Seorang rekan saya bekerja di salah satu warnet populer di Yogyakarta. Dia masih termasuk baru di warnet itu. Latar belakangnya adalah seorang mahasiswa jurusan teknik informatika di perguruan tinggi swasta yang populer di kalangan IT. Ternyata tak kusangka hari ini dia bernasib sial. Baru saja menyelesaikan piket rutinnya dia langsung diberhentikan dari kerjanya. Nampaknya dia menyadari kesalahan dan menerima keputusan  dari pimpinannya.
Mengapa setega itu? Sebenarnya pimpinan warnet itu sangat kooperatif. Utamanya pada seorang mahasiswa, dia-pun mahasiswa pada dasarnya. Segala bentuk kepentingan yang berkaitan dengan urusan kampus pasti lebih diutamakan. Selama ini setahu saya belum ada kekurangan berarti dari sosok manajemen warnet itu. Hanya saja kerap kali menunda penggajian hingga pertengahan bulan. Tapi itu masih bisa dimaklumi, karena dia pun jug mahasiswa yang bisa dibebani urusan dadakan dari kampus.
Rekanku ini memang memiliki karakter yang berbeda dari opertor lain di warnet itu. Cukup keras dalam pendiriannya. Cenderung susah untuk diatur mengikuti system. Banyak keganjila-keganjilan yang perlahan terungkap. Lebih mementingkan urusan pribadi dari pada warnet nampaknya membuat pimpinan merasa perlu untuk memperingatkan operator satu ini. Namun, apa perubahannya? Ternyata tidak jauh berbeda dari sebelumnya.
Akumulasi kesalahan yang menumpuk membuat dia harus kehilangan pekerjaannya. Dari kesalahan terakhir yang saya ketahui adalah dia menggunakan IDM (Internet Download Manager) di komputer operator. Padadal tersebut terlarng bagi operator. Hingga akhirnya pada hari ini, dia harus menerima kenangannya di warnet selama ini. Siang itu juga dia kembali ke rumahnya. Entah apakah ini berpengaruh untuknya atau tidak? Hanya dia yang menentukan.
Postingan ini tidak bermaksud untuk mengisahkan keburukan rekan saya itu, tapi saya hanya ingin berbagi sesuatu yang mungkin bermanfaat.
Dari cerita itu, saya bisa melihat bagaimana interaksi personal dan pekerjaan sangat diperlukan. Utamanya kecintaan pada profesi. Bila tidak ada chemistry yang tercipta antara keduanya, akan terasa sangat susah dalam menjalankan aktivitas itu. Maka pelajaran pertama, cintailah pekerjaan.
Jujur, berusahalah untuk jujur yang seujurnya baik dalam melangkah ataupun berkata. Bila ada suatu hal yang harus dibicarakan, makan katakan. Karena bila tidak itu akan menjadi semacam akumulasi beban pikiran yang berdampak sistemik terhadap kinerja kerja.
Bermuka dua, tentu dalam artian positif. Bukan berarti berkhianat, mengadu domba atau lainnya. Tapi lebih pada bagaimana kita bisa mengkondisikan perasaan kita pada ruangnya masing-masing. Jika lingkungan kerja menginginkan kita untuk terus tersenyum, maka tersenyumlah. Walaupun di dalam hati ada suatu hal yang mengganjel. Ketika sudah berada pada posisi yang tepat, maka luapkan perasaan itu. angan sekali-kali mencampuradukkan keduanya. Maka belajarlah bermuak dua.
Proffessional, tentu harus dimiliki bagi para pekerja. Lebih pada self management, bagaimana bisa mengatur waktu dengan baik. Mengerjakan sesuatu yang telah menjadi kewajiban pekerjaan. Setali tiga uang dengan bermuka dua tadi, tapi dalam hal ini memusatkan pada tanggung jawab.
Demikian tadi ungkapan hati saya yang mengalir dari sisi motivator saya. Motivator pribadi saya adalah diri. Diri lebih tahu, bahkan semua hal diketahui olehnya. Malam ini dia menemani saya merangkai kata untuk belajar dari pengalaman rekan saya itu.
Untuk rekan-ku, semoga di depan sana ada pekerjaan yang layak dan sesuai dengan karaktermu. Selamat jalan dan sampai berjumpa kembali.