Oleh : Indra Fakhruddin
Sepanjang catatan sejarah yang saya miliki, belum pernah ada presiden Indonesia dalam masa kerjanya 1 tahun mendapat raport yang bagus.Setidaknya hal itu kembali menimpa Presiden Jokowi. Luapan kekecewaan rakyat dari berbagai elemen masyarakat tumpah ruah memadati Jakarat beberapa hari ini memperingati 1 tahun kinerja Jokowi-Jk. Presiden fenomenal yang digadang-gadang dapat memenuhi aspirasi rakyat ini selama ini berujung pada kekecewaan.
Berbagai pengamat dan lembaga survey menilai rezim Jokowi tak sebaik dari pendahulunya bahkan lebih buruk. Jokowi dinilai masih gagap menghadapi gejolak persoalan yang multidimensi. Belum lagi tekanan dari lawan koalisi terutama dari DPR ikut andil memperkeruh suasana.
Belum kelar gejolak rupiah yang masih ngos-ngosan, kenaikan harga migas mendongkrak harga barang dan jasa berimbas pada buruknya ekonomi masyarakat ditambah kabut asap di Riau yang makin memperburuk citra Indonesia di mata internasional. Nyaris pekerjaan rumah bangsa ini makin runyam ditangan rezim Jokowi.
Pertanyaannya apakah ini gara-gara Jokowi? Jawabnya ya dan juga plus-plus lainnya. Diawal memerintah banyak kalangan menilai sosok Jokowi masih terlalu dini menahkodai Indonesia yang sangat besar dan kompleksitas persoalan yang dikandungnya. Aroma dipaksakan oleh partai pendukungnya sangat terasa.
Pertanyaan berikutnya, apakah tidak terlalu dini menilai kinerja yang masih 1 tahun? Bukankah masih tersisa 4 tahun lagi? Apakah tidak lebih baik diberi kesempatan terlebih dahulu selama 4 tahun kedepan?
Pertanyaan yang sama tak luput juga pernah dilontarkan dimasa SBY. Dan publik sudah tahu jawabannya. Gelombang protes tak pernah sepi menghiasi hari-harinya. Senada dengan presiden sebelum-sebelumnya.
Cermin Penguasa
Luapan kekecewaan masyarakat sebenarnya cermin yang jujur dari wajah asli pemerintahan suatu rezim. Hubungan rakyat dan penguasa konstelasi yang sangat erat. Isyarat ini pernah disindir oleh baginda Rasulullah Saw;
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
“Para pemimpinmu yang baik adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun mencintaimu; mereka membacakan shalawat kepada kamu dan kamu pun membacakan shalawat kepada mereka. Sedangkan para pemimpinmu yang jahat adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun membencimu; kamu mengutuk mereka dan merekapun mengutukmu.” (HR Muslim 6/24)
Apabila dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-JK saja sudah mencekik rakyat, bagaimana jika masih diberi kesempatan memimpin empat tahun lagi? Sungguh roda kekecewaan akan terus berputar mengiringi siklus waktu yang terus berjalan.
Persoalan mendasarnya bukan semata-mata kelemahan dari aspek manajerial dan kecakapan Sosok Jokowi tetapi juga sistem ideologi sekuler sebagai biangnya. Selama masih berporos pada sekulerisme maka selamanya negeri ini tak akan kunjung lepas dari ikatan kekecewaan massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H