek dan bergelombang. Setelah take off, hal yang selanjutnya dipikirkan oleh pilot adalah bermanuver untuk menghindari gunung agar tidak terjadi tubrukan, tentunya dengan kecepatan rendah (low speed). Manuner dengan kecepatan rendah bukan hal mudah dalam menerbangkan pesawat. Bahkan ada pilot yang menerbangkan pesawat empat kali sehari dari daerah ke daerah, dengan kondisi tersebut memaksa pilot untuk menahan lelah (fatique). Maka jika pilot hendak disalahkan itu salah besar, yang hendaknya bertanggung jawab adalah mereka yang "memaksa" pilot untuk terbang dengan keadaan seperti itu.

Beberapa hal di atas saya kira cukup menggambarkan betapa "kasihannya" pilot yang ditugaskan di sana. Sekarang kita beralih pada pesawatnya. Melihat dari pesawat yang jatuh Sabtu lalu, ternyata kecelakaan ini adalah yang kelima kalinya. Berikut beberapa catatan dari kompas.com:

  • Kecelakaan pertama terjadi pada 11 Januari 2009. Ketika itu, Xian MA-60 milik Zest Airways dengan penerbangan 865 dengan 22 penumpang dan 33 awak mengalami undershot di Landasan Pacu 06 di Bandar Udara Godofredo P Ramos, Filipina. Tiga orang terluka. Namun, tidak ada korban jiwa.
  • Kecelakaan kedua terjadi pada 25 Juni 2009. Saat itu, Xian MA-60 milik Zest Airways dengan nomor penerbangan 863 berpenumpang 54 orang dengan 5 awak pesawat mengalami overshot saat mendarat di Bandar Udara Godofredo P Ramos. Tidak ada korban luka dalam kecelakaan tersebut.
  • Kecelakaan ketiga terjadi pada 3 November 2009. Xian MA-60 UM-239 milik Air Zimbabwe menabrak lima babi hutan saat lepas landas dari Bandar Udara Internasional Harare. Pesawat berhasil dihentikan dari proses lepas landas. Namun, lambung pesawat rusak parah akibat benturan.
  • Kecelakaan keempat terjadi, pada 7 Desember 2010, di Bandara Internasional Rangoon. Pesawat Xian MA-60 itu tergelincir ketika mendarat.
  • Kecelakaan terakhir atau yang kelima terjadi saat ini di Kaimana, Papua Barat, pada Sabtu (07/05/11) siang. Pesawat itu jatuh dan tenggelam menewaskan 16 orang, sisanya masih dicari oleh Tim SAR.

Catatan buruk didera oleh pesawat produksi China ini. Saya memang termasuk yang pesimistis dengan produk cina termasuk diantaranya adalah pesawatnya. Cina memang termasuk negara Co-Paste teknlogi yang sangat mahir. Bahkan pesawat Twin Otter keluaran Kanda mampu diiturnya dengan memproduksi pesawat Y-12 dengan bandrol harga yang jauh lebih murah. Pesawat cina memang dibuat untuk menyamakan kemampuan terbang dari Twin Otter yang umum digunakan di kawasan Papua khususnya, tapi ternyata dari kenyataanya pesawat cina ini berada jauh dibawah Twin Otter untuk kualitasnya.

Dari peristiwa ini saya menekankan pada pemerintah agar jangan mengandalkan murah dan kuantitas perangkat teknologi tapi mari lihat kualitasnya. Untuk apa memiliki banyak pesawat tapi ternyata banyak juga korban jiwa yang dihasilkan karena produk murahan. Memang, tanah papua memerlukan banyak armada pesawat perintis yang meghubungkan tiap-tiap daerah terisolir di sana. Namun, apa guna jumlah pesawat murahan seperti itu tapi tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai. Medan terbang yang minim fasilitas seperti itu hendaknya didukung dengan armada yang handal dan memiliki ketahanan yang super. Tahan terhadap guncangan akibat landasan yang bergelombang, mampu take off dan landing dalam runway yang pendek (STOL), kemampuan manuver yang tinggi dengan kecepatan yang rendah apakah sudah dimiliki oleh pesawat cina itu?

Tolonglah masalah armada ini dipikirkan baik-baik, kasihan pilot dan awak pesawat yang berbakat dan telah dididik susah payah dengan biaya yang tidak murah tapi harus meregang nyawa dengan teknologi yang murah. Tolong jangan kerahkan armada yang membunuh satu persatu SDM kita yang hebat dan sabar mengabdi untuk negeri menghubungkan setiap wilayah di papua.

Sudah saatnya kita bangkit, wahai pemerintah. Jangan lagi kita bergantung dengan teknologi yang murahan seperti itu. Saya terpukau dengan presentasi yang beberapa waktu lalu diadakan di kampus, dengan pembicara Ir. Budi Santoso, Project Engineer Pesawat N-219. Pesawat yang direncakan akan dibuat oleh putra-putri nusantara ini memiliki hampir semua kemampuan yang dibutuhkan oleh daerah-daerah penerbangan perintis seperti di Papua. N-219 bermaksud mengulang kesuksesan Bapak Habibie menerbangkan pesawat N-250. Dari presentasi itu, saya paham benar dengan teknologi yang sangat mumpuni, dan jika itu terwujud maka saya optimis bahwa pasar cina berbalik kepada produk kita. Maka segera saja wujudkan itu dan kedirgantaraan kita mandiri , terbangkan dan buktikan bahwa daerah-dearah penerbangan perintis di pelosok sana dapat terjangkau dengan pesawat itu. Dengan demikian kita tak perlu lagi bergantung pada produk murahan.

Sekian dan terimakasih...

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun