Melihat waktu itu masih menunjukkan pukul 02:00 pagi, maka tidak mungkin mereka rela tidur di emperan toko. Tidak mungkin juga mereka menghabiskan waktu di atas motor hanya untuk mengelilingi Jogja semalam suntuk. Dengan demikian saya harap mereka masih bijak menjalani hubungan relationship di jalur yang benar di penghujung malam itu.
Melihat fakta dan realita seperti itu, seolah menggambarkan bahwa pacaran kini menganut pengertian yang berbeda dari waktu ke waktu. Bukan lagi pengenalan masing-masing pribadi tetapi mengindikasikan adanya hubungan seksual di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa status pacaran membuat remaja intens dengan perilaku seks bebas. Legalitas pribadi terhadap tindakan seksual dari lawan pasangan menjadi penyebabnya.
Kedekatan fisik perlahan tapi pasti dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. Mulai dari sekedar berpengangan tangan, berangkulan, berpelukan, berciuman hingga hubungan seks intim. Demikian itu menggambarkan sisi negatifnya hubungan pacaran bila diteruskan dan tidak terkontrol, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat berisiko. Karena adanya resiko yang harus ditanggung akibat tindakan seksual pra nikah yang mereka lakukan, maka hubungan pacaran itu tidak lagi disebut sebagai pacaran yang sehat.
Sebagai kaum muda, melihat kondisi ini saya mengajak bersama. Mari kita mulai mencegahnya dari diri sendiri terlebih dahulu. Bijaklah dalam menjalani suatu hubungan percintaan dalam ikatan pacaran. Bijak dalam artian saling menjaga kehormatan masing-masing dengan tetap memperhatikan adab dan etika berhubungan yang bermoral. Landasi cinta dengan iman dan taqwa. Dengan demikian diharapkan terbentuk hubungan kasih sayang sejati dalam hubungan pacaran yang sehat. Jangan sampai karena jatuh cinta akhirnya berujung pada jatuh seks.
Sekian dan Terimakasih.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H